°
Pada akhirnya semua orang akan tertidur, entah itu tidur untuk melepas penat atau justru tidur untuk melepas semua rasa sakit yang membelenggu hingga ia tak dapat terbangun kembali.
Karena definisi pulang yang sesungguhnya adalah tertidur panjang seorang diri ditempat yang sangat jauh. Sejauh Evelyn yang tak akan pernah bisa digapai dan dimiliki lagi oleh siapapun.
Sekarang keinginannya untuk bertemu dengan Fabian sudah tercapai, atau bahkan ia sudah bertemu dengan lelaki yang sangat ia rindukan itu dan kini ia tengah berbahagia di surga sana.
Tapi bagi beberapa orang, hari ini adalah hari paling buruk dan sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, tepat hari ini Evelyn dikebumikan.
Tubuh gadis itu ditinggalkan seorang diri dan ditimbun dalam tanah.
Saat suasana duka menyelimuti para pelayat, dua orang polisi bersama seseorang datang menghampiri gundukan tanah yang masih basah serta berwarna merah itu.
Lelaki dengan kedua tangan yang terborgol itu meluruh ketanah sehingga kini ia berhadapan dengan Brian juga Rexy.
"Maafin gue" lirih lelaki itu. "Gue tahu permintaan maaf gue gak akan bisa bikin lo bangun dan hidup lagi, tapi gue beneran nyesel ngelakuin ini semua sama lo."
Semua orang menatap heran kearah lelaki itu.
"Maka dari itu gue nyerahin diri ke polisi."
Setelahnya dua polisi itu kembali membawa Alby, membawa si penjahat itu untuk di hukum dan di adili seadil-adilnya.
Keluarga Evelyn sama sekali tak datang mengantar gadis itu ketempat peristirahatan terakhirnya, yang ada hanya kerabat serta teman-temannya saja, juga Rexy yang entah bagaimana caranya ia bisa berada di pemakaman.
Rexy menepuk pundak Brian, "ayo pulang"
Sepertinya deja vu bukan?
Beberapa waktu lalu Rexy pernah merasakan hal serupa, begitu pula dengan Evelyn. Gadis itu juga pernah berada diposisi ini. Tapi dengan cepatnya keadaan itu berbalik, kini Evelyn yang meninggalkan semua orang. Bahkan sebelum kisahnya benar-benar usai.
Sebelum Brian menyampaikan perasaannya, bahkan jauh sebelum kisahnya dimulai, ia harus menyudahinya sesingkat pertemuannya dengan mendiang Evelyn.
"Bian, ayo!"
Brian menggeleng, "bentar, Ky. Gue harus pastiin dulu kalo dia tidur dengan nyenyak dan nyaman di rumah barunya tanpa ada kita disana."
Semua orang yang menyaksikan hanya bisa menahan agar air mata, sambil mendengarkan suara pilu milik Brian.
"Hei, dengerin gue. Sekarang Vely udah bahagia, dia udah ketemu sama Bian dan pulang ke rumah ternyamannya. Dia gak akan ngerasa sakit lagi, karena dia udah bahagia dirumah impiannya. Jadi kita gak perlu khawatir."
Brian mengangguk, dan akhirnya ia dapat dibujuk. Ia pun mulai bangkit, setelah mengecup serta mengelus nisan bertuliskan nama seseorang yang sangat ia cintai.
Kini ia sadar, ia tak harus menyalahkan diri sendiri walaupun gagal menjadi rumah bagi Evelyn. Karena pada kenyataannya Evelyn memiliki rumah impiannya yang sudah menunggu kepulangan gadis itu.
Meskipun Brian harus kehilangan satu-satunya penghuni rumahnya, tapi ia tak apa. Ia hanya butuh waktu untuk menyembuhkannya.
Jadi ia akan menutup pintunya sementara waktu, setelah benar-benar sembuh, baru ia kan kembali membuka pintu itu. Walaupun ia tak yakin suatu saat ia akan membukakan pintu untuk penghuni yang baru.
"Bahagia selalu ya, Ly. Suatu saat gue pasti bakal nyusul lo, jadi tunggu gue ya."
>>><<<
Tuesday, 13/06/2024, 01.15
Finish....
Double up buat yg terakhir kalinya 🤧
Akhirnya work yg diikutsertakan di writing maraton Galaxy batch 2 ini selesai jg, ya walaupun sebenarnya udh lama selesai aku tulis sih —bahkan aku nulisnya pas awal daftar event—
Walaupun hasilnya kayak gini, tapi aku bangga bisa tamatin work ini bahkan jauh sebelum deadline.
Buat temen-temen yg udah mampir & ngasih vote, buat temen-temen peserta event dan buat para juri,...
I wanna say...
Thank you so much atas dukungan positifnya sampe aku bisa nyelesain 'Go Home' ini. Jangan pernah bosen ya sama karya-karyaku, ya walaupun bisa dibilang masih jauh dari kata bagus apalagi sempurna.
Tapi walaupun begitu, aku akan terus belajar dan menulis, bukan hanya sekedar untuk mengisi waktu luang atau sekedar menyalurkan hobi, tapi aku juga ingin menjadi penulis hebat seperti penulis favoritku.
So see you in the next event or next work.
Bye bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Home [END] ✓
Novela JuvenilSepenggal kisah tentang dua insan yang bertemu tanpa sengaja, kala itu keduanya masih tak tahu apa-apa, yang masih menyimpulkannya bahwa rumah adalah satu-satunya tempat untuk tidur dan berteduh dari hujan serta terik matahari. Tapi pada kenyataann...