9. | Berada di tempat lain

2.9K 262 21
                                    

Sudah pada tahap masing-masing dari kita sedang berkunjung ke tempat lain.

Jadi, lebih baik pindah ke tempat lain ?

Atau, tetap berdiri di tempat yang sama

🎵 Numata - Curhat

▪️▪️▪️

Sabiya dan Daffa memasuki sebuah coffee shop yang cukup terkenal di kota Bandung, yang berada di jalan Braga. Aroma kopi yang khas menusuk indera penciuman Sabiya, membuat ia ingin segera menyesap kopi kesukaannya.

Daffa menarik salah satu kursi agar Sabiya bisa segera duduk. Sabiya tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada pria itu, sebelum ia mendudukan dirinya di kursi tersebut.

Mata Sabiya mengedar melihat ke arah coffee shop yang nampak mulai ramai. Ia jadi teringat akan Reynald. Sabiya dan Reynald pernah beberapa kali datang ke coffee shop ini, Sabiya tersenyum tipis mengingat bagaimana Reynald dengan kecintaannya dengan kopi, Reynald selalu nampak tenang dan bersikap dingin, namun raut wajahnya selalu berubah excited bila sudah berada di depan kopi kesukaannya, Americano double shot. Yang menurut Sabiya adalah kopi yang sangat pahit.

Sabiya juga suka kopi, namun ia hanya sekedar penikmat kopi, bukan pecinta kopi seperti Reynald. Sabiya tak masalah bila sehari tak meminum kopi, berbeda dengan Reynald yang harus meminum kopi setiap harinya. Senyum Sabiya semakin terlihat, ia tak akan bisa menyembunyikan senyumnya bila sudah mengingat semua hal tentang Reynald.

"Sa, lo mau pesen apa ?" Pertanyaan Daffa membuat Sabiya membuyarkan lamunannya.

"Gue vanilla latte aja Daf." Daffa mengangguk dan memanggil salah satu pelayan toko, untuk memesankan pesanan keduanya.

Daffa menatap ke arah Sabiya yang duduk di hadapannya, dengan senyum yang begitu manis tercetak di wajahnya. Melihat Daffa yang tersenyum begitu lebar, membuat Sabiya tanpa sadar pun ikut tersenyum ke arah pria di hadapannya itu.

"Kenapa sih Daf, senyum-senyum mulu dari tadi ?"

Daffa menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak, gue cuman lagi seneng aja, bisa nongkrong bareng lo, kayak gini"

Sabiya tertawa pelan, menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi. "Pulang dari Melbourne kok lo jadi agak lebay yah Daf." Sabiya kembali tertawa pelan, membuat Daffa untuk sepersekian detik mematung, terpana akan kecantikan Sabiya yang kadang tak masuk ke nalarnya. Sabiya begitu sangat cantik.

"Gue serius Sa, gue seneng bisa duduk kayak gini, duduk di depan lo, liat senyum lo, liat ketawa lo yang aduh...cantiknya gak bisa dikalahin sama apapun."

Sabiya lagi-lagi kembali tertawa. "Ya ampun Daf, selain lo jadi lebay, lo jamet juga yah." Daffa kini ikut tertawa cukup keras.

Daffa menghentikan tawanya saat salah satu pelayan datang membawakan pesanan mereka. Dengan wajah yang berbinar, Sabiya meraih kopinya, lalu menyesapnya dengan perlahan. Rasa creamy dengan perpaduan pahit, juga aroma vanilla yang tercium semakin membuat Sabiya begitu menikmati kopinya ini.

Mata Sabiya menatap ke arah tangan Daffa yang mendorong sebuah kotak persegi kecil ke arah Sabiya.

"Sa, ini oleh-oleh dari gue." Ucap Daffa setelah menyimpan persegi kecil itu di depan Sabiya, Dengan perlahan juga dengan pandangan bingung, Sabiya meraih kotak persegi itu. Saat dibuka pembungkusnya, tercetak jelas di atas kotak persegi itu bertuliskan salah satu toko perhiasan yang cukup terkenal. Sabiya membukanya, lalu matanya melebar saat melihat ada satu buah benda berkilau disana. Ada kalung berbandul bulan sabit di dalamnya.

Story Of ReynaldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang