chapter 6

163 16 3
                                    

Day 6 — event writing maraton challenge

Day 6 — event writing maraton challenge

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deja Vu pt. 2

°
°
°

"Nih" Brian menyodorkan setangkai bunga lily pada Evelyn, membuat gadis itu tertegun beberapa saat.

Setelah lelaki yang duduk disampingnya itu mengatakan banyak hal tentang dirinya dimasa lalu, dengan tiba-tiba lelaki itu memberi setangkai lily pada Evelyn.

Lantas dengan penuh keraguan, Evelyn menerima bunga itu. Saat bunga lily itu sudah berada ditangannya, ia merasa hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Entah kapan dan dimana, tapi samar-samar bayangan muncul di kepala Evelyn.

Perlahan ia menoleh ke arah belakangnya, disana terdapat kumpulan bunga lily yang sedang bermekaran persis seperti lily pemberian dari Brian yang kini ia pegang.

"Ini?" Evelyn menoleh pada Brian dengan sorot mata meminta penjelasan.

Brian dengan cepat mengangguk sambil memperlihatkan senyum terbaiknya.

"Iya, bunga itu gue petik dari sana. Persis kayak gadis kecil yang ngasih gue bunga lily yang sama tepat sepuluh tahun yang lalu."

Deg

Evelyn menggenggam erat bunga itu, lalu menatap Brian dan kumpulan lily itu bergantian.

"Jadi lo-" tanpa berpikir lama dan tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu, Evelyn langsung memeluk tubuh Brian. Ia benar-benar tak percaya sampai air matanya tak dapat ia bendung lagi.

"Iya, ini gue. Bocah laki-laki yang waktu itu nangis di taman ini dan lo datang nyamperin gue sambil kasih gua bunga lily yang lo petik dari sana."

Brian ikut meneteskan air mata kala isakan Evelyn terdengar semakin keras menyapa pendengarannya.

"Kenapa lo gak bilang dari awal" lirih Evelyn sambil melepaskan pelukannya.

Brian tersenyum pilu, "gue udah bilang kan dari awal, tapi lo sama sekali gak ngenalin gue. Dan gue bisa apa ketika lo gak ngenalin gue? Maksa lo buat coba inget gue pun rasanya mustahil apalagi sikap lo yang dingin banget sama gue."

Evelyn menunduk dalam. Air matanya menetes tepat di rok sekolah milik gadis itu.

"Maaf" cicitnya pelan, dan hanya itu yang dapat ia ucapkan.

Brian tersenyum lagi, lalu menarik pelan dagu Evelyn agar gadis itu mengangkat kepalanya dan tak terus menunduk.

"Lo gak perlu minta maaf, ini bukan salah lo." Ucap Brian bijak. "Tapi ini salah salah gue terlalu berharap kalo lo tetap sama seperti gadis yang gue temui sepuluh tahun lalu" ucapnya pelan bahkan terdengar seperti sebuah bisikan.

Go Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang