22. MENJENGUK KAMU DISANA

2 0 0
                                    

Untuk menyikat waktu Franda tak mau menunggu hari esok ia langsung menyuruh Iqbal untuk memajukan waktu temu dengan orang ingin mereka temui dihari esoknya itu, makanya Iqbal sangat kebingungan. Karena permintaan dari Franda tersebut malah disetujui oleh Ariza, makanya segera mungkin iqbal juga tak dapat menolak juga. Ia akhirnya menelfon orang yang bersangkutan untuk menghubungi Tuannya itu, agar mau memajukan jam temu. Ternyata mereka memperbolehkan memajukan jam temu menjadi pukul 3 sore, Franda akhirnya bisa kembali dulu ke hotel untuk ganti baju dan bersiap akan bertemu dengan klien kedua dari Ariza printahkan itu.
"Apakah ini tempatnya kamu nggak salahkan tempatkan, Iqbal? Awas saja yah jika kita salah tempat akan ku kubur kau," tanya Franda yang khawatir jika mereka salah lokasi janji temu, sedangkan Iqbal yang membawa tas yang berisi dokumen dan leptop dan buah tangan untuk diberikan orang yang sedang sakit, atas permintaan dari Franda.
"Ini benar bu," jawab Iqbal yang seperti sangat merasa kesusahan berjalan karena keberatan dengan beban yang dia bawa saat ini.
"Jalanmu terlalu lambat, cepat sedikit." Melihat jalan Iqbal sangat jauh dibelakang Franda menbuat dia tertinggal sangat jauh dengan Franda yang ada di depan.
"Iya bu," jawab Iqbal yang tak bisa membantah.
"Apakah seberat itu? Sini aku bantu kau bawa keranjang buahnya, jadi cowok kok lembek. Kamu kurang fitnes tahu gak! Pulang dari sini bilang pada Ariza jika kamu butuh waktu libur untuk olaraga," ucap Franda seraya mengambil keranjang buah langsung ia berjalan di depan lagi seraya melihat-lihat rambu-rambu jalan yang ditunjukan oleh suster dibagaian resepsonis tadi.
"Baik bu," jawaban Iqbal yang sangat lambat sekali.
Setelah sampai di tujuan terlihat jika ada penjaganya disana, terlihat seorang pria yang seperti sengaja sudah menunggu kedatangan mereka di depan pintu masuk. "Bu itu di sebelah sana," ucap Iqbal yang memberi tahu Franda.
Iqbal yang mungkin sudah sangat sering bertemu dengan orang yang jadi kaki tangan orang tersebut makanya sudah tahu jika orang yang sedang berdiri di sebuah pintu itu adalah orang yang dimaksudkan. Mereka akhirnya disambut sangat hangat oleh orang tersebut, tapi mereka disuruh untuk menunggu sebentar karena belum dapat izin untuk masuk oleh Tuannya.
"Pak, mereka sudah sampai apakah dipersilakan masuk?" tanya seketarisnya.
"Iya, jangan buat mereka menunggu." Jawab dengan sangat parau dan sangat lemah.
"Baik, akan saya persilakan mereka segera masuk."
Seketaris itu mempersilakan Franda dan Iqbal untuk masuk kedalam, setelah pintu itu terbuka betapa terkejutnya Franda orang yang dia akan temu adalah Ammar Antony Al-Juras. Orang sangat ia hindari malah ia bertatapan mata dengannya, dengan tatapan sangat rapuh.
"Ammar?!"
"Franda?!"
Keduanya sama-sama kaget saat melihat satu sama lainnya, Iqbal dan seketaris dari Ammar juga kaget karena mereka ternyata saling mengenal.
"Pak, beliau adalah penganti dari pak Ariza yang berhalangan hadir karena jop lainnya. Lalu yang disebelah adalah pak Iqbal beliau seketaris dari pak Ariza." Penjelasan dari Raka seketaris dari Ammar.
"Jika anda sudah saling kenal itu akan lebih baik," ucap Iqbal yang langsung mengambil berkas-berkas yang akan dibahas.
"Kukira Pak Ariza sendiri yang akan datang, kok malah kamu? Apakah kamu bekerja nyabang Franda, kok bisa berada diShin Group?" tanya Ammar yang sangat penasaran karena Ammar tidak tahu jika Franda adalah kakak dari Ariza.
"Ariza adalah adikku, dan dia meminta bantuanku untuk bertemu dengan klien yang sangat sulit dia temui. Tapi, setelah dapat izin malah jadwal pertemuannya bentrok dengan jadwal rutinnya di negara lain yang tak bisa ia wakilkan itu. Jadi sorry, maafkan dia karena tidak terlalu sopan karena dia yang minta janji temu malah dia yang tidak datang," penjelasan Franda.
"Tak apa, malah aku lebih senang kau yang datang!" jawaban Ammar membuat Franda malah tersipu malu.
Setelah urusan formal telah selesai, dan penadatangan kontrak kerja selesai mereka segera akan pamit. Hanya saja mata Ammar seperti tak mau ditinggal itu membuat Franda tak tega juga, apa lagi Ammar memegangi ujung lengan baju milik Franda menahannya untuk tidak pergi.
"Ada apa? Aku harus kembali, kau fokus saja sama pengobatan kamu. Lagian aku juga tak bisa berlama-lama disini, kau tahu jika kakakmu melihatku terlalu lama disini bisa kacau urusan juga akan sangat rumit. Jadi lepaskan," pinta Franda yang meminta Ammar melepaskannya.
Dengan nafas yang sangat melemah membuat dan raut wajah yang sangat murung Ammar melepaskan Franda. "Kau bisa tinggal lebih lama kok," suara itu datang dari arah pintu masuk.
Terlihat Damar diikuti 2 wanita beda usia yang ikut masuk kedalam, Franda yang jadi kaget langsung gelagapan saat medengarnya. Canggung juga karena harus berhadapan langsung dengan orang yang seperti tak suka dengannya, itulah membuat Franda enggan berlama-lama disana.
"Ammar pasti akan sangat senang jika kamu lebih lama disini nak, tinggalah sebentar lagi." Sambung sang mamah yang langsung menahan Franda agar jangan meninggalkan tempat.
"Tapi bu…" ucapan franda malah dihentikan karena tangan Ammar yang sekarang langsung mengengam sangat erat sekali.
"Lihatlah, Ammar seperti anak kecil yang tak mau kamu meninggalkan dia begitu saja. Jadi kamu mau kan tinggal disini agak lama nak!" permintaan dari seorang ibu.
"Baiklah," ucap pasrah Franda yang tak bisa menolak atas permintaan dari seorang ibu.
Franda mendatangi Iqbal yang masih disana, dan meminta Iqbal pergi duluan ke hotel tanpa dia karena Franda akan tinggal sebentar lagi ditempat tersebut. "Kau pergi saja duluan, aku akan tinggal disini bebantar lagi. Maaf yah," ucap Franda.
"Baik bu, saya pergi duluan."
Iqbal yang pergi meninggalkan tempat disusul dengan Raka juga ikut pergi meninggalkan ruangan tersebut, Franda yang sangat panik karena ada Damar diruangan yang sama dengannya. Itulah yang membuat Franda kurang nyaman dengan keadaannya saat ini.
"Bang, jangan terus kamu tatap Franda dengan tatapan menakutkan seperti itu. Kau buat dia ketakutan tahu nggak, hentikan itu. Bukannya kamu juga ada urusan lainnya yah, kenapa masih ada disini. Udah sana pergi," ucap Ammar yang mengusir abangnya yang membuat Franda takut dan canggung tersebut karena sikap dingin yang ditunjukan oleh Dammar.
"Iya baiklah, aku pergi sekarang. Ada ceweknya jadi kamu berani mengusir abangmu, mamah dan Ruhi. Ini sudah malam kalian mendingan istirahat saja dirumah," ucap Dammar yang meminta 2 wanita beda usia itu untuk pulang saja kerumah.
"Tapi bagaimana dengan Ammar, dia pasti akan sendirian disini kan?" ucap Jia mamah dari Ammar yang sangat khawatirkan keadaan sang anak.
"Apakah mamah tidak melihat sekarang, apakah dia saat ini menginginkan mamah ada disampingnya? Tidak kan, dia sekarang sedang tidak memerlukan mamah untuk berada disini. Mendingan kalian pulang istirahat di rumah," ucap Dammar yang bicara agak ketus.
"Iya mah, yang dikatakan oleh Mas Damar ada benarnya. Yuk kita mendingan pulang saja kerumah," ucap Ruhi yang mengikuti apa yang dikatakan oleh sang suami.
"Kamu nggak apa-apa nak jika mamah pulang?" Jia malah mendekati ranjang putranya yang sekarang masih menggenggam tangan Franda.
"Mamah turuti saja apa yang dikatakan oleh abang," ucap Ammar yang ingin menenangkan sang ibundah.
"Beneran kamu nggak apa-apa nak, jika mamah pulang?" seraya menyakinkan kembali jika putranya akan baik-baik saja tanpa dirinya.
"Iya mah nggak apa-apa kok, kan ada Franda yang akan menemani aku disini. Iyakan," ucap Ammar mempertegasnya kembali.
"Iya bu tak usah khawatir Ammar akan saya jagain kok, ibu pulang saja. Pasti capek seharian menjaganya, lagian Ammar sudah baikkan tak masalah jika ibu tinggal. Dia juga bukan bayi lagi sekarang," ucap Franda yang membuat Ammar melihat dengan tatapan bidikan tajam.
"Yasudah, baiklah mamah pulang dulu yah. Jika ada apa-apa kamu harus langsung hubungi mamah oke nak!"
"Iya mamah, hati-hati pulangnya."
Setelah 2 wanita itu pergi diantar oleh Damar yang saat ini sudah tak ada lagi suara mereka diluar, Ammar menarik Franda agar lebih dekat dengannya. Tanpa babibu lagi, Ammar memeluk Franda, seperti dekapan itu terasa sangat dalam dan sangat hangat Franda juga membalas pelukan Ammar tersebut yang sekarang dengan penuh dengan rasa yang tak dapat mereka jelaskan satu sama lainnya.
"Maafkan aku. Apakah anda tak dapat bernafas, entah kenapa sepertinya aku sangat merindukan anda." Setelah melespaskan pelukannya.
"Iya aku tahu, yasudah. Kamu mau apa? Kamu sudah makan?" tanya franda yang menawarkan banyak pada Ammar yang hanya menatapnya dengan senyuman yang terlihat di wajah pucat Ammar karena tak bisa ia lukiskan kebahagia dia saat dia masih bisa melihat wajah yang selalu ia rindukan setiap detiknya.
Tengah malam saat Ammar juga sudah terlelap tertidur karena pengaruh obat, sedangkan franda hanya bisa memandangi wajah Ammar yang semakin hari semakin tirus. "Nona Franda, bisakah kita bicara berdua? Ikut saya, karena ada hal yang ingin saya bicarakan dengan anda." Suara itu sangat khas. Iya itu adalah Damar yang sekarang berada di belakangnya, Franda yang awalnya sangat ragu malah jadi ikuti apa yang diminta oleh Damar.
Mereka bicara di luar ruangan yang agak jauh dari tempat, karena tak mau ada orang dapat mendengar obrolan mereka termasuk Ammar. "Apakah kamu sudah tahu persis kondisi Ammar saat ini?" tanya Dammar.
"Iya, Amira sudah jelaskan segalanya padaku. Dan mamah anda juga, jadi setidaknya aku sudah tahu persis bagaimana kondisinya." Penjelasan Franda tentang semua yang telah dia ketahui dari Amira, jika Ammar tak punya banyak waktu jika nanti operasinya gagal.
"Jika kamu sudah tahu persis bagaimana keadaannya, bisa ku minta tolong padamu. Anggaplah ini permohonan terakhir dariku," ucap Damar yang seakan sudah tak dapat membedung lagi air matanya yang selama ini ia tahan untuk menguatkan orang-orang yang ada disekitarnya.

Bersambung…

[ TERBIT ] NAMA HUBUNGAN TERAKHIR KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang