1 : Amaris Ernestine

20.1K 827 13
                                    

1 : CEO Gila.

"Amarisku tersayang, cepat cari mantu dong!"

Tebak siapa yang bicara seperti ini? Kalian pasti tahu siapa yang bicara seperti ini. Mamiku. Perempuan terlebay yang pernah ada di muka bumi, eh tapi aku sayang sama dia sih.

Apa mami tidak tahu kalau aku tuh masih menunggu si itu, iya si kunyuk yang sampai sekarang hilang seperti di telan bumi. Si kunyuk menyebalkan tapi aku masih sayang. Bodohnya aku!

"Amaris anak mami tersayang, ayo dong. Masa umur kamu udah 24 tapi masih jomblo. Masa anak mami ga laku sih? Padahal cantik gini tapi ga laku."

Oh my god mi, mami bikin aku pusing tujuh turunan. Eh emang ada ya? Setiap hari pasti aku disuruh cari pacar, pusing deh aku.

"Mami, aku itu masih mau hidup bebas ok. Udah ah aku mau lamaran kerja." Balasku.

Waktu itu papi maksa aku kerja di perusahaan orang. Padahal dia punya perusahaan sendiri, alasannya sih biar aku pengalaman kerja di perusahaan orang. Aku baru aja mau lamaran eh di tambah lagi pemaksaan mami cepat cepat minta mantu.

Pemaksaan dalam keluarga. Eh?

"Bye mami, titip salam ke papi ya." Pamitku lalu mencium pipi mami.

"Pulang pulang bawa calon ya!"

"MAMII!" Teriakku frustasi dari luar rumah.

Lagian siapa sih yang tidak frustasi kalau dipaksa terus?

Aku mengendaraiku ke perusahaan yang papi rekomendasiin. Katanya sih perusahaannya punya sahabat papi. Setelah memakirkan mobil, aku pun turun menuju resepsionis.

"Permisi, mau ngelamar kerjaan." Ucapku singkat.

"Maaf dengan siapa ya?"

"Amaris Ernestine." Jawabku datar.

"Sudah di tunggu di ruangan CEO. Bentar ya saya konfirmasi dulu."

Aku hanya mengangguk lalu bermain dengan ponselku kembali.

"Mari saya antar mbak." Ucap resepsionis itu. Aku pun mengikutinya dari belakang.

Perusahaannya cukup besar sih, tapi aku tidak tertarik. Ingat aku kerja hanya karena pemaksaan dalam keluarga. Kalau engga sih, jangan harap aku mau. Sekarang harusnya tuh aku main sama Aubree, sahabatku. Tapi sekarang dipaksa kerja jadi gini deh. Ck, menyebalkan.

Tok tok tok..

"Masuk."

Aku yakin dia tuh CEO disini. Kenapa aku harus ke sini? Bukannya di bagian HRD ya? Aneh emang nih perusahaan.

"Masuk mbak." Ucap resepsionis itu.

Aku menepuk jidatku. Kebanyakan mikir sih. "Ah iya maaf." Balasku lalu mengikutinya masuk.

"Maaf pak--"

"Saya sudah tahu, anda boleh keluar." Ujar CEO itu secara dingin kepada resepsionis itu.

Cih, songong banget ini.

Eh tapi kok ada yang aneh ya? Katanya ini punya sahabat papi, harusnya CEOnya tua dong? Kok jadi muda?

"Mau sampai kapan anda di depan pintu dan memandang saya dengan kening yang dikerutkan?" Tanya CEO itu datar.

Aku memutar bola mataku. Tampan tapi menyebalkan, cih. "Sampai sekarang." Jawabku lalu duduk di depannya.

CEO itu mengerutkan dahinya, "siapa yang memperbolehkan anda duduk?"

"Kan memang harus seperti itu kan. Kalau ada orang masuk, disuruh duduk. Itu kan sopan santun pak. Masa bapak--"

Bitter than SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang