Day 9 - writing maraton challenge
°
°
°"Lo yakin mau nyerang ke sana sekarang? Katanya disana lagi ada sparing."
Yang ditanya hanya bersmirk sambil menatap remeh lawan bicaranya.
"Ya elah, masa lo takut sama bocah SMA."
Lelaki berjaket kulit itu menggeleng cepat. "Bukan takut, bos. Tapi kalo disana lagi ada sparing, pasti keamanannya dijaga ketat dan dua sekolah itu bisa kerjasama buat ngelawan kita nantinya."
"Lo ngeremehim gue?" Sarkas lelaki itu sambil menarik kerah jaket milik anak buahnya. "Gue Alby, Albian Agradya leader dari Dark Ephypany, semua orang takut sama gue. Jadi ngapain gue harus takut cuma sama bocah SMA doang." Teriaknya dengan wajah memerah menahan amarah. Tapi beberapa saat kemudian tarikan tangannya di jaket si anak buahnya ia lepaskan dengan perlahan.
Dengan ketakutan lelaki itu sedikit menjauhkan tubuhnya, ia tak mau kena damprat lagi oleh ketua alias bosnya itu.
Jika diantara kalian ada yang merasa heran dan bertanya siapa Alby ini?
Alby yang dimaksud adalah Albian Agradya, kakak kandung Mikhael Fabian Agradya yang beberapa waktu lalu sempat masuk jeruji besi karena kasus penculikan seorang gadis juga kasus kematian adiknya sendiri. Tapi entah kenapa lelaki itu bisa terlepas dari jeratan hukum dan berniat akan menyerang ke sekolah adiknya. Ralat. Almarhum adiknya, Fabian.
Sepertinya ia dengan antek-anteknya sudah merencanakan sesuatu, sehingga si ketua sudah sangat tak sabar menjalankan rencananya.
"Kai, semuanya udah beres kan?" Tanya Alby pada rekannya, Kaito Stevino.
Kaito mengangguk sambil tersenyum miring. "Serahin aja ke Nolan sama Nico, kita tinggal tunggu beres aja." Jawabannya cepat.
"Dua bocah itu bisa di andelin juga ternyata, gak nyesel gue rekrut mereka." Kekeh Alby tak habis pikir.
Awalnya saat ia menemui dua anak SMA itu ia merasa sangat tak yakin dengan keduanya. Mana mungkin dua bocah ingusan seperti mereka akan diterima menjadi bagian dari Dark Ephypany yang ditakuti semua orang, tapi kenyataannya keduanya diterima. Walaupun misi awal yang diberikan oleh Alby untuk dua bocah itu hanya sekedar misi kecil. Yaitu membalaskan dendamnya pada Rexy. Tapi siapa sangka waktu itu misinya sesukses, dan perbuatan Rexy juga sudah tercium oleh polisi.
Sayangnya saat itu Alby malah ditimpa kemalangan, saat ia tengah bersenang-senang merayakan misi balas dendamnya yang berhasil ia tuntaskan, ia malah melakukan kesalahan yang fatal sehingga adiknya kehilangan nyawa akibat ulah dirinya sendiri dan ia berkahir di kurung dalam jeruji besi selama hampir satu bulan lamanya.
Kenapa secepat itu?
Karena tak ada bukti yang kuat untu membuktikan bahwa ia bersalah, kematian Fabian juga tak seratus persen akibat ulah dirinya. Jadi pihak kepolisian membebaskan kembali Alby, namun dengan beberapa persyaratan dan persetujuan. Salah satunya adalah membayar denda dengan nominal yang cukup banyak juga ia harus berjanji tidak akan pernah mengulangi hal serupa apalagi sampai menjadi kriminal dan merugikan banyak orang.
Tapi bukan Alby namanya jika ia menuruti ucapan orang lain dan mematuhi peraturan, sebab prinsipnya dari dulu adalah 'peraturan dibuat untuk dilanggar' atau 'larangan adalah perintah', jadi untuk apa ia mendengarkan nasihat orang lain yang baginya hanya sekedar ocehan belaka. Toh dirinya memang bukan diciptakan untuk menjadi orang baik, melainkan menjadi orang jahat yang bisa melakukan apapun sesuka hatinya dan harus mendapatkan apa yang ia mau. Sama halnya seperti sekarang.
