76

1.9K 271 25
                                    

Typo 🙏
Happy Reading...!!!










Suara pintu terbuka menghentikan kebersamaan mereka. Keduanya saling bertatapan bingung. Ve sekilas melihat jam dinding, masih menunjukkan pukul 5 sore. Langkah kakinya terdengar begitu berat.

Ve dan Chika menoleh secara bersamaan, seseorang yang tidak biasa datang disore hari seperti ini. Kini dia menampakkan wajahnya dihadapan mereka. Dengan wajah yang datar, Cio melewati keduanya yang terus memperhatikan tanpa ada niatan untuk menyapa.

"Cio?" panggil Ve yang langsung berdiri. Cio menghentikan langkahnya saat akan menaiki anak tangga. Suara itu terdengar begitu lirih, bahkan mungkin suara itu baru Cio dengar lagi. Karena selama ini ia pun jarang berinteraksi dengan anggota keluarganya dan lebih memilih menghabiskan banyak waktunya diluar rumah.

Chika? Dia hanya menatap Cio penuh tanya. Sebenarnya dia penasaran dengan apa yang terjadi terhadap papanya itu. Tapi selalu tidak ada keberanian untuk bertanya. Melihat ekspresinya saja, Chika sudah dibuat segan.

Selama bertahun-tahun Chika kehilangan sosok papa dalam hidupnya. Tanpa tau sebab dan alasan sang papa bersikap demikian. Chika terus diselimuti rasa penasaran, tapi disisi lain dia juga muak. Kenapa ini semua bisa terjadi pada papanya. Perubahan sikapnya yang 360° membuat Chika semakin merindukan sosok Shani yang kini entah dimana. Jika ada Shani mungkin semuanya akan baik-baik saja, pikir Chika.

Ve dengan langkah kakinya yang sedikit ragu, menghampiri Cio yang masih di posisi awal. Ia sama sekali tidak membalikkan tubuhnya pada Ve.

"Cio?" panggil Ve lagi, tangan keriputnya menyentuh pundak Cio. Sekilas hatinya menghangat oleh sentuhan itu.

"Kamu udah pulang?" tanyanya lirih dengan sudut bibir yang terangkat. Ada kebahagiaan yang  tidak bisa ia utarakan pada Cio. Ingin sekali Ve memeluk Cio saat itu juga, tapi melihat ekspresi wajah Cio yang datar ia mengurungkan niatnya.

"Cio capek mi, Cio mau istirahat." ucapnya datar tanpa melihat lawan bicaranya.

"Makan dulu ya, mami tadi abis bikin brownies. Kamu pasti suka. Mami udah lama kan gak bikin brownies buat kamu? Chika juga barusan udah makan, banyak banget malah dia sampe kenyang. Mau ya? Mami ambilin." ucap Ve tak henti. Dia sangat antusias membujuk Cio. Genggamannya tak lepas dari pangkal lengan Cio.

"Cio capek," ujarnya yang kembali melangkahkan kakinya.

"Cio..." panggil Ve yang berusaha menahan tangan Cio. "Kapan lagi kamu makan brownies buatan mami, nak. Mumpung kamu pulang cepet. Mami bikin banyak brownies buat kita semua."

Perlahan Cio membalikkan badannya menghadap Ve. "Cio capek mi!" balas Cio kali ini dengan suara yang agak meninggi.

Seperti tersayat, hati Ve terasa sakit. Mendengar ucapan Cio, yang seperti membentaknya. Meskipun demikian Ve harus bersabar dalam menghadapi Cio.

"Mami cuman nawarin kamu brownies. Kamu dulu gak pernah nolak kalo mami buatin itu." ujar Ve yang masih berusaha membujuk Cio. Cio dia hanya menatap datar Ve. "Kalo gak mau, mami siapin kamu makan malam ya. Pasti selama ini kamu makan sembarangan kan? Mami gak mau liat kamu sakit nak. Tunggu sebentar mami siapin dulu,"

"MI!!!" bentak Cio yang langsung menahan tangan Ve. Chika yang mendengar hal itu langsung berdiri, dia berusaha untuk tidak mencampuri urusan orang dewasa. Ia memperhatikan lebih dulu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"MAMI GAK DENGER? CIO BILANG CAPEK YA CAPEK. MAU ISTIRAHAT. CIO PULANG CEPET CUMAN MAU ISTIRAHAT BUKAN UNTUK DENGERIN OCEHAN MAMI. MAMI GAK PERLU KHAWATIRIN CIO!!!" bentak Cio.  Tangannya mencengkram kuat tangan Ve sampai meringis kesakitan.

Bersama [Greshan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang