BAGIAN 07

177 34 6
                                    

***


Minggu pagi yang cerah David telah bangun dari tidurnya sebelum penghuni rumah yang lain pada bangun, pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka agar terlihat lebih segar, setelahnya ia menyalakan air untuk mengisi bak mandi, mengumpulkan pakaian kotor dan merendamnya untuk di cuci nanti.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, David bergegas menuju dapur untuk melihat bahan makanan apa yang akan di masak pagi ini, David tersenyum di sela-sela ia mencari-cari bahan makanan, hal baru yang David lakukan pagi ini entah mengapa membuat hatinya terasa hangat, biasanya di hari minggu David lebih banyak menghabiskan waktunya di kasur kesayangannya dan dengan ajaibnya pagi ini David bangun lebih awal bahkan melakukan kegiatan yang jarang ia lakukan.

"Tumben kak udah bangun?" Tanya Nesaa di belakang David membuatnya sedikit terkejut.

"Bunda ih! Kaget tau." David memegangi dadanya yang sedikit berdebar.

"Ehh maaf, lagian kakak fokus banget sih, mau masak?" _Nessa.

David mengangguk semangat dengan senyumannya membuat Nessa merasa gemas dengan anak tengahnya itu.

"Ya udah bentar bunda bersih-bersih dulu, kita masak bareng ya."  Ujar Nessa sembari bergegas ke kamar mandi.

Setelah bersih-bersih Nessa segera menghampiri David yang tengah memotong tahu putih untuk di goreng sebagai lauk makan sarapan mereka.

"Bun liat deh.." David menyodorkan tahu yang di potongnya dengan berbagai bentuk pada bundanya, ada bentuk bintang, bulat tak sempurna, kotak biasa, persegi panjang, bentuk ikan, bentuk bulan, bentuk sapi.

"Kak astaga ada ada aja sih kamu tuh, itu nanti awas aja ya sisa potongannya ga ikut di makan." Nessa mencubit kecil pinggang David membuatnya tertawa, hal sederhana seperti ini selalu saja membuat David merasa menjadi manusia paling beruntung di dunia ini, senyum bundanya adalah cahaya bagi hidup David.

"Asik banget sih, ikutt dongg." Gabriel datang dengan muka bengkaknya dan langsung bergabung, menyomot tempe yang sudah di gorengan bundanya.

"Abang jorok ih! Tapi adek mau juga." Aiden menimbrung untuk merusuh di pagi hari mereka.

**
"Tumben udah rapi, mau kemana?" Tanya Gabriel saat melihat David melintas di depannya dengan baju rapi sembari menenteng helm.

"Kerja kelompok, kenapa?" Tanya balik David.

"Mau di anter?" Gabriel berujar lirih, namun David masih dengan jelas mendengarnya.

Dengan cepat David menoleh pada abangnya, tumben sekali Abang galaknya itu berbicara lembut bahkan menawarkan untuk mengantarkannya, David dengan otak randomnya itu langsung berpikiran jika ia akan mati, dalam benaknya jika seseorang tiba-tiba bersikap lembut dan baik maka akan terjadi sesuatu hal besar, apa jangan-jangan abangnya menghubungi dokter yang menanganinya dan memberitahu jika ia akan mati.

"Heh! Orang ngomong bukan di tanggepin malah bengong, kesambet lo!" Gabriel menyentil gemas jidat adiknya itu.

"Ga! Bayy abang bau terasi!" David bergegas berlari keluar rumah sebelum singa jantan itu mengamuknya, David berhenti berasumsi jika ia akan mati setelah mendapatkan sentilan sayang dari abangnya.

Berkendara sepuluh menit kini David telah sampai di tempat kerja, ia bergegas berganti pakaian dan segera menuju tempat kasir, ia sangat bersemangat hari ini, dan berharap pekerjaannya cepat selesai dan ia bisa pulang untuk berkumpul dengan keluarganya.

"Selamat pagi David, selamat bekerja." Ujar pak kepala cafe pada David yang tersenyum padanya ketika berpapasan.

"Selamat pagi juga pak Abraham." Balas David tak lupa membungkuk untuk memberi hormat pada pak Abraham, si kepala cafe tempat David bekerja.

David segera bergegas setelah pak Abraham meninggalkannya, sedikit merapikan rambutnya dan menyalakan komputer untuk merekap data pengunjung kemarin, karena Cakra tak sempat merekap data kemarin.

Hari semakin siang dan David sedikit kewalahan menghadapi banyaknya pengunjung hari ini, karena weekend banyak keluarga ataupun anak-anak remaja yang menghabiskan waktu mereka untuk sekedar nongkrong ataupun memang untuk makan bersama di cafe.

Jari-jari lincah David menari indah di atas keyboard untuk menyelesaikan pekerjaannya, karena terlalu sering menggunakan keyboard David bahkan bisa mengetik dengan lancar tanpa memperhatikan keyboardnya.

Jam menunjukkan pukul satu siang dan Cakra telah sampai di cafe untuk menggantikan David, dengan mengehela nafas lelah David duduk bersandar pada kursi di samping Cakra, David memandang sengit komputer di depannya yang menampilkan rekapan data pengunjung di jam kerjanya.

"Capek banget kayaknya." Ujar Cakra sembari menoleh pada David yang masih memandang sengit komputer di depannya.

"Jari jari gue rasanya kaya mau patah bang, pengunjung hari ini banyak banget, sampe rasanya pinggang gue mau patah deh kelamaan duduk, nih yah kencing gue aja sampe ngambek ngga jadi keluar gara-gara nunda mau di buang." Dumel David panjang lebar membuat Cakra tertawa.

"Syukur dong kalo rame, bukannya bagus kalo rame kan gaji kita bisa naik juga." _ Cakra.

"Ck, iya sih, dahlah gue mau pulang, bay bang sampe jumpa besok." David bergegas berlari meninggalkan Cakra yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah David.

***
See u next chapter guyss
Jangan lupa vote dan komen

감사합니다

Udah sampe segini tapi vote sama komennya masih dikit, view-nya juga masih dikit,





Rumah untuk pulang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang