Day 7 - writing maraton challenge
[ Hopefully today is better than yesterday. ]
°
°
°Cklek
Pintu terbuka, menampakkan isinya yang kosong tak berpenghuni. Rumah yang dulu selalu terasa ramai, walaupun para penghuninya tak pernah menerima kepulangan Evelyn. Kini menjadi sunyi senyap, sebab ditinggal pemiliknya.
Mungkin dulu Evelyn selalu ingin memisahkan diri dari keluarganya yang sama sekali tak pernah menganggapnya, tapi hari ini ia ingin kembali ke masa itu. Walaupun mereka tak menganggapnya, setidaknya mereka masih ada bersamanya tak seperti saat ini. Evelyn benar-benar ditinggalkan dalam kesepian seorang diri.
"Kalian lagi apa sekarang? Apa kalian bahagia tanpa ada aku disana?" Lirih Evelyn dengan mata yang mulai basah kembali oleh air mata.
Figura berisi foto ketiga orang yang kian ia rindukan itu, kini ia peluk erat.
Sedari dulu ia hanya ingin dianggap oleh kedua orang tuanya, tapi keinginannya kali ini hanya satu. Tak apa jika ia tak pernah dianggap, asalkan mereka masih ada bersamanya tak seperti sekarang. Ia ditinggalkan dalam keadaan hancur, dan seolah-olah mereka ikut andil menghancurkan diri Evelyn berkeping-keping.
Lantas Evelyn beranjak, meletakkan kembali figura foto itu lalu melangkahkan kakinya.
"Dia bener, kehidupan masih harus tetap berjalan walaupun kisahnya sudah menemukan akhir. Tapi aku harus menemukan bahagia meskipun tanpa ada mereka lagi disini."
>>><<<
"Hei, kenapa lo?"
Tepukan seseorang tepat di bahu sebelah kanannya itu membuat Brian tersadar, pikiran yang semula berkelana entah kemana kini telah berkumpul kembali bersama raganya.
"Ck, lo apa-apaan sih Lian, ngagetin gue aja tahu" decak Brian sambil mengusap dadanya beberapa kali karena merasa terkejut dengan perbuatan sahabatnya itu.
Tapi oknum yang membuat Brian terkejut hanya menyengir sambil memamerkan deretan giginya.
"Ya maaf. Abisnya gue ajak ngomong lo dari tadi, tapi lo malah bengong" sinis Gillianus Savero Arnagya si pemilik tatapan tajam.
Brian menghela napas berat, pikirannya sedang carut marut sekarang.
"Mikirin apa sih?"
"Banyak" celetuk Brian asal.
"Yeuuuu, si ege. Kalo banyak masalah ya minimal cerita lah sama gue, siapa tahu gue bisa nambah-nambahin masalah lo itu."
Pletak
"Aduh" Lian meringis kala merasakan ada seseorang yang menjitak kepalanya cukup keras.
Tapi oknum yang melakukan hal itu bukan Brian, melainkan seseorang yang baru datang bersama orang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Home [END] ✓
Teen FictionSepenggal kisah tentang dua insan yang bertemu tanpa sengaja, kala itu keduanya masih tak tahu apa-apa, yang masih menyimpulkannya bahwa rumah adalah satu-satunya tempat untuk tidur dan berteduh dari hujan serta terik matahari. Tapi pada kenyataann...