8 : Clark Averill

8.2K 473 0
                                    

8 : Apartment Amaris.

"Pagi tante." Sapaku kepada Tante Ava.

"Eh pagi Clark, bentar ya Amaris lagi siap siap tuh."

"Iya tante gapapa kok."

"Makan dulu Clark." Ucap Om Revan yang tiba tiba datang dari entah mana.

"Eh iya om." Balasku lalu duduk di kursi makan.

"Hari ini kamu jadi nemenin Ama cari apartment?" Tanya Om Revan.

Aku mengangguk, "iya om."

"Jangan lama lama ya, nanti kalian telat kerjanya lagi." Ucap Tante Ava.

"Gapapa tante, emang kenapa ya Tan kok Ama jadi tinggal di apartment?" Tanyaku

Tante Ava tersenyum, "oh itu, tante, om sama orang tua kamu mau buat Ama tuh mandiri. Biar dia tahu rasanya ngurus rumah tangga sendiri gimana. Nanti kalau kalian sudah nikah juga Ama kan yang masak dan ngurus semuanya. Jadi kami mau biasain Ama mandiri."

Aku hanya mangut mangut. Setelah itu sosok Ama turun dari tangga. Apa aku harus belajar mencintainya?

Mungkin aku harus belajar mencintainya. Aku tidak mau nanti main main sama wanita terus ketahuan. Bisa dipecat aku dari keluarga Averill.

"Pagi Ama." Sapaku.

Ama melirikku lalu sibuk menyapa kedua orang tuanya. Aneh, Ama selalu membuatku penasaran dari balik sikap dinginnya itu.

Setelah selesai sarapan, aku dan Ama pun berpamitan untuk melihat lihat apartment.

"Apa kamu menerima perjodohan ini?" Tanyanya dengan pandangan lurus ke depan.

Sebenarnya sih tidak, tapi percuma jika aku menolak pun tidak akan dibatalkan dan bisa bisa aku dipecat dari keluarga Averill.

"Menolak pun tidak bisa." Jawabku.

Aku melirik Ama, dapat kulihat matanya yang sembab. Eh? Dia habis menangis?

"Matamu bengkak kenapa?" Tanyaku.

Dia menatapku datar, "bukan urusanmu." Jawabnya.

"Mungkin sekarang bukan, nanti akan." Balasku.

Memang selama dia masih menjadi calon tunanganku, aku belum boleh menganggu privasinya. Namun jika dia sudah menjadi tunanganku, urusannya menjadi urusanku juga.

"Kita akan melihat apartment yang dekat dengan kantor. Semoga saja kamu suka." Ucapku.

"Hm." Balasnya.

Tumben dia ga ngerocos, biasanya ngerocos mulu.

"Selamat pagi, Pak Clark." Sapa security penjaga pintu.

Aku dan Ama berjalan berdampingan menuju resepsionisnya. "Saya mau lihat apartment deluxe." Ucapku.

"Eh jangan yang deluxe, yang biasa aja mbak." Ucap Ama.

Terserah dia deh, toh dia juga yang tinggalin.

Setelah itu resepsionis itu pun mengantarkan aku dan Ama ke dalam Apartment yang aku tak tahu jenis apa. Pokoknya apartmentnya itu berada di lantai paling atas. Lantai 30, Ama menginginkan apartment yang tinggi. Katanya sih biar bisa lihat pemandangan ke bawah.

Akhirnya aku dan Ama menemui Apartment. Masih kosong sih, namanya juga baru. Saat masuk pintunya, kita melihat beberapa anak tangga. Setelah kita menaiki tangga itu, kita menoleh ke arah kanan. Disitu ada sebuah pintu yang jika di buka langsung memperlihatkan Apartment kita. Di sebelah kiri, ada sebuah dapur dan meja bar -yang dari sananya ada-.

Bitter than SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang