Typo 🙏
Happy Reading...!!!Setelah kejadian yang menimpa Shani, kehidupan Cio sangat berubah drastis. Dia kembali menjadi pribadi yang dingin, sama seperti dulu setelah kepergian Anin. Kali ini lebih parah. Dia sama sekali tidak memperdulikan orang-orang yang ada disekitarnya. Cio terus larut dalam rasa kehilangan.
Tidak ada waktu untuk memikirkan dirinya sendiri apalagi orang lain. Sejak kepergian Shani, Cio hanya asik dengan dunia yang ia ciptakan sendiri. Bekerja, itulah pelampiasannya. Tidak ada hal yang lebih penting daripada itu.
Dibalik rasa sakitnya, Cio berhasil membangun kembali perusahaannya yang sempat hancur. Tentu saja dibantu oleh Aldo. Bukan hal yang mudah dan waktu yang sebentar. Tapi pada akhirnya perusahaan Cio berada di puncak kejayaannya seperti saat ini.
Kehidupan yang sangat sulit untuk Cio lalui. Hidup tapi serasa mati. Bagaimana tidak, kehidupannya telah dibawa pergi oleh Shani sang kekasih hati. Yang pergi untuk selamanya.
Ada satu hal yang tidak pernah ia lewatkan sehari pun. Satu hari Cio bisa tiga kali datang ke tempat itu, hanya untuk menyalurkan rasa rindunya pada Shani.
Seperti sekarang ini, sebelum berangkat ke kantor bahkan pagi-pagi buta, Cio selalu menyempatkan untuk pergi ke makam Shani. Di tempat itulah Cio selalu merasa nyaman. Tidak ada tempat atau apapun itu yang bisa membuatnya tenang selain menemui pusara Shani yang tak pernah henti ia kunjungi. Sangat sulit melupakan dia yang telah terpatri dalam hati dan tertanam dalam jiwa.
Dalam satu momen, Cio merasa kalau Shani masih hidup, selalu ada bersamanya dan tak pernah pergi. Hidup dalam bayang-bayang Shani adalah suatu kebahagiaan baginya, meskipun itu hal yang mustahil untuk Shani kembali. Tapi dengan cara itulah Cio bisa sedikit mengesampingkan rasa sakitnya selama ini.
Tatapan yang sama....seperti lima tahun lalu... Tatapan kesedihan dan juga kekecewaan, saat Cio mengusap nisan Shani. Sampai sekarang ia masih belum ikhlas melepaskan Shani. Bahkan ia selalu merasa kalau ini adalah mimpi yang entah kapan akan terbangun.
"Selamat pagi sayang, gimana kamu pagi ini? Kamu baik-baik aja kan disana?"gumam Cio seraya meletakkan buket bunga diatas pusara Shani. Pusara itu selalu dipenuhi oleh bunga yang Cio bawa. "Kamu tau? Aku gak akan pernah bosen untuk datang kesini ketemu sama kamu Shan. Karena sampai kapanpun aku gak bisa nerima ini semua." Cio menghela napas berat. Dadanya selalu merasa sesak dan semakin sesak setiap saatnya. Tidak ada yang bisa membebaskannya dari rasa itu kecuali Shani, yang sudah pasti tidak bisa ia gapai.
***
Seorang wanita tua terus mengetuk pintu sebuah kamar. Sejak 10 menit lalu dia coba untuk membangunkan seseorang di dalam sana yang rupanya tidak menunjukkan tanda-tanda terjaga dari tidurnya. Tidak menyerah begitu saja, ia mencari kunci cadangan dan membuka kamar tersebut dengan paksa.
"Bangun, udah siang. Kamu nanti kesiangan."ucapnya sembari mengguncangkan tubuh sang cucu. Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara dengkuran kecil saja.
Seperti orang pingsan, itulah gambaran Chika saat ini. Ia sangat susah untuk dibangunkan apalagi untuk sekolah. Kehidupan Chika pun tidak jauh berbeda dengan Cio, hanya saja ia masih belum mengetahui kebenaran tentang Shani. Karena Ve dan Gita menutupnya rapat-rapat. Sempat kesulitan di awal, pada akhirnya Ve dan Gita bisa melewatinya selama lima tahun terakhir. Meskipun sulit, ibu dan anak itu selalu bersabar dan menguatkan satu sama lain.
Ditambah sikap Cio yang sangat berubah membuat Ve dan Gita semakin hilang arah. Mereka hanyalah dua orang wanita yang sama-sama rapuh dan membutuhkan kekuatan, tetapi orang yang mereka jadikan tumpuan malah sebaliknya. Membiarkan mereka berada dalam kegamangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama [Greshan]
RomanceKehilangan seseorang akan selalu menjadi luka terdalam.