3 : Amaris Ernestine

11.4K 610 2
                                    

3 : Pemaksaan Dalam Keluarga.

Setelah Kelark keluar dari ruangannya untuk pulang. Aku segera merapikan barang barangku untuk pulang. Tidak sabar ketemu sama jodohku. Sudah tidak sabar menidurkan jodohku.

Jodohku (kasurku).

Hari pertama aku kerja saja aku sudah stress. Ternyata menjadi sekretaris tidak semudah yang aku bayangkan. Lama lama aku mati muda juga nih kalau di paksa kerja disini terus.

Awas aja ya nih papi. Aku akan protes sampai kupingnya budek. Eh jangan sampai budek deh, nanti dia gabisa dengar suara nan indah dari putri tercantiknya ini.

Aku melajukan mobilku menuju rumahku. Aku melihat mobil papi yang sudah terparkir rapi di halamanku. Siap siap pasang kuping pi.

"PAPI!" Teriakku sampai rumah.

"Aku mau protes, aku gamau kerja disitu apa lagi jadi sekretaris si Kelark itu. Aku bisa mati muda pi, aku ga mau. Bisa bisa aku ubanan sebelum mami ubanan, bisa bisa aku keriput duluan sebelun mami keriput. Ah bisa bisa aku mati muda pi kalau kerja disitu. Malah Si Kelark itu nyebelin banget lagi, aduh aku ga mau mati muda pi." Cerocosku cepat saat menemui papi dan mami lagi di sofa ruang keluarga.

"Eh Amaris tercinta mami udah pulang. Gimana? Kelark tuh siapa sih Ama?" Tanya mamiku bingung.

"Iya Kelark tuh siapa sih Ama?" Tanya papiku.

"Kelark itu loh, anaknya sahabat papi." Jawabku.

"Clark namanya bukan Kelark." Ralat papiku.

Ah aku ga peduli mau namanya Clark kek Kelark kek kodok kek. Yang penting aku mau cepat cepat pergi dari perusahaan terkutuk itu.

"Ya siapa pun itu namanya, pokoknya aku ga mau kerja disitu." Rengekku.

"Kenapa? Bukannya dia baik ya?" Tanya papiku.

"Baik dari Amerika. Dia tuh nyebelin pi. Udah dia sifatnya dingin, terus playboy, suka tebar pesona, suka ngegoda cewe. Ih ga banget deh. Mending mantan ak-- eh engga deh mending dia sih. Ah tapi sama aja lah dia itu sok pede. Dia kira aku bakal suka gitu sama dia? Ih ga akan ya. Dia bukan tipe aku, malah udah aku blacklist dari calon jodoh aku." Jelasku kesal.

Papi sama mami hanya geleng geleng sambil terkikik geli, "udah sana kamu mandi dulu. Dinginin deh kepala kamu biar ga ngerocos kayak kereta api ga berhenti berhenti." Ucap papi.

Aku mengerucutkan bibirku lalu menghentakkan kakiku, "awas aja ya nanti aku aduin ke presiden kalau ada pemaksaan dalam keluarga." Gerutuku. Tapi aku yakin masih bisa di dengar mami dan papi, buktinya mereka malah tertawa ngakak sekarang.

"Amaris tercinta mami, kamu kepalanya harus mami dinginin dulu di freezer. Kayaknya mandi air dingin ga akan bisa ngurangin kepanasan otak kamu." Ledek mamiku.

Ah mamiku mah kalau udah main ledek ledekkan, mami udah jagonya. Kadang pengen aku tendang mami ke luar angkasa, eh jangan deng nanti aku sedih lagi.

"Menyebalkan, nanti aku laporkan ke presiden adanya penganiyayaan dalam keluarga." Gerutuku dan membuat mereka semakin tertawa ngakak. Sedangkan aku hanya bisa mengerucutkan bibirku dan berjalan ke kamarku sambil menghentakkan kakiku.

Kalau mereka bukan orang tuaku udah aku tendang mereka ke segitiga permuda. Eh? Aku jadi jahat gini. Pasti karena Kelark yang selalu bikin aku stress deh jadinya gini.

Tuhan jangan biarkan hambamu ini mati muda ya, biarkan Kelark aja yang mati muda. Jangan hambamu yang baik hati, penyayang dan rajin menabung ini.

Aku merendam badanku di bath up. Mencoba mendinginkan kepalaku yang terlalu stress akibat Kelark.

Bitter than SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang