TERUS MENCARI

363 20 4
                                    

*CERITA INI FULL POV ANGGA* 

Aku pulang dengan kondisi berantakan. Setelah sebelumnya aku berdiam diri duduk di depan studio berharap Kanaya datang walaupun hasilnya nihil aku akhirnya pulang. Berkali-kali mobilku hampir menabrak kendaraan lain, tapi aku tidak memperdulikannya. Bahkan mobilku sampai diperiksa polisi karena kelalaianku dalam mengemudi, namun aku tidak memperdulikannya. Aku memilih untuk pulang. 

"Angga ... Kamu kemana aja sayang ? Aku kawatir sama kamu." Kayla menyambutku begitu aku sampai rumah.

"Jangan sentuh aku !" Kuhempas tangan Kayla yang menyentuh lenganku.

"Angga aku istri kamu."

"Hanya status ! Ingat Kayla hanya status ! Ini kan yang kamu mau ? Kamu bisa menikahiku tapi tidak untuk memiliki hati dan tubuhku !" Aku tinggalkan dia memasuki kamar yang dulu pernah dipakai oleh Kanaya.

Aku merebahkan diri di ranjang bersprei merah ini. Kupejamkan mata sambil membayangkan bagaimana keadaan Kanaya saat ini. Apa yang dia lakukan saat ini dalam keadaan hamil ? Aku merasa bodoh sekali. Kenapa tak pernah kusadari jika dia hamil dari awal ? Padahal kehamilannya sudah lama, bahkan jauh dari sebelum aku melamarnya. Bodohnya aku yang tidak pernah menanyakan urusan haid dia. Astagaa dia pasti sangat tersiksa sekarang.

******

"Sayang kamu baru bangun ? Ini aku buatkan teh manis." Kayla mendekat saat aku keluar dari kamar.

"Mbok Nah ...... " Aku memanggil mbok Nah.

"Iya mas Angga ?" Mbok Nah tergopoh-gopoh mendatangiku.

"Buatkan aku kopi seperti Kanaya membuatkan kopi susu kesukaanku."

"Baik mas Angga." Mbok Nah kembali ke dapur .

"Sayang aku udah bikinin kamu teh loh, kamu gak mau minum buatanku ?" 

"Jangankan meminum teh buatanmu, memegang benda yang pernah kamu sentuh saja tidak akan aku lakukan !" 

"Kenapa kamu sekejam itu padaku ?" 

"Ya inilah aku. Kamu pikir aku pria baik-baik ? Tidak Kayla. Kamu hanya tertipu penampilanku. Kamu tidak akan bisa seperti Kanaya yang mampu mengerti diriku." 

"Cukup ! Jangan sebut nama Kanaya lagi !" 

"Kenapa ? Aku bahkan akan menyebut namanya setiap hari, sama seperti hatiku yang tidak pernah mati untuk mencintainya. Apalagi dia sedang mengandung anakku." 

"Apa ?" 

"Iya, Kanaya sedang mengandung anakku. Dan gara-gara kamu yang meminta pertanggungjawaban padaku aku tidak bisa bertanggung jawab pada anak yang di kandung Kanaya !" 

"Bisa saja itu anak orang lain... " 

"Tutup mulutmu soal Kanaya! Kamu tidak berhak berkata buruk soal dia. Semua orang di keluargamu adalah racun. Racun yang harusnya di musnahkan. Bagaimana bisa seorang keluarga kandung saling menjatuhkan. Sungguh memalukan." 

"Angga dengar ... " 

"Kamu yang harus mendengarku Kayla ! Jangan berharap aku akan menyentuhmu meskipun kita sudah menikah, jangan berharap aku akan tidur satu ranjang denganmu! Karena itu tidak akan terjadi ! Silahkan kamu tidur di kamarku, biarkan nanti mbok Nah yang memindahkan barang-barangku di kamar yang dulu pernah ditempati Kanaya." 

"Tolong  lupakan Kanaya Angga, kita bisa mencobanya dari awal Angga." 

"Maaf Kayla, aku bukan tipe orang yang mudah menyukai orang. Aku tidak akan mencintai seorang perempuan jika bukan aku dulu yang mulai mencintainya. Sebesar apapun cintamu padaku jika aku tidak mencintaimu terlebih dulu aku tidak bisa mencintaimu. Orang tuaku boleh memihak padamu. Tapi tidak denganku." 

Aku kembali memasuki kamar untuk bersiap bekerja. Aku menghabiskan waktuku di luar rumah. Lebih sering ke studio milik Kanaya untuk sekedar melukis atau menerima foto untuk melanjutkan pekerjaan Kanaya. Aku juga  selalu membersihkannya agar ketika Kanaya pulang studio akan terlihat bersih dan bisa langsung dia tempati. 

Aku bahkan jarang pulang ke rumah. Kayla selalu berusaha untuk menemuiku dan berbicara padaku, namun sayangnya aku tetap tidak bisa memberikan rasa ibaku padanya. 

"Kamu dimana sayang ? Aku merindukanmu." 

Aku memegang foto Kanaya yang ada di ponselku. Aku merindukannya. 

"Selamat malam pak Angga." Sapa Anton salah satu orang suruhanku. 

"Bagaimana dengan Kanaya ? Kamu sudah menemukannya ?" Tanyaku sambil menyesap kopi hitam buatanku sendiri. 

"Maaf pak Angga, kami belum menemukan ibu Kanaya." 

"Goblok !" Aku melempar gelas kopi yang kuminum ke lantai hingga pecah menjadi beberapa keping. 

"Maaf pak Angga kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kami sudah mengikuti bu Maheka dari pagi hingga ke pagi lagi tapi tetap tidak menemukan apapun soal bu Kanaya. Selama keluar rumah bu Maheka hanya ke mall, studio foto, sama nongkrong di cafe saja pak." 

"Sial !" 

Aku menghisap rokokku dalam hingga kurasakan masuk ke dalam dadaku. Otakku terus berfikir memikirkan cara apa lagi yang akan aku lakukan untuk menemukan Kanaya. Aku membayar mahal Anton untuk mengikuti gerak gerik Maheka, aku yakin betul kalau Maheka ada dibalik persembunyian Kanaya. Aku tau Kanaya itu tidak banyak mengenal orang, pribadi yang introvert membuat dia sedikit jauh dari dunia luar, dia tidak mungkin bisa bersembunyi sendiri tanpa bantuan dari orang lain. 

"Maheka !" Aku menghampiri Maheka sedang duduk sendirian di club malam. 

"Kamu kagi, mau ngapain ? Ngajak balikan ?" 

"Najis !" 

"Najis gini juga doyan kan ? Lupa dulu kita pernah ngapain aja ? Perawan aku juga kamu yang ambil kan ? Demen banget sih merawanin anak orang ?" 

"Tutup mulut kamu ! Sekarang katakan dimana Kanaya !" 

"Gak tau." 

"Ka ayolah, tolong kasih tau dimana Kanaya ?" 

"Ya orang gak tau, kok maksa." 

"Gak mungkin kamu gak tau." 

"Ya mungkin aja sih, apanya yang gak mungkin ? Emang informan kamu gak ngasih tau ?" 

"Hah ?" 

"Aku gak bodoh Angga, aku tau kamu bayar orang kan buat ngikutin aku ? Nah udah kebukti kan aku gak kemana-mana ? Aku emang beneran gak tau." 

"Trus dimana Kanaya ?" 

"Dulu sebelum kamu nikah dia emang sama aku, tapi setelah itu dia pergi, dia pamit sama aku kalau dia mau pergi, dia gak akan lagi muncul di hadapan kita apalagi kamu. Dia pengen kamu bahagia sama Kayla." 

"Mana ada bahagia, aku tidak pernah menyentuh Kayla." 

"Weits, gak tergoda emang ? Pas mabok ditidurin, giliran waras gak pengen nyoba ?" 

"Aku cuma mikir Kanaya dan anakku." 

"Udah telat Ngga, doain aja yang terbaik buat Kanaya. Dan kamu bisa bikin bahagiamu sendiri dengan Kayla." 

Maheka berlalu meninggalkanku begitu saja setelah memberikan aku nasihat. Bagaimana aku bisa menciptakan kebahagiaanku sendiri dengan Kayla jika aku masih mencintai Kanaya. Aku membuang nafas panjang. Kuraih botol minum milik Maheka yang masih tersisa dan meminumnya. Aku menjatuhkan kepalaku pada meja bar dengan segala kegalauan dan keresahan hatiku. 

MISTER POSSESIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang