°
°
°Suasana di rumah rehabilitasi terpantau sangat ramai hari itu oleh keluarga yang berkunjung, berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Tapi walaupun seramai itu lelaki pemilik nama Brian Aldric Mckenzie malah terlihat murung dan jadi banyak melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan sehingga mengundang sang kakak untuk berkomentar.
"Lo kenapa, Bian?"
Lelaki yang kerap disapa Bian itu hanya menggeleng sekilas lalu tersenyum. "Gue gak pa-pa kok bang"
Kalimat yang terucap dari mulut Brian tak membuat Sebastian merasa puas, sebab tak bisanya Brian menutupi sesuatu dari lelaki bernama belakang Regan yang sudah seperti saudara kandung baginya.
"Tapi lo lain hari ini"
Brian agak terkejut, memangnya apa yang berbeda dari dirinya?
"Maksudnya gimana bang?"
Yang lebih tua hanya bisa menghela napas jengah, Brian memang sangat perhatian dan sangat mempedulikan keadaan lelaki yang kerap ia sapa Bastian itu, tapi ia selalu saja tidak peka dengan maksud dari pertanyaan yang terlontar darinya.
"Lo lagi banyak pikiran"
Entah pertanyaan atau pernyataan, tapi lagi-lagi Brian menggeleng.
"Gue udah tau sifat lo dari lo masih bayi dan gue bisa dengan mudah menyimpulkan kalo lo emang gak kayak biasanya"
Brian tersenyum sumir, "keliatan banget ya?"
Seuntai pertanyaan itu sukses membuat Bastian menggeleng tak percaya. Bagaimana mungkin dirinya yang sudah mengenal Brian selama belasan tahun tak dapat membaca raut wajah yang tengah banyak pikiran. Raganya memang ada dihadapan Bastian, tapi jiwanya entah berkelana ke mana dan entah memikirkan apa.
"Jujur aja" pinta Bastian, "mereka ganggu lo lagi?"
Entah siapa yang Bastian maksud, tapi hal itu membuat wajah Brian sayu.
"Gue ketemu Lily"
Jleb
Bastian menelan salivanya kasar, tanpa berbasa-basi ia langsung menarik bahu Brian.
"Apa lo gak salah?"
Brian menggeleng keras, "itu beneran Lily bang, gue yakin kalo itu emang bener dia"
Lelaki yang sudah hampir dua bulan berada di rumah rehabilitasi itu hanya bisa menghela napas pelan. Entah apa yang terjadi sampai Brian seperti ini, terlihat kalang kabut dan sangat cemas.
"Harusnya lo seneng dong udah bisa nemuin dia."
Kenyataannya memang begitu, awalnya Brian sangat senang dan nyaris tak percaya bahwa yang ya temui hari ini adalah Lily-nya. Gadis yang beralasan tahun ia tunggu kedatangan, yang beribu kali ia coba cari walaupun tak tau keberadaannya dan gadis yang selalu hadir dalam mimpinya. Bahkan sebersit ingatan kala bersama gadis itu semasa masih kecil dahulu selalu berputar acak dipikirnya tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Home [END] ✓
Teen FictionSepenggal kisah tentang dua insan yang bertemu tanpa sengaja, kala itu keduanya masih tak tahu apa-apa, yang masih menyimpulkannya bahwa rumah adalah satu-satunya tempat untuk tidur dan berteduh dari hujan serta terik matahari. Tapi pada kenyataann...