BAGIAN 01

691 39 15
                                    


***

PANCASILA HIGH SCHOOL

Terlihat enam siswa dengan rupa dan sifat yang berbeda tengah berkumpul di kantin sekolah.

"Hug.. hug.. bagi nutrisari dong!" Teriak salah satunya dengan muka yang memerah menahan pedas.

"Lo ketimbang manggil gue malah lebih mirip gongongan anjing nya Ansel." Jawab Hugo sembari menyodorkan segelas nutrisi rasa jeruk peras pada Axel, oknum yang memanggil Hugo.

"Anjing gue diem di rumah aja masih lo bawa-bawa, yang anjing dia apa lo sih." Sahut Ansel sembari mengambil bungkus kacang di depannya.

"Woy Dev! Maju cok! Jangan sembunyi sat itu musuh depan lo banyak!"

"Brian anying gue di kepung sat! Bantuin napa!"

"Deva goblok kalah kan kita!" Brian melempar ponselnya ke meja saat karakter di game nya mati ketika akan menyelamatkan karakter Deva.

Ketika lima di antara mereka tengah beradu argument masing-masing ada satu oknum yang tertidur pulas di bangku kantin dengan paha Ansel sebagai bantalannya.

"Ini si Dapit tidur apa simulasi mayat sih? Tuh dua curut teriak-teriak kek gitu masih pules aja tidurnya nih anak." Ansel berbicara dan sesekali mencabut rambut David yang tertidur pulas.

"Kek ga apal aja lo sama kembaran juga, mau ada badai ribut angin halilintar juga kaga bakal kebangun!" Sahut Axel.

"Bukan kembaran gue ya sat!" Ansel tiba-tiba berdiri membuat David jatuh dari kursi.

"Anjing! Bangsat pantat gue!!" Teriak David sembari memegangi kepalanya, teriaknya sih pantat yang sakit tapi yang di pegang kepala.

"Pit sorry pit! Ga sengaja gue sumpah!" Ansel panik sembari membantu David berdiri.

"BAGUS! BUKANNYA BELAJAR DI KELAS MALAH PADA NONGKRONG DI KANTIN!" Teriak pak Hartanto, si guru BK killer, datang dengan membawa ranting kayu jambu dan berkacak pinggang.

"Uhuk.. uhuk.. ohokk satt mana nutrisari gue!!" Axel tersedak kuah seblak lantaran terkejut dengan teriakan pak Hartanto.

Pak Hartanto menghela nafas lelah, berhadapan dengan David dan teman-temannya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi pak Hartanto, mereka itu kelakuannya udah kaya kutu kucing yang sulit di tebak dan menyebalkan.

"KE LAPANGAN SEKARANG JUGA! KALIAN HORMAT PADA BENDERA SAMPE JAM ISTIRAHAT!!" Perintah mutlak pak Hartanto.

David dan yang lain segera bergegas keluar kantin tak lupa menyeret Axel yang masih bengek, menuju lapangan dan segera hormat pada bendera yang berkibar karena terpaan angin, oh tentu tidak!!!!! Nyatanya mereka malah kembali ke kelas dan duduk anteng di bangku masing-masing tanpa memperdulikan guru yang mengajar di kelas serta pak Hartanto yang kebingungan mencari budak-budak bandel itu, tidak sopan memang tapi mau bagaimana lagi, pihak sekolah sudah tak mampu mengatasi mereka, mau mengeluarkan mereka pun juga tidak bisa karena kenakalan mereka masih bisa di toleransi dan juga mereka ini anak-anak yang sering membawa prestasi bagi sekolah walaupun terkadang membuat nama sekolah menjadi buruk karena ikut balapan liar ataupun tawuran.

***

"Sel bagi makan dong"

"Sel perut gue mules deh"

"Sel gue ngantuk"

"Sel__"

"Diem anying, ga liat tuh bu Jaenab liatin kita." Ansel membungkam mulut berisik David, sembari menoleh pada bu Wiwik yang ternyata telah melolot garang pada mereka.

"DAVID! ANSEL!" Bu Wiwik si guru fisika yang terkenal dengan galaknya itu menarik telinga David dan Ansel membuat keduanya berteriak kesakitan.

"Kalian ini udah masuk terlambat ngga pakek sopan santun, malah ngobrol." Omel bu Wiwik sembari berjalan kedepan kelas masih dengan menarik telinga David dan Ansel.

"Bu akhh.... " David berhenti sembari memegang dadanya yang tiba-tiba saja berdebar tak karuan di barengi rasa sakit yang biasa David rasakan.

"Bu! Heh itu Dapit kumat bu!" Teriak Ansel heboh, sedangkan teman-teman David yang lain telah berdiri untuk menghampiri David.

"Halah ngga percaya ibu, ini mah akal-akalan kalian aja." Ujar bu Wiwik yang berkacak pinggang setelah melepaskan jeweran pada keduanya.

David terhuyung siap jatuh ke lantai, namun Deva dengan sigap menahannya, bu Wiwik menjadi panik ia hanya menjewernya namun mengapa budak bandel itu hampir pingsan.

"Eh ini kenapa ini?" Tanya Bu Wiwik khawatir.

"Biasa bu jantung David dugun dugun." Sahut Ansel.

"Haduhh ya sudah segera di bawa ke UKS, kalo ada apa-apa bilang ke ibu."

Ansel dan Deva membawa David ke UKS, tadinya yang lain mau ikut tapi tak jadi lantaran bu Wiwik memandangnya garang.

"Napas yang bener sat." Ansel berujar sembari membantu David membuka tutup tabung berisi obat milik David sedangkan Deva menata bantal di belakang David agar David bisa bersandar.

David menerima obat yang di sodorkan Ansel dan setelahnya ia bersandar pada bantal yang di tumpuk oleh Deva dengan memejamkan matanya, berusaha mengatur nafasnya yang terasa sulit.

Lima menit berlalu David masih menutup matanya dengan nafas yang mulai teratur, Deva dan Ansel masih senantiasa menemani David, mereka cukup khawatir walaupun sudah sering mendapati David yang kesakitan seperti ini, David memiliki riwayat penyakit lemah jantung, walaupun terbilang ringan karena berada di tahap awal, sahabat-sahabat David tak jarang melihat David kesakitan karena penyakitnya.

"Dav, tidur?" Tanya Ansel setengah berbisik, sebab ia tak ingin menganggu jika David beneran tertidur.

"Ga sih, simulasi mayat aja!" Sahut David membuat Ansel dan Deva terkejut karena David menyahut dengan suara keras padahal UKS sepi.

"Ngagetin aja lo bangke." Protes Deva sembari ancang-ancang menyentil dahi David namun ia urungkan mengingat kondisi David sebelumnya.

"Masa di jewer bu Wiwik aja jantung lo dugun-dugun, sakit banget emang? Keknya di gue ngga terlalu, masih sakitan di pukul rotan papa." Tanya Ansel penasaran karena memang tak sesakit itu di jewer bu Wiwik.

"Ga sih, tapi tadi gue abis ngerokok, main kejar-kejaran sama bang iel dan lanjut part dua kejar-kejaran sama anjing pak Somat di tambah jeweran mantap bu Wiwik, jadilah gitu nih jantung gue rewel, jual aja kali ya." Jawab David membuat dua manusia lainnya gemes pengen nyekek.

"Goblok kog di pelihara, lo tuh masih pengen hidup ga sih, heran gue kerjaannya bikin orang khawatir aja." Sahut Ansel sebal.

"Anjayy khawatir lo sama gue, aduh jadi terhura." David berucap sembari berpura-pura menyeka air matanya.

***

See u next chapter guyss
Jangan lupa vote dan komen ya

감사합니다

Buat yang ngga vote/komen

Buat yang ngga vote/komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Rumah untuk pulang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang