18. My first starry night

160 14 4
                                    

Akhirnya O.de hanya bermalas-malasan di kamar Gaon sampai sore.



Jun Han tidak kunjung pulang-pulang, pasti keseruan pergi main bersama Jooyeon.



O.de duduk di lantai di antara kasur Gaon dan Jun Han, punggungnya ia sandarkan ke kasur Gaon, sedangkan Gaon rebahan di kasurnya sendiri, mengarah ke arah O.de yang duduk memunggunginya.



Mereka hanya bermalas-malasan dengan meng-scroll aplikasi TikTok di ponsel O.de, dan Gaon mengintip dari belakangnya ikut menonton.



Jam menunjukkan pukul setengah lima sore, itu artinya O.de harus berangkat ke Christmas Market segera sebelum gelap dan mumpung masih belum terlalu ramai jika harus menunggu besok-besok.



"Udah jam setengah lima, sana lo belanja lagi. Nanti kemalaman."



O.de menghela nafas malas, ia lalu mengacuhkan ponselnya dan merebahkan kepalanya ke belakang ke kasur Gaon.



"Boleh gak besok-besok aja? Mager gue."



Gaon di posisi rebahannya menyilangkan tangan, ia lalu sedikit menunduk untuk menatap O.de yang masih merebahkan kepalanya.



"Katanya mau natalan bareng gue, kalo besok-besok nanti habis lagi perlengkapan natalnya. Ya udah, gue bisa natalan sama Jun Han sama Jooyeon."



"Bukan gitu." O.de merengek malas, "gue malas pergi sendiri."



"Terus gimana? Ajak siapa kek, Jay?"



O.de memutar kepalanya ke kanan, mendelik menatap Gaon, "gak mau gue pergi sama dia. Gak ada kesan serunya, dia ribet, bukan dia yang bakal nemenin gue, malah gue yang bakal nemenin dia karna udah pasti belanjaannya banyak."



Gaon lalu memberi tatapan datar pada O.de, "mau gue kasih kaca lo? Akar mula lo masih sama kek Jay. Gak usah banyak alasan."



O.de memasang wajah cemberut.



Melihatnya, Gaon lucu sendiri, tangannya ia angkat, lalu usap pelan rambut O.de, "kek gini ternyata asli lo ya? Kek Jooyeon tau. Agak jijik gue."



"Tapi 'kan lo sayang."



Ada rasa terkejut ketika O.de tiba-tiba berkata seperti itu. Gaon tiba-tiba berdebar.



Entahlah, mereka belum pernah mengungkapkan perasaan sampai sejauh itu, Gaon juga belum berani mengatakannya.



Tangannya lalu ia jauhkan dari rambut O.de, "udah, udah, cepetan aja lo pergi. Gak usah banyak omong juga, sengaja banget ngulur waktu."



"Lo serius gak mau ikut?"



"Mau banget gue sebenarnya, tapi ya gimana, kaki gue sakit."



"Gue gendong."



Satu pukulan pelan mendarat di kepala O.de.



"Gak. Gue malu kalo digendong sepanjang pasar."



O.de lalu mendengus pelan, lalu dengan malas-malasan mulai berdiri dari duduknya.



Ambil jaketnya yang ia gantung di sandaran kursi belajar Gaon, lalu jalan menuju cermin untuk memakai jaketnya disana.



Itu tidak lepas dari tatapan Gaon. Ia duduk untuk memperhatikan O.de yang dengan malas-malasan memakai jaketnya.



Ia dapat melihat O.de ogah-ogahan untuk pergi dari sana. Gaon tau, O.de sangat ingin pergi bersamanya, mengajaknya untuk ikut, karna di tahun-tahun sebelumnya O.de tidak akan merayakan natal sampai segitunya.



Gaon got a Mission!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang