Alarm Lena sudah bunyi sejak 30 menit yang lalu. Rasanya Lena masih belum terbiasa untuk bangun pagi. Hari ini Lena harus pergi ke stasiun radio untuk rapat mengenai naskah Love FM.
Dengan mata setengah terpejam ia masuk ke kamar mandi dan mulai mempersiapkan diri. Lena memakai outfit tutrtleneck dan white coat karena cuaca hari ini dingin sehabis hujan.
Lena pergi membawa tas laptop pink yang biasa dipakainya. Sesampainya di kantor masih jam 7 pagi, Lena pergi ke lounge untuk rapat bersama Diana dan Milla.
Rapat berjalan sangat santai dan nyaman layaknya mengobrol dengan teman. Pengerjaan setengah naskah Love FM sudah hampir selesai dengan sempurna.
Mereka mengakhiri rapat dan diskusi kali ini. Lena mengecek jam sudah menunjukkan pukul 12 siang yang seharusnya merupakan jam makan siang. Lena turun ke kantin, bukan untuk makan tapi ia hanya memutari kantin, entah untuk apa.
Lena menengok kesana kemari beberapa menit kemudian pergi ke markas Love FM. Hanya ada beberapa orang di dalamnya. Lena menatap satu per satu orang yang ada dan mulai menghela napas kecewa. Lena akhirnya menetap di situ dan mengeluarkan laptopnya untuk bekerja.
10 menit, 15 menit, 20 menit, 30 menit berlalu. Fokus Lena terbagi dua antara laptop dan jam di hp. Entah sudah pukul berapa tapi orang yang ditunggunya masih belum juga datang ke kantor.
Lena membuka hpnya, berinisiatif untuk mengirim pesan. Ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menggeleng-geleng cepat. Akhirnya, ruang obrolan itu ditutup secepat kilat.
Gue pasti udah gila! Yaudah kalo dia ga dateng, emang ngapain gue mikirin dia.
Lena memegangi kepalanya yang tidak pusing sambil memejamkan matanya. Pikirannya pasti sedang tidak beres.
Beberapa saat kemudian Andi masuk ke dalam ruangan, "eh hari ini Vicky ngga masuk kan?" Andi bertanya memastikan. Lena sontak menoleh, mendengarkan diam-diam namun pandangannya tetap tertuju pada laptop seolah tidak peduli.
"Iya, dia sakit." Miranda menjawab.
Pertanyaan di kepala Lena sekarang sudah terjawab. Sekarang muncul pertanyaan-pertanyaan baru di benak Lena. Apakah sakitnya parah? Apakah ia sudah minum obat? Lena menepis semua pertanyaan itu dan berusaha tidak memikirkannya.
Lena berusaha untuk fokus tapi pikirannya sedang berada di tempat lain. Tidak kuat menahan gelisah, Lena pergi ke luar kantor setelah berpamitan dengan anggota lain.
Di luar kantor, Lena melihat toko Bubur Purnama yang dibeli Vicky kapan hari. Karena ketiduran ia tidak sempat menyicipi bubur itu. Lena pergi membungkus 2 bubur ayam yang masih hangat untuk dibawa pulang.
Lena juga mampir ke apotek untuk membeli beberapa obat. Karena tidak tahu Vicky sakit apa, Lena membeli semua obat mulai dari obat demam, batuk dan flu. Setelahnya ia masuk ke mobil dan menyalakan google mapsnya.
Lena pernah pergi ke rumah Vicky untuk kerja kelompok saat kelas 11. Ia berencana untuk pergi ke sana. Saat ini Lena pasti sudah gila. Bagaimana jika Vicky sudah pindah rumah?
Namun Lena tetap ingin memastikan keadaan Vicky. Bagaimanapun juga Vicky sakit sehari setelah kejadian kemarin apalagi saat ini juga sedang musim sakit.
Sesampainya di depan rumah Vicky Lena turun membawa kresek berisi bubur dan obat-obatan. Jika dilihat dari gerbangnya itu terlihat persis dengan penampilan rumah Vicky yang dulu.
Lena menghembuskam napas panjang sebelum akhirnya menekan tombol bel. Selang beberapa menit, pintu gerbang terbuka. Terlihat sosok Vicky yang tampak pucat di balik pagar itu.
Wajahnya membelalak tak menyangka kehadiran gadis itu di depan rumahnya. "Ngapain lo disini?"
Lena menyodorkan bubur dan obat-obatan yang telah dibelinya. "Cepet sembuh ya," ujar Lena sambil tersenyum tipis.
Vicky menatap kresek yang dibawa Lena bingung, "ohh ma-makasih."
Vicky meraih pemberian Lena itu dan mereka hanya saling tatap-tatapan selama beberapa detik. Vicky kemudian menunjuk ke dalam canggung, "lo mau masuk dulu?"
Lena terdiam beberapa saat, "oh- nggak." Ia melambai-lambaikan tangannya menolak.
"Gue duluan kalo gitu." Lena berpamitan.
Vicky kembali masuk ke dalam rumah. Ia meletakkan kresek pemberian Lena di meja makan dan mengeluarkannya satu per satu. Ada 2 buah bubur yang masih hangat, mengingatkannya akan insiden waktu itu. Ada pula obat batuk, flu dan demam. Vicky tersenyum menatap obat-obatan itu.
Vicky meminum obat demam dan melahap bubur yang masih hangat itu. Setelah habis, Vicky beranjak untuk membuang bungkusnya namun langkahnya terhenti.
Ia tiba-tiba kepikiran akan sesuatu dan mulai mengeluarkan hpnya. Vicky menata mangkok bubur yang sudah tidak bersisa dan obat demam yang terobek satu itu di meja. Kemudian ia memotretnya menggunakan hp.
Sebelum mengirimkam foto itu kepada Lena, Vicky memilih-milih stiker yang bisa dikirimkan pada gadis itu. Akhirnya ia memilih stiker bear 'thank you'. Message sent.
Vicky kembali membereskan meja dan mulai mencuci piring. Setelahnya Vicky kembali ke kamar dan mengecek pesan yang dikirim pada Lena. Masih belum dibaca. Apakah gadis itu masih di luar?
Vicky menjatuhkan tubuhnya di kasur dan mulai memejamkan matanya. Pengaruh obat yang diminumnya tadi telah bereaksi, membuatnya tertidur pulas.
***
Sesampainya di rumah Lena mengecek hpnya yang sedari tadi bergetar mendapatkan banyak notifikasi. Lena tersenyum setelah membuka pesan dari Vicky. Lena kemudian membalasnya dengan stiker 'ok'.
Lena juga mendapatk pesan lain yang belum dibaca dari Agatha. Lena sendiri sudah lama berbaikan dengan Agatha untuk masalah Vicky. Agatha lah orang yang memberitahukan lokasi Cafe Book kepada Vicky.
Kalau bukan karena Agatha, Lena tidak akan pernah berpastisipasi dalam Love FM. Meskipun begitu, semuanya berjalan dengan sangat baik jadi Lena tidak perlu terlalu mempermasalahkannya. Agatha juga mendukungnya untuk bekerja sebagai guest radio.
Agatha :
Len dari kak Dito
You are invited to join our Pro Player Festival! -Sunday 7 p.m
Lo disuruh dateng
Call ok
Lena langsung berdiri dari duduknya, menatap pesan itu tidak percaya. Ia mengucek-ngucek matanya barangkali ia salah baca.
Ka- Kak Dito?!
Tanpa basa basi lagi Lena menelepon Agatha untuk meminta penjelasan.
"Halo," jawab Agatha.
"Halo Gathaa. Itu apaan?" tanya Lena tidak sabaran. Ia terdengar excited dalam nada bicaranya.
"Ohh. Gue udah pernah cerita belom ya? Waktu reuni gue sama Vicky ketemu Kak Dito. Nah, dia simpen kontak gue, kan.."
"Teruss," simak Lena penasaran.
"Teruss ini Kak Dito tiba-tiba ngechat, nginvite kita ke Festival basket. Katanya lo juga harus ikut. Oh ya! Kak Dito juga mintain kontak lo tapi ga gue kasih. Ntar biar dia minta lo langsung deh, Len." Agatha menjelaskan panjang lebar mengenai situasi tersebut.
Lena hanya mengangguk-angguk tidak bisa menyembunyikan lagi senyum lebarnya itu. Jika ada orang yang melihatnya sekarang bisa-bisa ia disangka gila.
"Oke. Ntar datengnya gue jemput ya, Gath." Lena senang bukan main. Ia tidak menyangka akan bertemu Kak Dito setelah sekian lama.
"Oke." Agatha menutup telepon.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Love FM
RomanceVicky, seorang DJ radio yang dengan pedenya mengusulkan mengundang Hexagon sebagai guest saat usulan rapat. Hexagon, author novel best seller itu tidak pernah mempublikasikan informasi pribadinya sama sekali, bahkan menolak interview dari media apa...