MATA YANG KURINDU

122 21 5
                                    

Aku masih memandang Bening yang sedang tertidur pulas tanpa berkedip. Wajah cantiknya benar-benar sama sepertiku, dia adalah gambaranku, dia adalah putriku, darah dagingku. Sesekali aku menyeka air mataku yang menetes agar tak terkena wajahnya dan membangunkan tidurnya. 

"Bening mau mainan apa ?" Tanyaku saat dia belum tidur tadi. 

"Aku suka semua mainan om." Katanya. 

Saat dia memanggil aku dengan sebutan 'om' betapa sakitnya hatiku, sementara dengan Rasyid orang yang tidak ada hubungannya dengannya  dia panggil dengan sebutan 'papa'. 

"Bening boleh saya meminta sesuatu ?" Tanyaku. 

"Apa itu ?" 

"Panggil saya ayah." Kataku dengan  suara bergetar. 

"Ayah ?" 

"Saya  ini ayah kamu." Kataku. 

Bening melihatku tanpa berkata apapun. Apakah aku terlalu cepat untuk mengatakan hal ini ? Tapi aku tidak sabar jika harus menunda-nunda lagi yang entah sampai kapan aku bisa mengatakan kebenaran ini padanya. Aku tau tidak mungkin Kanaya menceritakan tentangku pada Bening. 

"Kata bunda ayah bening sedang bekerja, dan tidak bisa menemui Bening karena sibuk." Cerita Bening polos. 

Aku memeluknya. Kuusap rambutnya. Dia begitu polos. Terima kasih untuk tidak berkata buruk tentangku Kanaya. Aku tau hatimu sebaik itu, mungkin ini yang membuatku tidak bisa melupakanmu selama betahun-tahun kamu pergi menghilang meninggalkanku. 

"Ini ayah sayang, ayah sudah kembali. Ayah tidak akan bekerja jauh lagi, ayah akan selalu ada buat Bening dan bunda. Maafkan ayah ya." 

"Iya ayah." 

Air mataku kembali jatuh saat mendengar bibir mungil itu memanggilku dengan sebutan  ayah. Betapa hatiku langsung terasa bergetar ketika aku mendengar dipanggil ayah oleh anak kandungku sendiri. 

***** 

Tok tok tok ....... 

Aku membuka mata saat ada suara ketukan pintu dari luar. Kulihat Bening masih tertidur dengan lelapnya. Mungkin dia lelah karena habis bermain denganku tadi. Aku menggunakan waktuku semaksimal mungkin bersama Bening, aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang selama ini terbuang untuk membahagiakan putri tunggalku. 

Aku beranjak keluar kamar untuk membuka pintu. Hatiku berdegub dengan kencang sekali ketika mendekati pintu rumah. Aku yakin sekali itu adalah Kanaya. Aku tau Kanaya pasti akan datang untuk menjemput Bening. Bagaimana kabarmu Nay ? Masihkah kamu mencintaiku seperti aku mencintaimu ? Aku harap kamu tidak membenciku atas kesalahpahaman yang selama ini terjadi. 

Klek ... 

Aku membuka pintu villa. Di hadapanku sudah berdiri selama ini sosok yang aku rindukan. Kanaya masih menggunakan kaos kerah berwarna biru muda dengan rambut panjang yang di ikat model Messy Ponytail. Celana panjang berwarna hitam dan menggunakan sepatu cat berwarna hitam. Meskipun penampilannya terlihat sangat berantakan tapi dia masih terlihat cantik di mataku. Tidak ada yang berubah darinya selain badan yang lebih kurus, pipi yang lebih tirus dan warna kulit yang lebih gelap dari terakhir aku bersamanya dulu.

"Dimana Bening ?" Tanyanya dengan tegas. 

"Kanaya .... Aku .... " 

"Aku mau ambil Bening. Dimana dia ?" Sekali lagi dia bertanya tentang keberadaan Bening tanpa memandangku. Dia melihat lorong pintu di dalam villa. 

"Masuklah dulu. Aku ingin berbicara denganmu." 

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, aku hanya mau mengambil Bening. Kamu lancang sekali ya ? Beraninya kamu mengambil Bening dan mengajaknya kesini tanpa ijin dariku!" Katanya  dengan nada emosi. Kali ini dia melihatku. 

Netra kami bertemu. Aku bisa melihat kemarahan dan kebencian dari wajahnya. Tidak ada kelembutan dan rasa cinta darinya padaku seperti dulu. Mata itu dulu yang selalu menyambutku dan membuatku mencintainya, tapi sekarang mata itu seperti ingin menerkamku dengan seluruh dendam di dirinya.

"Aku perlu bicara denganmu. Aku akan menjelaskan kesalahpahaman ini padamu. Dengarkan aku dulu."

"Bening ! Bening !" Kanaya sedikit berteriak memanggil nama Bening dari depan pintu.

"Kamu bisa membangunkan tidurnya Nay, Bening sudah tidur dia sudah terlelap. Kasihan Bening!"

"Aku yang lebih tau dia dibanding kamu!"

"Dia juga anakku !" Kataku sedikit membentak.

Kanaya terdiam. Dia kembali melihatku, netra kami kembali bertemu. Ada air mata yang hendak keluar dari pelupuk matanya. Mungkinkah dia marah padaku karena aku membentaknya ?

"Bening bukan anakmu ! Dia anakku ! Darah dagingku ! Bening tidak punya ayah! Ayahnya sudah mati !" Kata Kanaya sambil masuk ke dalam villa.

Aku menutup pintu dan menguncinya karena aku tau dia bisa saja keluar dari villa. Aku mengikutinya yang menjelajahi seluruh villa hingga menemukan Bening yang masih tertidur lelap di atas ranjang. Kanaya masuk dan mengangkat paksa Bening yang masih terlelap.

"Nay jangan Nay hentikan. Biarkan dia tidur Nay, Bening butuh istirahat Nay sudah malam." Aku mencegah Kanaya untuk membawa Bening.

"Buka pintunya !" Perintah Kanaya padaku.

"Tidak !"

"Aku bilang buka pintunya !" Katanya sambil sedikit berteriak.

"Aku tidak akan membuka pintunya. Aku mau kamu mengembalikan Bening di ranjang dan kita perlu bicara empat mata."

"Buka atau aku teriak ?"

"Teriak saja ! Aku tidak takut. Bagiku kehilangan kalian lagi adalah hal yang menakutkan buatku!"

"Aayaahh ...... " Bening bangun dari tidurnya dan memanggilku.

"Bening.... Apa kamu bilang ?" Tanya Kanaya pada Bening yang berada dalam gendongannya.

"Bening mau tidur sama ayah, Bening ngantuk bunda." Kata Bening dengan mata masih setengah terpejam.

Kanaya melihat ke arahku. Kini air mata tak bisa lagi tertahan di matanya. Buliran bening itu meluncur membasahi kedua pipi Kanaya.

"Apa yang kamu katakan pada Bening ?" Tanya Kanaya sambil mendekat ke arahku.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, bahwa aku adalah ayahnya, ayah kandungnya yang selama ini pergi bekerja seperti katamu padanya."

Plakkkk !!!

Kanaya menamparku. Aku diam menerima tamparan dari tangan Kanaya. Rasanya tidak lebih sakit dari apa yang dia alami selama ini.

"Bunda jangan ....... " Bening meminta turun dari gendongan Kanaya.

"Bunda jangan pukul ayah.... Ayah sakit ya ?" Tanya Bening sambil memegang pipiku.

Aku tidak menjawab pertanyaan Bening. Aku menggendong dan memeluknya. Kugendong dia dan kucium keningnya.

"Terimakasih untuk tidak menceritakan hal burukku pada putri kita Nay. Aku tau kamu sebaik itu. Itulah kenapa aku masih mencarimu sampai saat ini. Dan perasaanku masih sama seperti dulu. Masih tetap mencintaimu walaupun kamu sudah menghilang meninggalkanku selama bertahun-tahun." Kataku sambil menyerahkan Bening kepada Kanaya.

Kanaya menerima Bening dan lanjut menggendongnya. Dia tidak berbicara sepatah katapun padaku. Dia mengalihkan pandangannya dariku seolah tidak ingin melihatku lagi.

"Kamu tau aku kan Nay, aku bisa mendapatkan semua yang aku inginkan apapun caranya, termasuk kamu. Aku tidak ingin apa-apa dari kamu. Aku tidak akan memgambil Bening dari kamu. Aku hanya perlu bicara denganmu. Kasih aku waktu untuk itu." Kataku bicara selembut mungkin pada Kanaya.

"Apa yang perlu kamu bicarakan denganku ? Kita sudah selesai sejak 6 taun lalu, kamu sudah bahagia dengan Kayla untuk apa mencariku lagi ? Aku sudah bahagia dengan kehidupanku. Jangan sampai aku jadi membencimu jika kamu terus mencariku."

"Tidurkanlah dulu Bening, setelah itu kita bicara!"

MISTER POSSESIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang