HAMPIR

214 15 0
                                    

Aku masih berdiri di depan pintu melihat Kayla berdiri di depanku. Dia bahkan memelukku sambil menangis, Tapi aku tetap berdiri mematung bingung dengan apa yang harus aku lakukan melihat Kayla berdiri di hadapanku sementara di dalam ada Angga yang masih tertidur pulas. 

"Nay, kamu kenapa masih berdiri disitu ?" Tanya Kayla yang sudah duduk di sofa. 

Aku bahkan tidak menyadari kalau Kayla sudah melepas pelukannya padaku dan sudah duduk manis disofa. 

"Oh aku ..." Kataku sambil melangkah mengikuti Kayla duduk, tapi mataku terus melirik ke arah kamar yang memang belum aku tutup. 

"Kamu kenapa sih ? Ada sesuatu ?" Tanya Kayla sambil menolah noleh sekeliling. 

"Eh enggak, gak ada apa-apa kok. Kamu habis pulang coas Kay ?" 

"Iya, udah makan belom? Ini aku belikan ayam goreng keju level lima." Kata Kayla sambil membuka bungkusan plastik itu. 

"Umm belum sih, kebetulan dong kamu datang, tau aja aku lagi laper." Kataku sambil membantunya membuka plastik. 

"Aku lagi pengen makan yang pedes banget pokoknya malam ini. Kalau perlu sampai nangis." Kata Kayla sambil mulai membuka makanannya.

"Kamu kenapa Kay ? Ada masalah kah ?" 

"Huft .......... Biasalah Nay, ini soal Angga." 

"Uhuh uhuk .... " Aku yang sedang meyeruput es teh langsung tersedak mendengar Kayla menyebut  nama Angga. 

"Pelan Nay" Kata Kayla sambil makan. 

"Aku kekamar bentar Kay, ambil HP ya." Aku buru-buru masuk kamar dan menutupnya. 

"Angga ... Angga bangun Angga." AKu menggoyang-goyangkan tubuhnya yang masih tertidur lelap. 

Angga  susah sekali bangun, dia masih sangat nyenyak tidurnya, aku masih menggiyang-goyangkan tubuhnya agar dia bangun, Angga akhirnya bergerak, kupikir dia bangun ternyata malah menarikku kepelukannya dan merebahkan aku diranjang lalu mendekapku. 

"Angga bangun  dulu .... " 

"Apa sayang ? AKu tuh ngantuk. Kamu gak tau kalau aku capek?"

"Ada Kayla di depan." Bisikku. 

"Yaudah sih biarin, suruh di depan aja." 

"Angga aku serius, bangun dulu. Ada Kayla di depan, kalau dia tau kamu kesini nanti dia bisa sakit hati." 

"Atau perlu aku ngomong sekarang kalau memang kita berdua ada hubungan ? Biar Kayla juga  tidak terus mengharapkan aku ?" 

"Angga denger aku, kamu diam dikamar, jangan keluar jika aku belum menyuruh kamu keluar. Ngerti ?" 

"Iyaa ... " 

Aku bergegas keluar agar tidak menimbulkan kecurigaan pada Kayla. Jangan tanya bagaimana jantungku sekarang, rasanya  sungguh tidak karuan. 

"Lama banget ambil HPnya Nay ?" Tanya Kayla. 

"Iya tadi nyelip di selimut Kay. Gimana keadaan rumah Kay ? Aman kan ?"

"Aman kok."

"Syukurlah. Kalau ada apa-apa aku selalu dikasih tau ya Kay. Meskipun ayah dan bunda gak pernah perduli sama aku, tapi aku tetep sayang banget kok sama mereka." 

"Nay, jangan bicara begitu, mereka juga sayang sama kamu, cuma mungkin cara mereka menyayangimu berbeda dari aku dan Kevin." 

Aku lebih memilih tersenyum mendengar pembelaan Kayla. Pasalnya dia tidak pernah tau bagaimana rasanya menjadi diriku selama bertahun-tahun. Dari kecil hingga besar aku tumbuh dengan rasa yang berbeda dari kedua saudara kandungku. Dari hal yang terkecil sampai besar mereka selalu membeda-bedakan aku. 

"Nay ..." 

"Hmmm " 

"Kamu gak mau bertanya sesuatu padaku ?" Tanya Kayla.

Aku diam sejenak berfikir, adakah sesuatu yang memang perlu aku tanyakan ? Astaga aku baru ingat kalau tadi Kayla menangis saat dia baru datang. Karena fikiranku terus pada Angga aku jadi tidak fokus pada Kayla. 

"Kamu ada masalah Kay ?"

Kayla tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia menundukkan kepalanya sambil terus menyuap nasi ke dalam mulutnya. Aku masih terus memperhatikan gerak gerik Kayla sambil terus melirik ke arah pintu kamarku takut kalau Angga tiba-tiba keluar kamar. 

"Angga memutuskan hubungannya denganku." Kata Kayla yang membuatku langsung membulatkan mata. Pasalnya Angga tidak pernah cerita sebelumnya tentang hal ini padaku. 

"Kamu tau kan Nay aku pernah merasa hancur saat Abdi menghianatiku, aku merasa sangat terpuruk, tapi Angga datang dan mengisi hatiku, lalu saat ini dia tiba-tiba memintaku untuk menjauh darinya, dia bahkan mengatakan bahwa dia mendekatiku karena ingin menjalin hubungan baik denganku karena aku telah merawatnya  semasa dia buta." Kata Kayla sambil terisak. 

Aku mengambil nasi kotak yang berada dipangkuan Kayla. Kuletakkan di meja lalu aku meraihnya dalam pelukanku. Aku bisa merasakan sesak di dada Kayla saat dia menangis. Rupanya dia terlalu menyayangi Angga sebegitu dalam. Rasanya aku begitu jahat karena berada di tengah-tengah hubungan mereka. Aku melihat ke arah pintu kamar, disana aku melihat ke arah Angga yang melihat dan mendengar pembicaraan kami dari balik pintu. 

"Aku menaruh harapan besar pada Angga  setelah harapanku menikah dengan Abdi gagal. Tapi nyatanya selama ini aku cinta sendirian Nay." Lanjut Kayla. 

Bibirku kelu. Aku tidak bisa berbicara sepatah katapun. Aku takut jika salah berbicara. Aku belum siap jika Kayla tau bahwa akulah penyebab Angga ingin mengakhiri hubungannya dengan Kayla. 

***** 

Aku fokus pada mata pelajaran kuliah hari ini. Sudah lama aku tidak mengikuti perkuliahan karena pekerjaanku dan fokusku pada hubungan Kayla dan Angga. Susah sekali membicarakan pada Angga tentang hubungan ini. Dia sangat mencintaiku, bahkan melebihi rasa cintaku padanya. 

"Nay ... " Panggil Sabrang saat kita selesai jam kuliah. 

"Iya Sab ?" 

"Mau kemana habis ini ?" 

"Gak kemana-mana sih, paling di taman kampus aja." 

"Ga ada lemburan kah ?"

"Belom ada, kemarin udah aku kelarin semua  Sab." 

"Boleh aku temenin ?" 

"Boleh dong, udah lama juga kan kita ga ngobrol ?"

Aku dan Sabrang memutuskan untuk berjalan menuju taman kampus. Sesampainya kita Sabrang ijin ke kantin sebentar untuk membeli minum. Aku sendirian di taman kampus sambil melihat suasana taman. Dulu sebelumaku sibuk seperti sekarang, sebelum aku mengenal cinta aku selalu menikmati hari menghabiskan waktu di taman sekolah. Aku memotret obyek yang menurutku bagus dan menarik. Kali ini karena tidak ada rencana untuk nongkrong di taman aku tidak membawa kameraku, aku memilih untuk mengambil foto menggunakan ponselku. 

Kamera ponselku mengarah pada sosok Sabrang yang berjalan kemari sambil membawa dua cup es  teh dan satu kantung plastik berisi makanan ringan. Entah kenapa aku tertarik untuk mengambil potret dirinya. Sabrang tipe lelaki yang ramah dan suka tersenyum. Dia juga selalu menyapa orang-orang yang berada di sekelilingnya. Sabrang memiliki lesung pipi pada pipi kirinya, badannya yang tinggi dan berotot menambah maskulin penampilan Sabrang. 

Saat mendaftar mahasiswa pecinta  alam, aku merasa khawatir untuk tidak mampu mengikuti, tapi Sabrang dengan sabarnya meyakinkan aku bahwa aku pasti bisa dan mampu untuk melalui sgala jenis kegiatan pecinta alam, entah itu naik gunung, ataupun panjat tebing. Naik gunung pertama kali aku di dampingi Sabrang, saat itu aku hampir saja ketinggalan dan hilang dari rombongan, namun Sabrang mencariku dan menungguku hingga aku bisa kembali bersama dengan rombongan dan bisa kembali dengan selamat. 

MISTER POSSESIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang