3 - Menghindar

11 7 0
                                    

Pintu terbuka seiring dengan bunyi lonceng cafe, seorang gadis masuk dengan menggenggam tas laptop pinknya. Pakaiannya sangat kasual, hanya kaos putih, rok jeans, dan sneakers putih.

Gadis itu berambut cepol berantakan yang dijepit sembarang dengan jedainya. Ia berkulit putih, berponi, memakai lensa kontak abu-abu dan liptint seadanya.

Gadis itu duduk manis di cafe langganannya, tempat favoritnya adalah ujung dekat jendela. Suasana cafe sangat tentram, terlihat banyak mahasiswa dan pekerja kantoran yang menggunakan laptop sebab terdapat wifi gratis.

Setelah memesan kopi hangat, ia mengeluarkan laptop dengan stiker inisial A.N, Allena Natasya. Gadis itu menatap luar jendela yang tertutup embun serta rintik-rintik hujan. Dikeluarkannya earphone dan disumpal ke kedua telinganya. Alunan musiknya membuatnya menjentikan jari pada meja menyesuaikan irama.

Ia melirik ke jam sesaat, "30 menit." Fokusnya teralih ke layar laptop, kembali mengetikkan sesuatu yang tak berkesudahan. Sejenak ia berhenti seakan berpikir, menggumamkan sesuatu, kemudian kembali mengetik.

30 menit berlalu, bunyi lonceng cafe menandakan kedatangan pelanggan. Seorang gadis berkacamata dan berkuncir kuda mulai mendekatinya. Ia menatap sambil tersenyum tipis, memberi gestur melambai, "Sudah datang?"

Gadis itu meletakkan tas dan duduk di sebelah Lena setelah memesan segelas ice americano. Mereka tampak berbincang-bincang akrab setelah sekian lama tidak bertemu.

Mungkin sudah 6 tahun sejak pertemuan terakhir mereka. Sejak insiden 'hari itu' Lena mulai memutus hubungan dengan semua orang dan pindah entah kemana. Tidak ada satu pun orang yang mengetahui keberadaannya, bahkan Agatha sekali pun.

Untuk pertama kalinya Lena menghubungi Agatha via dm instagram 1 tahun yang lalu. Sebelumnya, mereka hanya bertukar kabar lewat email karena Lena menghapus semua platform digitalnya.

Agatha menatap Lena lekat-lekat, ingin sekali ia menanyakan hal-hal yang tak seharusnya ditanyakan. Berbagai pertanyaan ada di benaknya tentang bagaimana ia hidup selama 6 tahun terakhir?

Selama ini Lena hanya menceritakan keseharian atau curhatan sepelenya saja. Ia tidak pernah menjelaskan secara detail dimana dan bagaimana kehidupannya saat itu.

Mengetahui sifat sahabatnya itu, diurungkanlah niatnya. Mungkin suatu saat akan tiba saatnya bagi Lena untuk menceritakan itu semua.

"Oh ya.. Kelas kita kayaknya mau ngadain reuni. Lo dateng, Len?" Agatha melirik kecil Lena.

"Dia dateng?" Gadis itu bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. Semua orang pasti tahu siapa dia yang dimaksud.

Agatha berpikir sejenak, bingung harus menjawab apa. "Oh, pasti dateng." Lena menyimpulkan dengan akurat.

Agatha kelabakan, "Lo gaperlu dateng kok, Len," ujar Agatha menenangkan.

"Iya," jawab Lena ketus. Gadis itu menyelipkan poninya ke belakang telinga sembari menghela napas berat, sepertinya ia terusik oleh Vicky.

Tiba-tiba saja Agatha mulai teringat akan sesuatu. "Eh.. Tapi gue denger-denger Vicky nanyain kontak lo, Len."

Gadis itu menghentikan ketikannya, menatap gadis di sebelahnya sejenak, raut wajahnya tak terlihat senang. Tatapan matanya tajam seakan membunuh.

"Ngapain tiba-tiba bahas dia lagi." Lena mengeluarkan suara dingin yang tak bersahabat.

Melihat respon sahabatnya itu, Agatha semakin yakin bahwa hubungan keduanya masih saja buruk. Awalnya ia berusaha mencari cara agar mereka bisa berbaikan. Tapi sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi.

Love FMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang