20. PENGGERAK TAK TERDUGA

3 2 0
                                    

"Haah.. kenapa semua orang sepertinya sangat mengharapkan aku untuk sembuh. Pak Nois apakah kau sadar dengan apa yang kamu harapkan itu? Jika aku sembuh maka akan jadi saingan terbesarmu dalam merebut tahta dan cinta mu." Tatapan mata Ammar yang penuh dengan amarah yang tak bisa ia katakan pada orang ada di depannya tersebut.
"Maksudnya? Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kamu katakan itu Ammar, dan aku tak merasa kau adalah sainganku. Aku seperti bertemu dengan teman, ah tidak aku seperti bertemu dengan saudaraku sendiri. Jadi, aku tak merasa kamu adalah saingan terbesarku, Ammar!" ucap Nois yang memang tak menganggap jika Ammar adalah saingan dalam urusan apapun. Karena Nois selalu hidup tak pernah memikiran hal-hal yang seperti itu, dia hanya akan memikirkan hal yang kompleks dalam lingkup pemikirannya.
"Kau benar. Itulah dirimu, tak pernah berubah. Nois, jika kamu di berikan kesempatan kedua untuk hidup. Apa yang akan kamu lakukan di kehidupan keduamu? Aku hanya ingin tahu," tanya Ammar yang ingin tahu pemikiran dari Nois Ivander.
"Jika aku di berikan hidup kembali setelah kematianku. Maka aku tak akan minta ingin dilahirkan sebagai manusia, tapi ingin menjadi tanah yang bisa bermanfaat bagi semua mahkluk hidup, dan sumber kehidupan bagi mahkluk lainnya." Penjelasan Nois yang hanya membuat Ammar berfikir sangat keras lagi, bukan itu jawaban yang ingin Ammar dengar dari seorang Nois Ivander.
"Hahahaha... Memang pemikiran sangat luas dari seorang Nois Ivander. Aku juga setujuh dengan hal itu, Nois. Kau pasti sudah tahu jika aku menyukai Franda, bisakah kamu berikan dia untukku pak Nois. " Ammar jadi to the poitn membuat Nois hanya menaikan salah satu alisnya dan tersenyum simpul setelah mengetahui motif sesungguhnya.
"Kenapa kamu malah minta padaku, dia masih milik orang tuanya Ammar. Kamu minta saja pada orang tua bukan padaku, aku tak punya hak atas dia." Penjelasan Nois yang membuat Ammar semakian tak mengerti dengan perasan Nois dan pemikiran yang ada di dalam otak Nois saat ini.
"Lalu bagaimana dengan anda? Apakah anda tak akan merasa cemburu!" ucap Ammar yang melihat raut wajah Nois memang agak kaget dengan apa yang telah dikatakan oleh Ammar tersebut.
"Kenapa kamu tanyakan padaku Ammar, aku baik-baik saja kamu tak usah khawatirkan aku, lagian aku dan franda hanya teman tak lebih dari itu, apa lagi dia adalah anak dari tante kakak sepupuh dari ibuku," ucap Nois yang menjelaskannya.
"Walau seperti itu dia tetap orang lain yang tak ada hubungan darah dengan anda pak nois," jawaban dari Ammar membuat Nois terdiam. Entah apa yang dimaksudkan Ammar disini, itu yang membuat dia tidak mengerti dengan apa yang sekarang dia alami.
"Sebenarnya apa yang kamu maksudkan Ammar," tanya Nois yang terang-terangan pada Ammar seakan ada yang ingin disampaikan tapi belum dia katakan dengan sangat benar.
"Apakah anda tahu jika bu Franda menyukai anda? Pak Nois," tanya Ammar dengan bidikan penuh arti yang sangat ingin tahu jawab apa yang akan dikatakan oleh Nois.
"Iya. Aku tahu, dan sudah lama aku mengetahuinya. Tapi, aku tak bisa membalasnya karena aku tak mau menyakiti perasaan dia dengan harapan yang palsu." Penjelasan tegas yang membuat Ammar tersenyum.
"Hahaha--- aku kira anda bodoh dan tidak peka! Ternyata aku salah, anda orang yang sangat sensitif yah pak!" ucap Ammar yang melihat tatapan mata Nois yang sangat tajam menyakinkan.
"Ammar. Asal kamu tahu, aku memang mencintainya. Tapi, cintaku tidak harus ku dapatkan atau ku miliki, jika dia bahagia denganmu atau orang lain. Maka itu sudah cukup bagiku, jika memang kamu menyukai Franda, aku hanya minta 2 permohonan padamu. Tolong jangan sakiti dia, dan buat dia bahagia. Hanya itu, aku tak minta lebih darimu. Karena bagiku, Franda adalah sebuah bunga yang akan mekar dan layu jika kita tidak bisa merawatnya dengan baik. Sampai sini kamu bisa mengertikan, PRESDIR HUMAN OTOMOTIF ZERO!" ucap Nois yang membuat Ammar yang kaget ternyata Nois sudah tahu identitas asli darinya.
~ 2 HARI KEMUDIAN~
Keberangkatan Ammar ke singapura untuk pengobatan atas saran yang dikatakan oleh sang kakak, dia pergi ditemani oleh keluarga besarnya, kecuali Amira yang tak bisa ikut karena dia masih ada jadwal kuliah yang tak bisa ia tinggal. Makanya dia hanya mengantarkan kepergian keluarganya ke bandara, memang sangat berat bagi Amira tapi tak bisa berbuat banyak juga. Amira yang ditinggal dirumah dengan dua pembantu rumah tangga, dua satpam, penjaga kebun dan supir.
"Kamu hati-hati dirumah, jangan pulang terlalu malam. Ingat belajar yang benar, jaga dirimu. Makan yang teratur yah!" ucap sang ibu yang memberikan nasehat pada putrinya yang akan tinggalkan.
"Iya mah, tak usah khawatir aku bisa jaga diriku kok!" sahut Amira yang menenangkan ibunya yang seperti tak tega meninggalkan putri bungsunya sendirian dirumah.
"Yasudah mamah dan kakak-kakakmu pergi duluan yah, nanti kamu nyusul yah dek! Jika sudah libur nanti," ucap sang ibu.
"Iya mah, aku akan kesana jika sudah liburan yah." Amira dan berjalan bergandengan dengan sang ibu, sampai di depan pintu pengecekan tiket.
Setelah mereka masuk kedalam tempat pengecekan Amira langsung balik, dan menunggu pesawat terbang dari bawa saja. "Semoga Tuhan mendengar semua doa-doamu kak, dan kakak bisa sembuh dan bisa kembali bersama kita lagi, aku kangen kakak yang tertawa senang dan bahagia." Harapan Amira yang sangat ingin dia panjatkan.
Setelah kepergian keluarga Ammar ke singapura, Amira yang sekarang masih menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa, ia malah kaget saat melihat wanita yang berdiri di parkiran mobil yang tidak lain adalah Franda yang sekarang malah sudah ada di halaman kampusnya sengaja menunggunya disana.
"Mba Franda, sejak kapan ada disini. Kok nggak bilang dulu kalau mau datang," ucap Amira yang langsung menghampiri Franda.
"Sengaja buat kejutan untuk kamu, Amira kamu sudah selesai kuliah. Ayo kita pergi ke hall sky, aku sudah lama tak kesana. Ada adikku juga, Asyifa." Pinta Franda, tapi Amira yang banyak sekali tugas yang tidak bisa dia tinggalkan.
"Lain kali deh mba maaf yah aku harus menolak, karena sudah masa-masa semesteran aku juga harus belajar. Aku sebenarnya tak enak untuk menolak ajak mba, tapi..." ucap Amira yang saat ini sangat bingung dan dilema.
"It's oke! Amira tak apa, yasudah saya pulang lagi deh, maaf yah mengajak kamu saat kamu sedang sibuk mempersiapkan ujianmu." Franda yang frustasi sendiri dan merasa sangat bersalah pada Amira karena mengajak di waktu yang kurang tepat.
"Mba. Sebagai gantinya, gimana kalau kita liburan di singapura saja. Tapi, mba kesana duluan aku nanti nyusul setelah selesai ujian gimana? Kak Ammar sedang menjalani pengobatan disana, jika mba mau nanti saya akan kasih alamatnya. Bagaimana?" tanya Amira yang menganti rasa tak enak hati karena menolak permintaan dari Franda.
"Tak apa Amira, tak usah. Yasudah saya pamit yah," ucap Franda yang langsung meninggalkan tempat tersebut setelah berpamitan dengan Amira yang juga akan menuju kendaraannya.
~KEDIAMAN JHONATAN~
Franda yang sekarang melihat langit-langit kamarnya setelah pulang dari kampus dimana dia baru saja bertemu dengan Amira yang ingin ia ajak ke Hall Sky tapi tak jadi, merasa bosan di dalam kamar karena tak ada yang harus dia lakukan di sana. Hingga sebuah deringan dari suara pesan masuk, ia segera merai hp yang ada di dalam tas yah, tertera nama Amira yang mengirimkan alamat tempat dimana Ammar dirawat, tapi sama sekali tak ada yang semangat untuk membukanya.
"Mba Franda, kamu ada di dalam. Boleh aku masuk?" suara itu dari luar kamarnya.
"Iya masuk saja, ada apa Riza. Buka aja nggak di kunci kok," suara jawaban dari Franda.
Pintu terbuka terlihat seorang pria masuk kedalam dengan stelan jas lengkap dengan sebuah tas pink yang dia tenteng di tangannya. "Itu tas gua, kenapa kamu bawa?" tanya Franda.
"Iya emang, aku mau pinjam. Ounya, mba sibuk nggak! Bisa aku minta tolong," tanya Riza adik bungusunya itu adalah presdir dari Shin Group.
"Apa, jangan aneh-aneh loh!" seraya bangun dari rebahannya, ia melihat wajah memelas dari sang adik.
"Mba, kamu tahu jika aku sangat sibuk jadwalku sangat padat sekali. Bagaimana sekiranya jika mba tak sibuk, boleh ngga aku minta tolong mba. Begini Ariza punya jadwal yang bentrok, jika salah satunya aku cancel sayang mba. Ini kontrak yang sangat penting, tapi..." ucap Ariza yang bermanja sama mba yah, seraya memohon-mohon pada kakak perempuannya itu.
"Terus... Kamu mau aku bagaimana?" tanya Franda dengan tatapan yang menghakimi.
"Hehe... Iya seperti biasa mba. Bisa gantiin Ariza nggak untuk pergi! Buat penandatangan kontrak kerja, plis mba bantuin aku yah. Nanti aku bagi komisi, gimana? Mba 30 aku 80."
"Cih, cuman segitu! Nggak mau ah! Enak aja, kamu 80 aku yang 30. Tapi, malah yang berangkat, cape di jalan tahu."
"Mba, jangan gitu lah kasihan pada adikmu ini! Yaudah mba minta berapa?" ucap Ariza yang meminta masukan dan pendapat dari sisi Franda.
"Kamu saja nggak kasihan padaku, masa kamu tega sama aku!" jawaban dari Franda yang membuat Ariza pasrah.
"Ya udah, mba minta berapa? Akan aku kasih deh!"
" 50 biar imbangkan, bagaimana?"
" Oke, deal!" seraya mengulurkan tangan agar melakuan kerja sama yang disetujui.
"Jadi dimana pertemuannya, aku harus bagaimana?" tanya Franda yang harus mengetahui kelanjutannya.
Ariza yang sangat teliti sekali hingga menjelaskan dengan sangat detail pada Franda, membuat Franda mengerti alur yang akan di bicarakan pada kliennya nanti apa saja yang akan di bahas dan apa saja yang akan dikatakannya nanti untuk presentasi di publik nantinya.

Bersambung...

[ TERBIT ] NAMA HUBUNGAN TERAKHIR KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang