14 : Clark Averill

7.2K 432 3
                                    

14 : Penjelasan.

Aku menuruni tangga menghampiri pria yang berdiri di depan pintu utama apartment milik Ama. Dia, pria yang saat malam makan sedang bertatap tatapan dengan Ama.

Siapa dia?

Aku sempat menguping pembicaraan mereka, aku menyimpulkan kalau mereka adalah mantan? Rahangku mengeras, aku tidak rela Ama kembali kepada pria lain. Dia milikku, hanya milikku.

"Kau siapa?" Tanyaku kepada pria itu.

"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau di apartment Ama?" Tanya pria itu.

"Aku Clark Averill, sahabat Ama. Kau siapa?"

Aku sengaja mengaku sebagai sahabat Ama. Agar dia mau menceritakan sebenarnya ada apa diantara dia dengan Ama. Kalau aku mengaku calon suami Ama, bisa bisa dia tidak mau memberi tahuku masalah dia dengan Ama.

"Aku Raikan, mantan belum resmi Ama." Jawabnya.

Aku menaikkan satu alisku, ada ya mantan belum resmi? Aku harus secepatnya meminta penjelasan kepada Raikan. Aku sudah sangat penasaran. Dan aku juga tidak mungkin kan meminta Ama menceritakkannya. Itu sama saja membangunkan singa yang sedang tertidur.

"Mungkin kita bisa makan siang bersama di Silver Cafe. Dan tolong jelaskan ada masalah apa antara Ama dengan kau." Ucapku.

"Ini kartu namaku, silver cafe jam 12 siang." Tambahku.

Raikan menaikkan satu alisnya, "baiklah. Dan jangan menginap disini, aku tidak mau Ama kenapa kenapa."

Cih, songong banget belum tahu saja kalau aku siapa. Tapi rencana tetap rencana, aku harus tahu apa yang terjadi antara mereka. Dan apa.. Ama masih mencintainya?

Memikirkan Ama masih mencintainya saja membuat aku frustasi. Ama bukanlah tipe wanita yang mudah jatuh cinta. Aku mengaku dia adalah tipe wanita yang sulit untuk jatuh cinta.

Setelah Raikan berpamitan, aku pun merenung di tangga. Ingatanku jatuh saat aku melihat kardus bertuliskan nama Raikan's.

Aku tahu, pasti di dalam kardus itu berisi barang barang pemberian Raikan. Tapi dimana dia menyimpan kardus itu? Akh, aku penasaran. Apa aku harus memintanya ke Ama? Tapi tidak mungkin, Ama tidak akan mengijinkannya.

Ama masih menyimpan kardus itu? Yang berarti.. Ah sudahlah, aku bisa gila.

Aku mengetuk pintu kamar Ama, sekali, dua kali, tiga kali tidak ada jawaban. Aku membukanya perlahan -ternyata tidak dikunci-, aku melihat Ama yang tidur berlawanan arah dariku.

Aku merapikan anak rambut Ama yang menutupi wajah manisnya. Matanya sembab sehabis nangis.

Apa Ama masih mencintainya?

Pertanyaan itu muncul lagi benakku. Aku terlalu takut kalau Ama kembali ke pelukan Raikan.

Aku mengecup dahinya, "aku pulang dulu ya Am, sleep tight." Ucapku lalu keluar dari kamarnya.

**

Aku memasukkan kode apartment Ama. Aku berani taruhan bahwa Ama belum bangun. Aku menaiki tangga lalu membuka pintu apartment Ama.

Aku memincingkan mata untuk melihat lebih jelas. Ama duduk di sofa dengan pandangan kosong?

Aku menghampirinya lalu duduk di sebelahnya. Matanya sembab dan pandangannya kosong. "Am?" Tanyaku.

Aku mengguncang bahunya, "Ama?"

Aku menepuk pipinya, "amaaaa." Panggilku.

Dia langsung terkerjut, "yaampun Kelark, kamu ngagetin aja tahu ga. Aku kira kamu setan, kalau aku jantungan gimana? Kamu mau bawa aku ke dokter kandung-- eh maksudnya dokter jantung. Ya tuhan, ngagetin banget sih. Kalau aku kena serangan jantung kamu mau tanggung jawab? Kamu mau gantiin jantung aku sama jantung kamu. Yatuhan, salah apa aku semalam sampai sampai di kagetin sama Kelark." Cerocos Ama sambil memegang dadanya.

Bitter than SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang