KEJUTAN ULANG TAHUN

124 14 0
                                    

Aku bangun ketika jam menunjukkan pukul delapan. Mata masih mengantuk tapi perutku keroncongan, lapar melandaku. Angga masih tertidur dengan pulasnya. Aku memutuskan untuk mengambil kaos big size Angga dan memakainya untuk keluar kamar dan mencari makanan. 

"Udah bangun mbak Naya ?" Tanya mbok Nah yang sedang menyapu rumah. 

"Iya mbok, tapi mas Angga belum bangun." Kataku sambil menuju meja makan. 

"Mbok masak nasi goreng babat pedes mbak Naya." 

"Wah mbok Nah tau aja sih Naya lapar ?" Tanyaku sambil menahan malu karena gak bantu-bantu tapi udah minta makan.

"Makan dulu, mbok Nah siapin susu anget ya ?" 

"Mbok Nah, ada bahan apa di dapur mbok ?" Tanyaku. 

"Apa ya tadi ada bandeng sama telur ayam, sayurnya mbok belum beli, rencana nanti mau ke pasar dulu. Belanja barang-barang yang emang sudah banyak yang habis." 

"Nanti aku nitip tepung krispi, sama cabe kriting ijo ya mbok." 

"Mbak Nay mau masak ?"

"Iya mbok, aku pengen masakin Angga bandeng krispi sama oseng telur  ayam pakai cabe ijo." 

"Iya nanti mbok belanjain mbak." 

Aku makan nasi goreng dengan lahapnya. Aku merasa lapar sekali. Akhir-akhir ini aku memang tidak bisa menahan lapar, sekali telat makan perutku langsung terasa perih dan aku harus makan, porsi makanku juga lebih banyak dari biasanya. Mungkin saja karena selama hidup sendiri aku jadi merasa hidup mandiri, apalagi kalau ada proyek pesanan banyak aku harus sama ngemil biar gak ngantik, jadinya kebiasaan lambungku melebar dan lebih doyan makan, ngaruh  gak sih ? 

Sementara mbok Nah pergi ke pasar diantar oleh pak Muh aku mencoba ke dapur untuk mengerjakan sesuatu yang bisa aku kerjakan. Aku membuka kulkas dan mencari bandeng yang  dibilang mbok Nah. Aku mencucinya dan memotong bandeng menjadi beberapa bagian, selanjutnya aku merebus telur ayam agar matang lalu mengupasnya. 

"Sayang kamu ngapain ?" Tanya Angga yang tiba-tiba memelukku dari belakang. 

"Kamu kok udah bangun ? Aku baru mau masak, tapi mbok Nah belum datang, tadi aku nitip beberapa bumbu." 

"Aku belum lapar, aku bisa  tungguin sampai mbok Nah pulang dan masakanmu selesai." 

"Lama  lho, atau kamu makan nasi goreng buatan mbok Nah ? Aku siapin." 

"Enggak pa-pa, aku mau tunggu. Biar bener-bener lapar trus bisa nambah banyak nanti masakan calon istri aku." Kata Angga sambil menempelkan hidunya di hidungku. 

"Apaan sih, yaudah mandi sana duluan." 

"Kamu udah emang ?" 

"Belom, selesaiin ini dulu sih, tinggal ngupas cangkang telur doang."

"Barengan gak mau ?" 

"Ih tar gak selesai-selesai mandinya. Udah sanaan mandi dulu, nanti gantian aku." 

"Iya. Yaudah aku mandi dulu." 

Angga berlalu dari  hadapanku menuju kamar mandi dan aku membuatkan Angga kopi susu dulu sebelum melanjutkan pekerjaanku mengupas cangkang telur. Tidak berapa lama mbok Nah datang dan aku langsung memasak, sementara mbok Nah melanjutkan pekerjaannya bersih-bersih kebun bersama pak Muh. 

"Siapa kamu ?" Tanya seseorang yang suaranya belum aku kenal. 

Aku yang baru saja menata masakan ke meja makan menjadi kaget karena ada perempuan paruh baya yang sudah berdiri dibelakangku. Perempuan yang selama ini belum pernah aku lihat sebelumnya selama tinggal di rumah Angga. Memakai celana panjang, blouse berwarna putih dengan corak bunga mawar dengan rambut bercepol terlihat sangat berwibawa dihadapanku. 

"Ibu .... Silahkan masuk, kok tidak berkabar dulu kalau mau pulang ? Kan mbok Nah bisa siapkan makanan kesukaan ibu." Mbok Nah tergesa-gesa mendekati orang itu dan meraih koper yang dia bawa. 

"Siapa perempuan ini ?" Tanya Ibu itu ke mbok Nah.

"Oh itu mbak Kanaya bu, pacarnya mas Angga."

Pandangan ibu itu langsung menyapu seluruh tubuhku dari atas sampai bawah, aku yang tidak memakai celana bawahan hanya memakai kaos Angga yang menutup separoh pahaku itu merasa tidak nyaman dengan tatapan matanya. 

"Pacar ?" Tanya ibu itu memastikan kepada mbok Nah.

"Betul bu, itu mbak Kanaya pacar mas Angga bu." 

"Pacar atau wanita penghibur yang suka disewa Angga untuk melepas penat Angga dari pekerjaannya ?" Tanya ibu itu lagi sambil memandang rendah diriku. 

"Bukan bu, mas Angga tidak seperti itu. Mbak Naya itu betu-betul pacar mas Angga. Mbak Naya ini ibunya mas Angga." Kata mbok Nah padaku. 

Aku sungguh kaget karena aku tidak menyangka jika perempuan paruh baya itu ternyata adalah ibunya Angga. Aku yang menyadarinya langsung mendekat ke arah ibu Angga dan berniat untuk mencium tangannya yang langsung di tolak mentah-mentah oleh ibu Angga. 

"Dibayar berapa kamu sama Angga untuk menjadi teman tidurnya ?" Tanya ibu Angga lagi. 

"Mama !" Angga yang baru keluar dari kamar langsung berteriak ke arah mamanya dan mendekatiku. 

"Kenapa Angga ? Apa ada yang salah dengan perkataan mama ?"

"Mama gak boleh bicara sekasar itu pada Kanaya, Kanaya ini pacar Angga, calon istri Angga, Angga udah ngelamar dia ma." 

"Calon istri ?" Lagi ibu Angga melihatku dari atas sampai bawah tubuhku. 

"Ayolah Angga jangan gila kamu. Mama tau kamu suka memacari perempuan-perempuan bodoh dan murah di luar sana untuk kamu tiduri, mama tau kamu main aman dan bersih untuk melampiaskan nafsu kamu dan membuang lelah kamu dengan bermain dengan wanita-wanita itu, jangan kamu pikir mama tidak tau bagaimana kehidupan kamu selama mama berpisah jauh dari kamu, mama diam bukan berarti tidak tau dan bukan berarti kamu juga bisa semena-mena melamar orang lain seenak kamu!" 

"Ma, setiap orang yang Angga pacarin itu Angga seriusin semua, kalau misal Angga putus bukan karena Angga main-main, tapi mereka yang sudah melakukan kesalahan, bukan Angga yang bikin salah. Perkara Angga yang bercinta sama mereka itu bukan karena Angga bermain, ayolah ma jaman sekarang, toh Angga juga selalu bertanggung jawab sama mereka." 

"Kamu sudah tidur dengan dia ?" 

"Ma !"

"Siapa nama kamu ?" Tanya Ibu Angga padaku. 

"Kanaya tante." Jawabku.

"Kanaya kamu sudah pernah tidur dengan Angga ?" Tanya ibu Angga lagi. 

"Mama tidak berhak tanya hal itu pada Kanaya!" 

"Tentu  saja mama berhak tau Angga! Karena siapapun calon menantu mama harus perempuan yang memiliki latar belakang dan pendidikan yang baik, dan yang pasti seorang perempuan yang mampu menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan!" Kata ibu  Angga dengan tegasnya. 

"Seburuk apapun kamu di masa lalu kamu, sejauh apapun hubungan kita sebagai keluarga, mama tetap menginginkan menantu yang baik,  perempuan terhormat bukan perempuan murahan yang tidak mampu menjaga kehormatannya atas nama cinta seperti dia !" Tunjuk ibu Angga tepat di wajahku. 

"Mama !" 

MISTER POSSESIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang