Depan gerbang rumah Ammar terlihat sangat sepi seperti tak berpenghuni, lampu rumah juga gelap hanya halaman rumah saja yang terlihat agak tenang, bahkan satpam yang menjaga gerbang saja tak ada ditempat. Sampai Franda dan Syifa menunggu disana sangat lama, bahkan mereka terus saja mengetuk pintu gerbang itu beberapa kali, akan tetapi tak ada jawaban sama sekali dari dalam.
"Kemana semua orang yah? Kok nggak ada yang jawab," ucap Franda yang bingung dengan keadaannya rumah keluarga Ammar saat ini, kok tempat tersebut seperti tempat yang berbeda dari kemarin lusa.
"Kayaknya nggak ada orang deh mba, lihat sepi kayak gini. Seperti rumah angker, pulang aja yuk mba. Kita cari lagi besok, mungkin sekarang mereka sudah istirahat, karena sudah malam," ucap Syifa yang sudah mengantuk sekali setelah di ajak keliling oleh Franda.
"Iya kamu bener dek, yaudah besok aja aku kesini lagi, penasaran aku sama keadaan Ammar saat ini." Penjelasan ringkas dari Franda yang saat ini celingukan disekitar.
Iya memang saat ini sudah larut malam, dia juga sudah tidak sopan gedor-gedor rumah orang dari pukul 12 siang sampai jam 22.00 malam, mereka masih stay ditempat semula yaitu rumah Ammar yang seperti tak berpenghuni itu. Franda juga seperti putus harapan, akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah, sapa tahu besok dia dapat kabar baik.
"Iya udah yuk syif kita pulang dulu aja ke rumah kamu pasti udah capek ngantuk yah?" Ucap Franda yang langsung naik mobil lagi ke dalam.
"Iya mba, maaf ya mba." Ucap Syifa yang merasa nggak enak sama kakaknya itu.
Akhirnya mereka langsung pulang ke rumah sampai dirumah mereka masing-masing langsung masuk kedalam kamar, Franda yang langsung naik ke atas kamarnya, Syifa juga langsung masuk kamarnya.
Tok-tok-tok
Tak lama kemudian suara ketukan pintu membuat Franda yang ingin merebahkan dirinya ia urungkan. Berjalan menuju pintu kamarnya, untuk membuka pintu yang ia kunci itu.
"Sayang ibun boleh masuk?" tanya seorang wanita separuh baya itu.
"Iya Bun boleh kok, ada apa Bun." Seraya membuka pintu kamarnya terbuka lebar.
"Sayang kamu dari mana sama Syifa?" Berjalan masuk kedalam menuju ranjang Franda.
"Cari Ammar Bun." Franda duduk di samping ibunya.
"Ammar? Ammar cowok yang kemarin lusa datang kerumah itu?" tanya sang ibun yang memastikan.
"Iya Bun," jawab parau Franda.
"Emang kemana Ammar pergi dia nggak bilang sama kamu?" tanya kembali sang ibun yang sangat penasaran."Nggak akan bisa Bun, kalau dia sadar mungkin dia akan langsung chat aku, tapi sepertinya dia gak bisa melakukan hal itu untuk saat ini," kata Franda yang sangat sedih saat ini.
"Lah emang kenapa? Dia tak bisa chat kamu sayang, kamu berantem sama dia?" tebak ibunya sekarang menatap putrinya yang saat ini sedang galau.
"Nggak Bun, kemarin Ammar ngajak aku ke taman. Dia malah ngadain kayak piknik BBQ di sana Bun, cuman tiba-tiba dia jatuh sakit gitu, sampai keluar darah dari hidungnya. Aku kaget, niatnya mau ku bawa langsung ke rumah sakit, tapi dia minta pulang. Jadi Franda antar dia pulang, tapi gak lama malah dia dibawa ke RS tapi Franda tak tahu setelah itu. Pas Franda kesana lagi sama Syifa, malah kayak gini hasilnya, nggak ketemu sama orangnya, bahkan di ruang manapun tak di beritahu," ucap Franda yang sedih.
"Kamu sudah coba hubungi dia lagi sayang, atau mungkin keluarga yah atau saudaranya yang lainnya." Saran sang ibun yang langsung membuat Franda tak kuat menahan air matanya.
"Aku hanya punya no kontak Ammar saja Bun, nggak punya no kontak sanak saudaranya yang lain," jawab Franda yang langsung pecah tangis yah.
"Mungkin Nois punya sayang, coba kamu tanya sama Nois sapa tahu dia punya," ucap sang ibun yang saat ini memberikan saran kembali.
"Mana mungkin dia menyimpan Bun, dia pasti sedang sibuk sendiri dengan urusannya, aku gak enak buat menganggu dia."
Dita sang ibu tak kuat melihat putrinya seperti itu, ia langsung memeluk sang putri dalam dekapannya. Karena sang putri saat ini dalam keadaan hati yang tak bisa terkontrol dengan baik, apa lagi Franda sering memahami hal semacam ini.
"Iya juga sih, yaudah apakah kamu sudah sholat nak? Biar hati kamu tenang mending kamu minta penyejuk dan petunjuk dari Allah agar dimudahkan segalanya, jangan meminta atau berharap pada manusia." Saran sang ibun langsung membuat Franda agak tenang karena ucapan sang ibun.
"Iya Bun, makasih ya Bun sudah buat Franda tenang, setelah ini Franda akan sholat minta sama Allah."
"Segala sesuatu yah hanya Allah satu-satunya penolong bagi hambanya, ayo nak. Bangun, dan sholat. Terus lanjut sholat hajat, dan istirahat minta petunjuk sama Allah jangan berharap sama makhluk Allah, semoga Allah yang akan membimbing kamu ke jalan yang bener sayang." Seraya mengecup kening sang putri.
"Iya Bun makasih." Setelah di perhatikan sama ibunya itu dia sangat senang sekali karena masih ada ibu yang sayang sekali sama dia.
Franda mengikuti apa yang di sarankan oleh sang ibun, dia melakukan ibadah sholat isya, lanjut dzikir dan lanjut sholat istikharah dan hajat, lanjut doa-doa lagi dan minta izin agar Allah mempertemukan dia dengan Ammar kembali, dan sebagai mencari jawaban atas apa yang dia alami saat ini.
Di tempat lainnya, Ammar yang masih belum sadarkan diri masih terbaring di atas tempat tidur, terpasang banyak alat-alat di tubuhnya ya hingga mulutnya diberikan oksigen dari selang.
"Damar," panggilan yang khas suara itu terdengar dari arah belakang.
"Iya mah." Jawaban Damar.
"Bagaimana keadaan adekmu, dia baik-baik saja kan," tanya Lindah sang ibu, yang sangat khawatir dengan keadaan sang putra."Masih sama mah, tapi Ammar pasti akan baik-baik saja, mamah tak usah khawatir yah. Kenapa mamah nggak pulang aja sama Ruhi tadi," ucap Damar.
"Mamah masih mau nemenin adekmu, kamu aja yang pulang nak, mamah akan disini bersama Ammar," ucap sang ibu yang membuat Damar merasa tidak enak.
"Mah, Ammar pasti akan baik-baik saja. Mamah seharusnya istirahat dirumah aja, dia anak yang kuat sejak kecil Ammar sudah sering difonis tak akan hidup lama tapi, pada akhirnya dia hidup sampai sekarang kan, jadi mamah tak usah khawatir," ucap Damar untuk menenangkan sang ibundah.
"Adekmu pasti butuh mamah di sampingnya. Tak akan bisa dia hidup selalu kesakitan begini, mamah gak kuat dia harus bolak-balik ranjang rumah sakit terus," ucap sang mamah yang sudah tak tahan menambak bendungan air matanya.
"Mah, Ammar dia anak yang kuat. Dia bisa melewati semua ini, jadi mamah tak usah khawatir yah." Seraya menepuk pundak sang ibu, agar merasa tenang.
"Mamah hanya takut dia seperti papahmu Damar, kamu tahu dia sangat mirip seperti papahmu, kadang kalah kenapa mamah sangat sedih dan takut, mamah tak bisa kehilangan anggota keluarga lagi," ucap sang ibu yang sudah duduk lemas di sofa.
"Mah, jangan samakan yah. Ammar tak akan seperti itu, dia kuat kok."
"Damar, mamah hanya takut... Hik...hik..." Pecah sudah tangisan itu.
"Mamah nggak usah khawatir soal Ammar yah, adikku dia akan sehat kembali. Amira, ajak mamah pulang aja, biar bang Damar yang nungguin disini, sekalian kamu tawarkan mamah makan setelah sampai dirumah," ucap damar yang membuat Amira langsung memeluk sang ibundah.
"Iya bang. Mamah, ayo kita pulang dulu. Besok kita bisa jenguk kak Ammar lagi disini, jika kondisi mamah droop siapa yang akan menjaga kak Ammar, ayo mah. Kak Ammar jika sadar juga pasti akan marah dan pasti menyuruh mamah pulang, mamah tahu kan bagaimana sifatnya kak Ammar," ucap Amira yang membantu sang mamah bangun dari sofa yang di dudukinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ TERBIT ] NAMA HUBUNGAN TERAKHIR KITA
RomanceYang mau polow-polow bisa lihat akun sosmedku... Ig : Nagirah46 Tik tok : Nagirah46 Selamat reading temen-temen pembaca, ditunggu kedatangannya selanjutnya. Cinta adalah sesuatu yang dikirim Tuhan untuk menyatukan sepasang yang telah di anugerah...