17

2.6K 406 67
                                    

Sudah melewati banyak musim, dan ini tahun kedua Harley tunduk dibawah kaki Gatlin. Seolah tak ada cahaya, hari demi hari kepahitan semakin menjalar melobangi batin.

Selir itu lebih menjadi pendiam, tak banyak berontak seolah sudah pasrah pada takdir semesta yang tak ada habisnya menyiksa di segala sisi.

Terlebih, sampai saat ini Harley belum juga memberikan putra mahkota, Gatlin semakin kasar, bahkan tak ada lagi wajah damai sang kaisar. Setiap malam Harley akan menerima siksaan, digempur habis tanpa jeda.

Pelacur kaisar.

Begitulah orang-orang istana menyematkan nama untuknya, bukankah Harley juga tak mampu memaksa ia juga tak memiliki kuasa? Tanyakan pada semesta mengapa sampai saat ini, raganya belum dititipkan malaikat. Harley juga lelah, ia juga sakit merasa terpojok.

Memberikan putra mahkota adalah tugas permaisuri, tapi dirinyalah yang saat ini dibebankan sampai permaisuri sendiri menuntut hak padanya.

Ingin sekali Harley berteriak, jika permaisuri yang lebih bertanggung jawab. Mungkinkah calon cikal anaknya belum hadir, karena ia tahu jika kelak saat lahir akan diberi cap anak permaisuri?

Tok

Tok

"Selir pertama, kau diminta kaisar untuk menemuinya di kamar yang agung," ucap pelayan.

"Ya."

Hanya itu yang keluar dari mulut Harley, ia membiarkan pelayan pergi lalu mulai bersiap.

Tentu saja, apalagi yang akan Kaisar lakukan jika bukan memakai tubuhnya? Harley tersenyum getir.

"Pelacur ini akan segera datang," ucapnya sendu.

🍂🍂🍂

Dan di sinilah Harley, dibawah kungkungan sang penguasa Cassia. Membiarkan tubuhnya kembali dicecap, dijamah dan dinikmati.

Membiarkan bagian bawahnya diinvasi habis-habisan. Lenguhan dan geraman bagai melodi instrumen yang bersahut-sahutan.

"Ahh,"

Desahan halus mengakhiri kegiatan Gatlin, ia semakin memperdalam miliknya membiarkan putihnya masuk, mengisi rahim si omega yang tak kunjung memberikan apa yang ia inginkan.

"Jika bulan depan calon putra mahkota belum hadir, aku akan mengangkat selir lain," ucap Gatlin tiba-tiba, ia menggeser tubuhnya berbaring di sisi Harley.

"Keputusan Anda adalah yang terbaik yang mulia," sahut Harley lirih.

"Lebih bergunalah sedikit untukku, kau membuatku kesulitan dan kini kau dengan mudah mengatakan keputusanku baik, kau pikir mengangkat selir hal mudah?" tutur Gatlin.

Senyuman nanar terbit di wajah si manis, ia melirik kaisar yang wajahnya masih nampak terlihat dingin walau dalam keadaan gelap dan hanya disinari bulan.

"Itu mudah bagi Anda, pewaris akan segera lahir jika Anda segera mencari. Maafkan saya yang mulia, karena belum bisa memberikan apa yang Anda inginkan, saya menyesal dalam hal itu membuat Anda kesulitan," ucap Harley tulus.

Gatlin hanya diam, terhanyut dalam ucapan Harley. Apakah selama ini ia keterlaluan dalam memperlakukan Harley? Tapi, bukankah nasib budak diatur sang Tuan? Mengapa ia harus khawatir, Harley pantas mendapatnya. Dulu ayahnya sampai harus merasakan kepahitan di akhir hayatnya, dan itu semua karena ayah dari omega ini.

"Kau menyetujuinya karena ingin bebas bukan?" Gatlin menaikkan sebelah alisnya, menunggu jawaban sang selir.

Harley yang sudah lemas, dan hampir kehilangan kesadaran kembali mencoba bertahan.

"Tidak yang mulia, hanya saja keputusan Anda benar adanya," sahut Harley membuat Gatlin mendengkus.

"Bahkan jika aku kembali mengangkat selir, kau ... kau akan tetap menjadi wadah pelampiasanku, jangan khawatir ... aku menyukai wadah sepertimu." Gatlin berucap rendah.

"Ya, yang mulia saya tentu akan melayani Anda."

Mendengar tanggapan Harley yang nyaris pasrah, entah mengapa membuat Gatlin muak dan tak suka. Ia ingin omega itu menolak dan mengemis padanya agar menghentikan rencana gilanya, tapi Harley justru mendukung seolah benar-benar ingin bebas, tapi kemudian yang dikatakan Harley membuat darah Gatlin mendidih.

Ia suka Harley yang berontak dan mengemis secara bersamaan, bukan omega lemah yang benar-benar pasrah, dan membiarkan semuanya mengalir tanpa mencegah.

"Kenapa kau tak melarang?" tanya Gatlin lagi.

Harley berusaha duduk, ringisan kecil keluar dari mulutnya.

"Saya sama sekali tak memiliki hak akan itu, yang mulia," ucapnya.

"Saya hanyalah seorang budak yang merangkak menjadi selir, saya rasa tak elok saya meminta sepotong roti besar atas diri saya," sambung Harley, ia memungut pakaiaannya.

Apa maksud Gatlin menanyakan hal itu? Haruskah Harley memberi larangan, dan mengatakan ia akan berusaha memberikan putra mahkota? Rasanya tidak, Harley tak senaif itu, ia bukanlah omega yang memiliki hak.

"Yang mulia, saya akan kembali ke pavilliun," ucap Harley.

"Tidurlah di sini," sahut Gatlin membuat Harley terbelalak, bukan kaisar sekali yang membiarkan dirinya tidur dikamar yang sama setelah kegiatan bercinta.

"Maaf yang mulia, say-"

"Aku bukan meminta, tapi memberimu perintah," sela Gatlin.

Harley mengangguk, ia mulai merebahkan diri di lantai sisi ranjang Gatlin. Tak mungkin juga Gatlin membiarkan dirinya tidur di ranjang, Harley mulai saat ini tak akan berharap bebas atau semacamnya, ia tak ingin mati karena harapannya dan memilih pasrah mengikuti arus takdir yang mungkin bisa kapan saja membunuh.

Gatlin mengerutkan kening, maksudnya tidur satu ranjang dengannya bukan dilantai, saat ia akan kembali bersuara, Gatlin memilih abai seolah kewarasannya kembali. Untuk apa ia iba pada budak macam Harley.

Harley pantas.


_______

Ehehe ....

Pangeran keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang