2 : Clark Averill

12.1K 717 8
                                    

2 : Sekretaris Gila

"Clark, nanti akan ada anak sahabat papa yang melamar kerjaan. Jadikan dia sekretaris kamu, papa sudah pindahkan sekretaris kamu yang lama." Ucap papaku saat sarapan.

Jadi Nita yang notabenenya sekretaris aku yang super duper seksi itu diganti sama papa? Ah aku kan jadi gabisa cuci mata, kalau nanti anak sahabat papa ga seksi. Gabisa cuci mata dong aku?!

"Loh pa, gabisa gitu doang. Masa papa main--"

"Tidak ada penolakan Clark, udah cepat kamu berangkat. Nanti Amaris nungguin kamu lama lagi." Potong papaku.

"Ah yaudah lah." Ucapku lalu berpamitan dengan kedua orang tuaku.

Aku berjalan menuju ruanganku. Banyak sekali karyawan wanitaku yang menggodaku. Memang aku ini tampan, sangat tampan sih. Makanya semua wanita mengantri untuk menjadi kekasihku. Tapi selama ini aku hanya jadikan mereka sebagai penghiburku semata. Toh mereka yang dengan suka rela memberikan tubuhnya untukku. Rejeki tidak boleh di tolak.

Aku sibuk berkutik di depan laptopku hingga seseorang mengetuk pintuku. Ternyata anak sahabat papa, siapa tadi namanya? Amarin? Atau siapa?

Sebenarnya aku malas wawancara, mungkin aku langsung menyuruhnya saja bekerja.

Anak sahabat papa cantik sih, tapi pakaiannya tidak menggoda. Tidak seperti Nita yang menggoda. Di tambah lagi wajahnya yang datar.

Aneh, biasanya wanita yang bertemuku pasti matanya langsung berbinar binar. Lah ini malah datar datar aja ketemu aku. Malah ngerocos mulu lagi. Bawel dasar.

Tapi anehnya setelah dia ngerocos, akhir akhirnya dia akan pasang wajah datar lagi. Bawel tapi datar. Perpaduan yang aneh.

Bisa gila aku sama sekretaris ini.

Aku melihat data diri dia. Amaris Ernestine. Nama yang cantik seperti orangnya. Aku memberinya senyuman menggodaku, biasa para wanita akan langsung terpesona melihat senyumku. Tapi kali ini beda, Amaris malah melihatku dengan tatapan horor. Dia tidak terpesona gitu?

Ditambah lagi dia bilang senyumku aneh, dan mantannya lebih tampan dariku? Hei, dia itu wanita normal atau tidak sih? Kok dia tidak terpesona dengan senyumku?

Karena aku lelah mendengar ocehannya dan lelah melihat wajah datarnya itu aku menyuruhnya keluar. Sudah cukup aku stress dengan wanita ini. Lihat saja, aku akan buat dia klepek klepek kalau melihat aku.

Setelah dia keluar aku langsung menghubungi papaku.

"Pa, kok papa kasih aku sekretaris gila kayak gitu sih?"

"Sekretaris gila gimana?"

"Itu loh anaknya sahabat papa, dia tuh bawel banget. Tapi kalau udah bawel dia bisa jadi jutek dan wajahnya datar gitu. Dia berkepribadian ganda ya?"

"Hush, jangan ngomong gitu. Udah ah dia itu baik tahu terus cantik lagi, udah kamu nikmatin aja nanti lama lama kebiasa kok."

Setelah itu sambungan diputuskan oleh papa secara sepihak. Aku mengacak rambutku frustasi, bisa mati muda aku.

"Pak, nanti ada meeting jam 2 siang di Perusahaan Linsey." Ucap Amaris tiba tiba tanpa mengetuk pintu.

"Kamu diajarkan sopan santun tidak?" Geramku kesal.

Tadi dia yang mengajariku sopan santun, sekarang dia yang tidak tahu sopan santun. Dasar wanita aneh.

"Oh iya saya lupa pak, yaudahlah ya yang sudah lewat biarkan berlalu." Ucapnya sambil menutup pintuku.

Lihat, tadi dia berbicaraku dengan wajah datar. Sekarang dia malah bawel gitu! Positif berkepribadian ganda ini mah.

Aku melihat jam, dan sekarang sudah pukul setengah dua. Berarti aku harus meeting bersama sekretaris menyebalkan itu. Aku keluar dan melihat Amaris yang sedang merapikan berkas berkas yang berantakan di mejanya.

Bitter than SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang