***
David menemui Aiden setelah kabur dari nenek lampir di kediaman Ivander, beruntung ada Bara di rumah jadi si nenek lampir pasang topeng dan mengizinkan David untuk keluar hari Minggu.
"Nih kak makan, pucet banget itu muka, sakit?" Tanya Aiden sembari menyodorkan sebungkus cilok pada David, kini keduanya tengah duduk di bawah pohon beringin di taman pinggir kota.
"Ngga kok ngga sakit, laper aja kali ya." Jawab David dengan senyumannya untuk menyakinkan Aiden jika dirinya baik-baik saja.
"Gimana kabar bunda sama bang iel?" Sambung David setelah menelan cilok yang di kunyahnya.
"Baik, tapi sekarang kak Dav jarang telfon bunda kangen berat." Jawab Aiden.
"Maaf ya." Hanya kata maaf yang dapat David ucapkan, David juga sangat merindukan bundanya hanya saja ponsel David selalu di sita saat David mengerjakan tugas dari Giselle.
"Kak, jangan bosen jadi kakaknya Aiden ya, meskipun kita ngga ada hubungan darah tapi bagi Aiden kak Dav itu kakak terbaik bagi Aiden."
David tersenyum lantas mengusap pelan surai adiknya, "dari kamu lahir sampe kakak mati pun kamu tetep adeknya kakak."
Aiden bersandar pada bahu seluas samudra milik kakaknya, bahu ternyaman untuk Aiden bersandar dalam suka duka.
"Dek, mau ikut kumpul Aderfia apa mau pulang?" Tanya David beberapa saat setelah ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk.
"Ikut kumpul deh, udah lama juga ngga ke markas." Jawab Aiden sembari berdiri terlebih dahulu untuk membantu David berdiri, perlakuan kecil Aiden yang selalu David suka.
**
David menyempatkan untuk membeli martabak sebelum sampai di markas, akhir-akhir ini Aderfia jarang berkumpul, hanya bertemu saat sekolah, lagipula sekarang David kan udah kaya raya jadi sebatas membeli martabak tak kan menghabiskan uang papanya."Hello everyone!! David comeback!!" Teriak David di balik pintu.
"Widih si kembar makin lengket aja.. eh bukan." Hugo menyerit heran saat mengetahui jika David datang bukan dengan Ansel melainkan dengan Aiden.
"Ansel man pit?" Tanya Brian sembari celingukan mencari keberadaan Ansel.
"Main noh sama adek barunya." Jawab David dengan muka yang seperti baju belum di setrika.
"Samuel ya?" Tanya Deva membuat David melotot.
"Kok lo tau???" Tanya balik David dengan mata yang masih melotot.
"Ya makanya kalo di ajak main ke rumah Ansel tuh mau kek sekali-kali, sekarang kena karma kan jadi tinggal di sana." Sahut Axel sembari mencomot martabak yang di bawa David.
Seperti biasa jika mereka sudah berkumpul maka suasana akan menjadi ramai, ada yang teriak-teriak karena bermain ps seperti Aiden dengan Deva, Axel dan Hugo sedang bermain ular tangga, Sedangkan Brian bermain game online dan pahanya sebagai bantalan David untuk tidur, hal yang bukan lagi tabu bagi mereka, David si tukang tidur itu suka menjadikan paha kawan-kawannya sebagai bantalan saat tidur.
"Pit pala lo kok panas bet rasanya di kaki gue." Komen Brian saat merasa panas pada kaki bagian paha.
"Tolol orang tidur di tanya." Sahut Hugo yang melihat David memejamkan matanya dengan damai, tapi bukan mati.
Brian tak lagi fokus pada gamenya dan akhirnya kalah, karena hal itu ia mematikan ponselnya dan beralih menatap David yang tidur di pangkuannya.
David yang tadinya tertidur tenang kini sedikit bergerak gelisah, keringat dingin membasahi dahinya, dan setitik air mata keluar dari matanya.
"Jangan.. ampun." David berkata lirih dengan suara ringisan membuat Brian menjadi panik, ia mengguncangkan tubuh David agar terbangun.
David terbangun dan langsung di peluk Aiden karena tangisan David dalam mimpi terbawa sampai bangun, Aderfia lain maupun Aiden tak ada yang berani menanyakan mengapa David menangis.
***
Ansel menikmati waktu makan siang dengan calon adik barunya itu, sudah lama ia tak menghabiskan waktu bersama Samuel, menurut Ansel calon adiknya ini lucu dan menggemaskan serta penurut tak seperti kembarannya yang meskipun lucu tapi kepala batu, biar begitupun Ansel tak pernah menyesal David yang jadi kembarannya.Ansel mengambil ponselnya ketika bergetar menandakan ada pesan masuk, saat ia membuka ponselnya ternyata ada banyak pesan masuk dari grup dan satu pesan pribadi dari Hugo.
'David kenapa?, barusan nangis' isi pesan yang di kirim Hugo membuat Ansel bertanya-tanya, memangnya ada apa dengan David, tadi sebelum berangkat David di rumah dan baik-baik saja.
Ansel ingin menjawab pesan Hugo untuk menanyakan David namun belum sempat Ansel menjawab Samuel telah menariknya menuju playzone, buru-buru Ansel menyimpan ponselnya pada tas agar tak terjatuh saat bermain, melupakan pertanyaan tentang kembarannya dan mengabaikan pesan Hugo yang telah ia baca.
***
Hugo melempar ponselnya ke sofa saat Ansel hanya membaca pesannya tanpa menjawabnya.
"Setan emang tuh orang, ga perduli gitu sama kembaran sendiri, pasti karena pengaruh adik barunya tuh emang dari awal sih gue liatnya tuh bocah punya vibes setan, lucu sih imut imut amit amit." Guman Hugo penuh emosi, memang dari awal Hugo bertemu Samuel ada vibes seremnya tersendiri katanya.
"Lo ngapain bicara sendiri? Kesambet lo?" Tanya Axel dengan menempelkan tangannya di jidat Hugo.
"Apa lo sentuh-sentuh najizz." Hugo menghempaskan tangan Axel dan tanpa sengaja mengenai David yang kembali tertidur setelah menangis, alhasil David terbangun karena hempasan tangannya mengenai wajah rupawan David.
"Mampus bangun kalo sampe nangis lagi salah lo ya!" Tuding Axel pada Hugo yang meringis takut-takut.
"Jam berapa nih?, lama banget gue tidurnya." David bangun-bangun menanyakan jam, membuat Hugo dan Axel bernafas lega karena David tak lagi menangis, bahkan Hugo sampai menahan nafasnya.
"Jam tiga, kenapa?" Sahut Deva saat tak ada satupun yang menjawab pertanyaan David, bukan mengacuhkan hanya saja mereka takut David menangis lagi, karena ini pertama kali mereka melihat David menangis kecuali Aiden.
"Gue harus pulang nih, ayo dek tak anter pulang dulu." David berdiri di ikuti Aiden, berpamitan dengan kawan-kawannya dengan senyum cerahnya seperti biasa.
Sejenak setelah David meninggalkan markas, Hugo mengumpat mengabsen kebun binatang membuat yang lain menatapnya meminta penjelasan.
"Gue tadi kan chat Ansel kan soal David masa di read doang sat, mentang-mentang mau punya adek lupa sama temennya lupa sama kembarannya, tadi kita chat di grup juga di ga nimbrung sama sekali kan." Hugo mengeluarkan uneg-unegnya dengan emosi yang menggebu-gebu bahkan di setiap kata yang ucapakannya mengandung air liur yang menyiprat.
Ada yang bingung ada yang tak paham ada juga yang ikut merasa kesal, Ansel seperti bukan dirinya sendiri saat bersama dengan Samuel.
***
See u next chapter guyss
Jangan lupa vote dan komen
감사합니다AYO VOTE DAN KOMEN
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah untuk pulang?
أدب الهواة"pulang itu ke rumah kan?" -David Start [31-05-2024]