SP 02

83 13 2
                                    

"Sayang...."

"Sayangkuuuu"

Dylan memanggil Vian yang saat ini sedang merapihkan baju anak gadisnya untuk dibawa kerumah sakit.

"Sayang kok dikemasi?" Tanya Dylan.

"Mau ku bawa ke rumah sakit, oh iyaa kamu udah hubungin Angkasa ,gimana tanggapannya? " Ucap Vian.

Dylan menghela nafasnya kemudian duduk dimeja rias anak gadisnya.

"Anu.. Begini Vian" Dylan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku bilang ke Angkasa kalau lusa aku minta ketemu buat ngobrol cuma aku baru tau dia sesibuk itu sekarang" Ucapnya.

"Dia gak mau?" Tanya Vian.

"Dia mau tapi nunggu dia senggang, kalau aku bilang to the point gimana biar dia cepat menanggapinya?"

"Gak enak Dylan... Ada baiknya bicarakan empat mata. Emang dia sesibuk itu ya?"

"Iyaa, dia banyak miting dengan relasi. Aku pun terkejut sekarang ini dia punya brand makanan sendiri. Gimana yaa, kalau aku bilang Alan yang mau ketemu dia mau sempetin gak ya?"

"Emmmm" Vian memiliki ide entah ini bagus atau tidak tapi dia memikirkan hal yang mungkin akan merubah sikap Alan.

"Dylan, gimana kalau kita nyuruh Alan buat dateng sendiri kesana tanpa siapapun. Jangan kasih tau Juan ataupun kak Brian, kalau mereka tahu mereka akan menjemput Alan. Jadi biarin Alan dateng sendiri, jangan kasih uang lebih, pas aja buat naik pesawat sama taxi kerumah Angkasa" Ucap Vian.

"Makannya?"

"Ya itu sama makan juga lah, kasih cash pas. Biar dia gak kabur. Ah atau nggak kamu bilang Angkasa- ah tapi sulit juga ya" Vian pun ikut bingung.

"Dia bakal hubungin Brian kalau gak ada duit" Ucap Dylan.

"Oh gini aja, aku sendiri yang akan minta Angkasa jemput Alan di bandara. Boleh?" Tanya Vian. Siapa tau suaminya melarang.

"Boleh, aku akan melakukan apapun asal Angkasa mau membantu Valentina" Ucap Dylan.

Apa yang mereka pikirkan, tentu saja seorang ayah akan memberikan apapun tanpa bayaran untuk sang anak. Mungkin mereka berpikir karena sudah lama Angkasa tak menanyakan kabar kedua anak tersebut bisa jadi ia tidak ingin berurusan dengannya.

"Kamu tau nggak vian, aku cari tahu tentang mantan pacarmu itu. Dia miliader memiliki dua perusahaan entah apa aja,  identitas Lintang dan anaknya disembunyikan. Aku pikir dia hebat sekarang mampu melindungi orang disekitarnya seperti dulu ayahku melindungi ku karena menjadi bagian dari bisnis banyak sekali resikonya" Ucap Dylan.

"Dalam lima belas tahun? Cepet banget. Aneh" Ucap Vian.

"Tentu aneh tapi setelah aku cari tahu dia pinter cari target pemasaran, aku pikir juga tidak mungkin dia melakukan ini sendiri pasti ada orang kenalannya seorang pebisnis" Ucap Dylan.

"Oh mungkin dia gak nanyain Alan sama Valentina lagi karena sibuk ini ya. Tapi sebegitu nya banget" Ucap Vian.

"Gapapa Vi, biarin aja seenggaknya aku tau dia bukan pria brengsek yang tidak mengakui anaknya"

****

Sore harinya, Alan dipanggil ke ruang kerjanya Dylan, disana ada Vian juga. Karena ini masalah penting mereka tidak melibatkan Nathaniel lagipula dia masih kecil.

Ini seperti persidangan. Dylan duduk disofa dengan Vian dan Alan dihadapannya. Rasanya takut ingin mengatakan yang sebenarnya namun Vian meyakinkannya.

"Alan Valentino, papi berikan surat ini untuk seseorang yang akan kamu temui di Thailand" Ucap Dylan, ia menyodorkan surat tersebut dihadapan Alan.

"Siapa pi?" Tanya Alan.

Samudera (Remake AU) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang