13

153 15 3
                                    

_______________________________________________

Angkasa : Detik detik dia melihat dunia yang indah sekaligus busuk
_______________________________________________

Angkasa dan Lintang sedang melihat dokter Jemy yang sedang melepas perban vian.

Deg-degan itu pasti, namun Brian memilih untuk diluar kamar. Dia terlalu takut untuk melihat wajah polos Vian.

"Sakit nggak, apa pegel?" Tanya dokter, perlahan melepaskan kedua perban dikedua mata Vian.

"Nggak kok dok" Jawab Vian.

"Ini saya pelan kok, nggak pusing tapi ya?" Tanya dokter Jemy

"Enggak juga dok" Jawab Vian mantap. Ia sudah tak sabar untuk melihat

"Baik sudah, sekarang boleh buka matanya, biar saya periksa" Ujar dokternya.

Perlahan Vian membuka matanya."auw" Silau, ia langsung menutup nya kembali. Melihat itu suster inisiatif menutup tirai dan vian kembali membuka matanya.

Ia sudah bisa melihat jelas wajah dokternya. Sang dokter memeriksa apakah ada masalah namun sepertinya lancar.

"Bagaimana nak Vian? Coba lihat ke samping kanan dan kiri" Ucap dokternya dan vian nurut menggerakan bola matanya kekanan dan kiri.

"Sudah bagus" Dokternya merasa bangga. "Sekarang saya tinggal ya. Kalau masih agak buram itu wajar, nanti seiring berjalannya waktu akan normal kembali" Ucapnya.

Sang dokter dan para suster kemudian beranjak keluar.

"Viaaaaaan" Ah Lintang senangnya bukan main, ia langsung mendekat Vian. Begitu juga Angkasa. Keduanya tersenyum bahagia melihat vian kembali menatap mereka.

Vian hanya diam dan tersenyum, dalam hati. "Ternyata benar dugaanku, mereka kak Angkasa sama kak Lintang seperti apa yang diingatanku" Batinnya

"Vian kok diem?" Keduanya bingung. Langsung vian memeluk keduanya, ia menangis terharu. Bahkan sampai detik ini keduanya masih selalu bersamanya.

Mereka tidak meninggalkan vian dalam keadaan apapun...

"Aku seneng kamu bisa lihat kita lagi" Lintang menyeka airmatanya sendiri.

"Kamu tau yang mana Angkasa yang mana Lintang?"

"Tau kok, ini Angkasa pacarku dan ini Lintang sahabat ku" Ucap Vian

"Syukurlah"....

Vian membiarkan ini semua meski sudah mengingat siapa keduanya. Baginya seperti ini saja sudah cukup bahagia, airmata yang menjatuhi tangannya itu vian yakin menyakitkan tapi vian akan berusaha.

" Udah jangan nangis, kamu jelek" Ucap Vian, ia menyeka air mata Angkasa.

"Aku emang jelek" Jawabnya. Ia menarik nafasnya sehingga ingusnya masuk lagi, iyuw

"Gapapa Angkasa jelek yang penting Vian cakep" Ucap Lintang. Dasar...

"Halah kkkkk, kakaku mana?" Bukannyya tadi dia ada suaranya ya?" Tajam sekali terlinga vian ini.

"Diluar"

"Suruh masuk dong" Pinta Vian.

"Kita berdua sekalian mau cari makan dulu, kamu ngobrol berdua sama Brian" Ucap Angkasa.

Vian mengangguk. Keduanya berdiri dan berjalan keluar memanggik Brian. Maklum menunggu vian sampai lupa makan. Biasa...

Brian pun masuk kedalam. Ia masih berdiri dipintu belum berani mendekati vian. "Pe-permisi"

Samudera (Remake AU) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang