Day 14
°
°
°"Oh iya, bilang sama Rexy. Dia harus berubah dan janji sama dirinya sendiri, kalo dia gak akan pernah nyusahin dirinya lagi."
"Kenapa gak lo aja yang ngomong langsung sama dia?"
Evelyn menggeleng, "gue gak bisa."
Gadis itu kembali menarik napas, kali ini ia agak kesulitan dan sedikit tersengal saat menarik napasnya. Tangannya yang sedang Brian genggam terasa semakin dingin.
"Makasih ya udah mau bertahan demi gue, tapi mulai dari detik ini, lo harus berhenti lakuin hal itu. Lo harus bahagia tanpa gue."
Brian menggeleng. Ia tak mungkin bisa melakukan hal itu tanpa Evelyn, sebab gadis itu adalah harapan dan tujuan satu-satunya ia tetap hidup.
"Lo kok ngomongnya makin aneh, Ly?"
"Gue mau pulang, terus tidur yang panjang." Air mata kembali menetes dari sudut matanya. "Itu mimpi gue, biar gue bisa lepas dari rasa sakit."
Brian ikut menangis. Terserah kalian mau mengejek atau mengatainya sebagai lelaki cengeng, tapi Brian benar-benar tak sanggup lagi mendengar penuturan Evelyn.
"Terus gue gimana?"
Evelyn tersenyum, dengan napas yang mulai terasa berat ia masih memaksakan untuk tetap tersenyum pada Brian.
"Lo bakal baik-baik aja kok tanpa gue."
"Apa gue bisa laluin semuanya tanpa lo?"
Evelyn mengangguk, buktinya selama ini Brian dapat melalui semuanya tanpa Evelyn bukan? Ia masih dapat hidup bebas tanpa ada seseorang yang membebaninya.
Dengan oksigen yang mulai menipis, Evelyn meminta agar Brian mendekat kearahnya.
"Gue mau tidur, tapi sebelumnya gue mau denger lo ngucapin selama tidur dulu buat gue."
Brian benar-benar tak sanggup melihat Evelyn yang seperti ini, tapi ini permintaan Evelyn dan bisa saja itu adalah permintaan terakhirnya sebelum gadis itu benar-benar menutup mata dan tertidur tanpa terbangun lagi.
Dengan suara serta tubuh yang bergetar, Brian mengecup kening Evelyn lama seperti enggan untu melepaskan dan ia melakukan apa yang Evelyn minta.
"Selamat tidur, Lily. Tidur yang nyenyak ya, tapi jangan lupa buat bangun lagi."
Niiiiittttttttt
Tak lama setelah terdengar lengkingan panjang itu, dokter dan beberapa perawat masuk kedalam ruangan tempat Evelyn berada.
Tubuh Brian tiba-tiba ditarik oleh Gio agar menjauh dari tubuh Evelyn yang sudah terbujur kaku.
Dokter sudah menyalakan alat kejut yang diarahkan pada tubuh Evelyn, tapi sayangnya tubuh Evelyn sudah tak merespon. Lalu dokter meletakkan kembali alat itu, kemudian ia menutup tubuh Evelyn sampai wajahnya sudah benar-benar tak terlihat lagi.
Brian meronta, ia berlari dan melepas penutup yang menghalangi tubuh Evelyn. Ia kembali menatap lekat wajah yang sudah tak lagi bernapas itu.
"Lily, kenapa lo ninggalin gue"
Brian meraung-raung sekarang, tubuh yang sudah tak lagi bernyawa itu terus ia peluk dan kecup keningnya.
"Gue gak bisa hidup tanpa lo, Ly!"
Gio ikut menitikkan air mata, ia tahu Bagaimanapun perasaan Brian saat ini. Tapi ia tak bisa membiarkan lelaki itu terus seperti ini, maka Gio menarik tubuh Brian sekuat tenaga dan menjauhkannya dari tubuh Evelyn yang tak lagi bernyawa.
"Lo harus terima kenyataan, Brian. Vely udah meninggal."
Brian menggeleng. "Gak. Lily masih hidup kok, dia cuma lagi tidur aja." Bantahannya membuat Gio dan beberapa perawat yang menyaksikannya hanya bisa mendengar tangis pilu dari lelaki yang baru saja kehilangan itu.
"Brian, bentar lagi keluarga Vely dateng buat jemput jenazahnya. Jadi lo gak boleh disini."
Brian tertegun, jadi yang ia saksikan barusan adalah nyata. Bukan mimpi buruk atau semacamnya? Evelyn benar-benar meninggalkannya?
Sambil menyeka sudut matanya, Brian melepaskan tangan Gio dari tubuhnya. Lalu kembali menatap wajah Evelyn, mata gadis itu tertutup sempurna.
Sebelum ia meninggalkan gadis itu dan menutup tubuhnya, sekali lagi Brian mengucapkan hal yang sama.
"Selamat tidur, Lily. Maaf gue gak bisa anter lo pulang."
>>><<<
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Home [END] ✓
Teen FictionSepenggal kisah tentang dua insan yang bertemu tanpa sengaja, kala itu keduanya masih tak tahu apa-apa, yang masih menyimpulkannya bahwa rumah adalah satu-satunya tempat untuk tidur dan berteduh dari hujan serta terik matahari. Tapi pada kenyataann...