Sesampainya di rumah aku langsung duduk di lantai, dan mengambil kardus di bawah kasurku.
Raikan's
Kardus usang berdebu namun menyimpan banyak memori di dalamnya. Kardus usang yang sudah lama tidak kulihat karena pada akhirnya aku lah yang tersakiti. Pada akhirnya aku lah yang akan menangisi kepergiannya sepanjang malam.
Aku meniup debunya dan menghapus debu itu menggunakan tanganku. Sehingga sekarang terlihat jelas kardus yang tertuliskan namanya. Lalu aku menarik nafas dalam dalam, aku berjanji kepada diri sendiri. Ini terakhir kalinya aku akan menangis untuknya dan belajar melepaskan.
Aku membuka kardus itu. Saat aku membuka kardus itu, hal pertama yang aku lihat adalah foto foto. Foto foto yang sempat aku cetak dan aku tempel di dinding kamarku dulu.
Aku tersenyum miris melihat foto foto itu. Air mata pun menetes melihat foto yang lumayan berdebu itu. Aku meniup agar terlihat jelas wajahku yang tersenyum lebar.
Satu foto yang membuat air mataku turun lebih deras, foto dimana aku sedang tersenyum lebar dan dia yang sedang mencium pipiku. Pertama dan terakhir kalinya dia mencium pipiku karena aku bukan orang yang suka di pegang. Jadi itulah terakhir kalinya dia mencium pipiku.
Setelah cukup melihat tumpukkan foto yang mulai kusam, aku mengambil sebuah pajangan. Aku tidak tahu namanya apa, namun seperti bola yang di dalamnya air dan ada salju. Selain salju, di dalamnya ada satu pasang kekasih yang posenya seperti berdansa. Dan jika kita goyangkan bolanya, makan saljunya seolah olah turun.
Dulu aku selalu berharap bahwa itu adalah aku dengan Raikan. Tapi rasanya harapan itu telah pupus.
"Nestine -panggilan sayang Raikan-, sini deh!" Teriak Raikan saat aku sedang merendamkan kakiku di dalam kolam berenang milikku.
"Eh Rairai kamu sudah datang?" Tanyaku.
"Belum, aku hanya arwahnya. Ya iyalah Nes, aku sudah datang." Jawab Rairai -panggilan sayangku untuk Raikan-.
"Oh iya Nestine, aku bawa sesuatu buat kamu." Ucap Rairai sambil nyegir.
"Apa tuh?" Tanyaku lalu berdiri menghadapnya.
"Tada!" Ucapnya sambil memperlihatkan sebuah pajangan.
Aku langsung menatapnya kaget, "ini? Indah banget! Aku kira kamu akan kasih aku bunga lagi."
"Bunga udah terlalu sering, sekali sekali pajangan ini." Balasnya lalu mendekatkan diri ke arahku.
"Lihat deh Nes, di dalamnya ada satu pasang kekasih yang sedang dansa. Mereka terlihat serasi seperti kita. Aku membayangkan kalau itu kita, romantis kan?" Tanya Rairai dengan cengiran.
Aku mengambil pajangan itu dari tangannya, "indah banget!" Ucapku.
Aku segera membuang ingatan itu jauh jauh, setelah puas memandanginya. Aku meletakkannya lagi di tempat semula, lalu mengambil sebuah toples yang berisi kertas warna warni di gulung gulung. Kertas yang didalamnya bertuliskan mimpi mimpi aku dan Raikan. Impian impian yang akan kita raih bersama selama kita masih memiliki satu sama lain.
Aku membuka tutup toples itu dan mengambil satu gulungan kertas berwarna pink dan membukanya.
Kita selalu hidup bersama sampai ajal memisahkan kita.
- Rairai
Aku ingat, Raikan lah yang menulis mimpi itu. Tapi pada akhirnya, dia kan yang pergi meninggalkanku. Aku mengambil kertas berwarna biru dan membukanya.
Kita bisa membangun keluarga bersama dan mempunyai anak keseblasan.
- Rairai
Aku menggulungnya dan membuka kertas berwarna ungu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter than Sugar
Novela Juvenil[Cerita di PRIVATE, hanya followers yang bisa baca] Klise. Kedua insan dipertemukan dengan cara perjodohan. Kedua insan dipaksakan untuk saling mencintai. Kedua insan berpura-pura untuk berbahagia disaat hatinya masih meraung-raung, masih menolak me...