Typo🙏
Happy Reading...!!!Cio semakin erat memeluknya.
"Ini aku Shan,"Sekuat tenaga wanita itu melepaskan pelukan Cio. Namun Cio terus memeluknya. Tidak! Kali ini ia tidak akan membiarkan Shani pergi lagi. Wanita tersebut memukul perut Cio sampai membuat tubuhnya terhuyung.
Plak!
Satu tamparan keras Cio dapatkan di pipinya.
"KURANG AJAR! LAKI-LAKI GAK PUNYA ETIKA! GILA LO YA!!!" teriaknya. Dengan ketakutan wanita tersebut berlari menjauh dari Cio.
Setengah sadar Cio melihat kepergiannya. Penglihatan Cio semakin kabur. Sakit di kepalanya mulai mendera. Tapi perkataan wanita tersebut masih terngiang-ngiang di telinganya. Memang Cio saat ini sudah gila. Biarkan saja orang lain berkata apa tentangnya. Asalkan dalam kegilaannya itu ia masih bisa merasakan kehadiran Shani.
"Shaann..." lirihnya dengan suara bergetar. Tangannya seolah ingin menggapai wanita tersebut yang semakin menjauh. Tak lama tubuhnya terkulai lemas jatuh ke aspal.
Merasakan kehilangan yang mendalam. Meronta dalam setiap kesepian yang menyelimuti hatinya. Terkurung dalam masa lalu yang semakin menjadi-jadi. Rasa sakit itu, rasa kehilangan itu, kegilaan itu tidak ada seorang pun yang tau.
***
Gita sedang bersiap-siap, sesuai dengan perkataannya tadi. Gita akan mengajak pergi Chika ke suatu tempat. Hanya untuk sekedar mencari udara segar. Sudah lama juga ia tidak pernah mengajaknya pergi. Mumpung ada kesempatan, Gita tidak akan melewatkannya.
Dengan dress hitam polos yang menutup lututnya, Gita nampak anggun. Rambutnya tergerai.
Tok! Tok!
"Masuk." jawabnya.
Gita melihat dari pantulan cermin. Ternyata yang datang adalah Chika. Gita tersenyum tipis, sepertinya Chika menyadari sikap cueknya tadi.
"Ty," panggil Chika pelan.
"Hmm..." jawab Gita yang masih merapikan rambutnya. Chika perlahan mendekat. Lalu memeluk Gita dari belakang. Sontak Gita terkejut dan menghentikan aktivitasnya.
"Maaf..." lirih Chika.
Perlahan Gita melepaskan tangan Chika, lalu membalikkan tubuhnya menghadap Chika. Menatap sendu keponakannya itu yang mulai menangis. Rasa bersalah pun hadir, tapi ini adalah satu-satunya cara agar Chika menyadari kesalahannya. Daripada Gita harus membuang-buang tenaga untuk memarahinya, jadi lebih baik ia bersikap cuek pada Chika. Dan ya, itu semua berhasil.
Gita mengangkat dagu Chika yang sebelumnya menunduk. "Aku gak pernah ajarin kamu kasar sama orang. Aku kecewa, aku kesel sama kamu, Dek. Untung lukanya gak terlalu parah, dan orang tuanya Christy baik gak nuntut kamu yang nggak-nggak. Kamu tau kan itu salah? Menyakiti orang lain, sama aja kaya kamu nyakitin diri kamu sendiri sayang." ujar Gita lembut, lalu menangkup wajah Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama [Greshan]
RomanceKehilangan seseorang akan selalu menjadi luka terdalam.