"Gue harus bisa dapetin dia, gimanapun caranya."
Kaito dan Harvey yang duduk tepat dihadapan Alby seketika menatap lelaki itu heran.
"Katanya lo mau bales dendam sama tuh cewek, kok sekarang malah jadi pengen dapetin dia sih?! Aneh banget."
Mendengar itu Alby lantas menoleh kearah Kaito, mengisyaratkan agar lelaki itu menjelaskan semuanya pada Harvey Lexander.
"Lama-lama lo kayak member baru tahu gak" cibir Kaito sebelum menjelaskan apa yang harus ia jelaskan.
"Seenaknya kalo ngomong, bisa-bisanya bilang gue kayak member baru. Gue tuh lebih tua dari lo, kalo lo lupa." Sinis Harvey.
Kaito yang terkena semprot hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Jadi gini bang, pas lo kena kasus kemaren, kita semua udah rencanain buat bales dendam sama seseorang dan nyulik cewek."
Mata Harvey seketika membulat sempurna. Tenyata dirinya yang baru mencium udara kebebasan beberapa hari lalu -sama seperti Alby-, ia melewatkan banyak hal.
"Gila lo, Al. Nekat banget ampe nyulik cewek." Harvey menggeleng tak percaya dan setelahnya ia semakin dibuat tak habis pikir oleh perkataan Alby.
"Lo juga gak bakal nolak kalo mangsanya dia" Alby bersmirk, "niat gue juga bukan semata-mata mau dapetin dia doang, tapi gue juga mau bales dendam sama dia."
Harvey tertawa geli, "kayaknya lo bukan Alby yang gue kenal. Masa iya lo secupu itu sampe mau bales dendam ama cewek."
Alby yang dalam mode tenang, tanpa berbasa-basi terlebih-lebih dahulu langsung menjelaskan semua yang terjadi pada Harvey selama lelaki itu di penjara. Sedetail mungkin Alby menjelaskannya agar Harvey percaya dan tak menganggapnya benar-benar cupu.
Setelah mendengar penjelasan dari Alby, Harvey menggeleng. Ia makin tak habis pikir, ternyata benar, ia banyak melewatkan hal-hal yang mengejutkan selam terkurung di penjara akibat kasus yang ia perbuat.
"Tapi konsep bales dendamnya kayak gimana deh, gue beneran gak ngerti?"
Alby bersmirk untuk yang kesekian kalinya, tapi yang kali ini terlihat lebih mengerikan. "Kita liat aja nanti."
>>><<<
"Jadi gimana Nik?"
"Aman bang, rencana kita pasti berhasil." Siswa dengan badge bertuliskan kelas 10 IPA 5 dengan name tag Nicoline Rayners itu berucap dengan penuh kehati-hatian. Ia berusaha agar tak ada seorangpun yang mendengar perbincangannya dengan seseorang, walaupun hanya lewat telepon ia harus tetap waspada.
Ia dengan rekannya harus bisa menjalankan tugas sebaik mungkin.
"Gimana aman kan?" Bisik Nico tepat ditelinga Nolannus Castello.
"Aman bro, gak ada orang sama sekali dari tadi.", Jawab Nolan mantap.
Nico mengangguk, "kalo gitu kita tinggal tunggu kedatangan mereka terus lakuin apa yang Bang Al perintahin sama kita berdua."
"Iya, gue harap rencana kali ini berjalan lancar."
"Gue juga berharap kayak gitu, semoga rencana dan misi kita kali ini berjalan tanpa ada hambatan."
>>><<<
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Home [END] ✓
Genç KurguSepenggal kisah tentang dua insan yang bertemu tanpa sengaja, kala itu keduanya masih tak tahu apa-apa, yang masih menyimpulkannya bahwa rumah adalah satu-satunya tempat untuk tidur dan berteduh dari hujan serta terik matahari. Tapi pada kenyataann...