Double up di day 9
Hehe gapapa ya, so janlup kasih vote dan komen disetiap paragrafnya.
°
°
°Pertandingan persahabatan antara SMA Gemintang Cendikia dengan SMA Harmoni sudah dimulai beberapa saat lalu, sorak sorai supporter terdengar bersahut-sahutan membuat Evelyn terlihat sangat tak nyaman dengan kondisi disekelilingnya.
"Lo gak nyaman ya sama keramaiannya disini?" Ucap Brian tepat ditelinga gadis itu.
Evelyn menoleh pada lelaki yang berseragam rapi lengkap dengan almamater kebanggaannya.
"Lumayan" jawab Evelyn singkat.
"Gue juga" timpal Brian sambil menatap Evelyn yang menampilkan sorot mata yang masih sama seperti kali pertama mereka berjumpa beberapa tahun lalu.
"Lo kan punya banyak temen dan gue rasa circle pertemanan lo pasti gak usah diraguin lagi, terus kenapa lo gak suka sama suasana kek gini? Harusnya lo udah terbiasa kan kalo dikelilingi banyak orang?"
Brian terkekeh dengan mendengar ucapan Evelyn yang lumayan panjang itu, "karena gue udah janji sama mereka buat nonton pertandingan dan terus support mereka."
Janji? Apa janji spele seperti itu juga harus tetap ditepati?
"Mungkin buat sebagai orang hal kek gitu tuh spele dan kekanakan banget, tapi ini yang di namain solidaritas dan juga totalitas."
Evelyn terdiam sambil mendengarkan penuturan Brian, sepertinya lelaki itu bisa membaca dan mengetahuinya isi pikirannya.
"Sama halnya kek janji akan menjadi pribadi yang baik lagi dari hari ini dan janji akan lebih mencintai diri sendiri, spele tapi susah buat nepatinnya."
Evelyn terpaku, kenapa semua ucapan yang keluar dari mulut Brian sangat sama persis dengan pemikiran Fabian.
"Kenapa lo bisa nyimpulin kek gitu?"
Ketua OSIS SMA Harmoni itu tersenyum hangat, "karena gue sedang berusaha buat nepatin janji sama diri gue sendiri." Ucapannya sambil menatap mata Evelyn dalam.
Evelyn lantas membalas tatapan itu tak kalah dalamnya, ia mencari sesuatu pada tatapan serta sorot mata itu.
"Kalo gue boleh tahu, lo janji apa sama diri lo sendiri?"
"Pas gue umur enam tahun gue pernah janji sama diri gue sendiri, bahwa suatu saat gue pasti nemuin gadis yang mengubah persepsi gue tentang rumah." Setelahnya Brian terdiam, lalu kembali menatap manik Evelyn. "Saat itu gue janji bakal bikin lo bahagia, bikin lo lupain sama semua kesedihan yang membelenggu dan jadiin diri gue sendiri sebagai rumah, tempat lo pulang."
Evelyn terhenyak, bulir air mata mulai menetes perlahan dari pelupuk matanya. Kata-kata tulus Brian benar-benar membuatnya tersentuh dan lagi-lagi teringat akan semua hal tentang Fabian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Home [END] ✓
Genç KurguSepenggal kisah tentang dua insan yang bertemu tanpa sengaja, kala itu keduanya masih tak tahu apa-apa, yang masih menyimpulkannya bahwa rumah adalah satu-satunya tempat untuk tidur dan berteduh dari hujan serta terik matahari. Tapi pada kenyataann...