10 : Clark Averill

7.3K 469 8
                                    

10 : Siapa dia?

Aku sedang makan bersama dengan Ama. Entah kenapa aku merasa nyaman di dekatnya walaupun dia terkadang menyebalkan. Aku mengeluarkan leluconku, dia tertawa lepas yang membuatnya semakin cantik.

"Sayang." Satu suara yang membuat Ama berhenti tertawa. Aku menoleh ke arah wanita itu.

Bianca?

Ngapain dia disini?! Belum puas mengambil hartaku?!

"Jauh jauh dari aku Bianca." Ucapku dingin.

Aku tidak sudi melihat wajah wanita murahan itu di depanku. Mungkin dia sekarang sudah menjadi jalang.

"Tapi babe--"

"Aku bukan babemu. Dan sekarang pergi! Aku jijik dengan wanita murahan sepertimu." Balasku datar. Aku jijik mendengar suara sok manisnya itu.

"Aku yakin kamu masih gabisa ngelupain aku kan? Aku minta maaf babe, aku menyesal karena meninggalkan kamu. Aku masih sayang sama kamu." Ucap Bianca.

Pede sekali dia. Dia kira aku tidak bisa melupakannya? Cih, wanita murahan. Aku sudah menemukan penggantinya kali.

"Sayangnya tangisanmu itu sudah tidak berarti. Dan aku sudah menemukan penggantimu mending sekarang kamu pergi jauh!" Bentak aku kesal. Aku jijik melihat wajahnya itu. Sok penuh penyesalan dan sok lemah. Aku juga benci melihat perempuan menangis, terlihat seperti perempuan lemah.

"Whoa Kelark, calm down Kelark." Ucap Ama sambil menatapku dengan horror.

"Selesaikan urusanmu dengan wanita murahan ini ya Kelark, aku tunggu di mobil." Ucap Ama dengan senyum yang jarang sekali aku lihat. Tapi dia terlihat manis sangat manis. Memang benar kata Ama, Bianca adalah wanita murahan.

Ama berdiri lalu meninggalkanku. "Babe--"

Brak.

Ucapan Bianca terpotong karena suara orang bertabrakan. Aku yakin Ama sedang bermain ponselnya sehingga dia tidak sadar bahwa dia akan bertabrakkan dengan orang. Dasar ceroboh.

"Ah maaf." Ucapnya tanpa menoleh ke arah pria itu. Ama tetap menunduk mencari ponselnya.

"Nestine.." Ucap pria itu dengan tatapan terkejut. Dia melihat ke arah Ama. Dan saat itu pula, Ama diam. Dia tidak mengambil ponselnya yang masih ada di lantai.

Tubuhnya semacam mematung. Apa mereka sudah saling kenal?

Ama segera mengambil ponsel itu dan mengangkat wajahnya. Tiba tiba saja gerak gerik Ama menjadi kaku, tubuhnya juga menegang.

"Nestine! Yatuhan akhirnya aku bertemu juga denganmu. Saat aku balik ke Indonesia, aku mati matian mencarimu. Akhirnya aku bertemu denganmu juga. Aku hampir gila saat tidak dapat menemuimu." Ucap pria itu girang.

Siapa pria itu? Dan siapa Nestine?

Ama menatapnya datar dan dingin. Aku masih bisa melihat wajahnya, karena dia belum begitu jauh dari tempatku duduk sehingga aku masih bisa melihat ekspresi Ama.

"Maaf, anda salah orang." Ujar Ama dingin lalu menatapku dengan tatapan -kembali ke mobil. Sekarang!-

Aku segera berdiri berjalan menyusuli Ama yang sudah berjalan duluan. Aku tidak peduli dengan panggilan dan rengekkan Bianca karena aku tinggalkan.

Siapa dia? Siapa pria itu? Dan kenapa Ama menatapnya dingin sekali. Aku baru melihat Ama memberikan tatapan sedingin dan sedatar itu.

"Nestine!" Panggil pria itu. Dia berlari ke arah Ama yang sedang berjalan menuju mobil.

Bitter than SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang