10

523 14 0
                                    

hai semua apa kabar?
Selamat datang di MORRIGAN
dunia gelap yang akan berubah menjadi berwarna.

hai semua apa kabar? Selamat datang di MORRIGANdunia gelap yang akan berubah menjadi berwarna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yara yang baru saja turun dari mobil menatap sekeliling dengan raut wajah terkejut. ini rumah sakit milik keluarga Easton. ya,keluarga El. "yah, kok disini? bukan di tempat kemarin?" tanya Yara. "dokter yang biasa pindah tugas sayang, jadi kamu dialihkan ke sini. bahkan dokter Rei yang memilih dokter beserta rumah sakit untuk kamu" ucap sang Ayah sembari mengajak sang putri untuk masuk ke dalam rumah sakit.

"ayo, kita langsung ke ruangan dokternya aja" ucap sang Ayah yang baru saja melihat notifikasi masuk dari sang dokter.

tok tok

"iya,silahkan masuk" Yara kenal suara ini. saat pintu terbuka bukan main kagetnya. ah sial begitu juga sang dokter yang melihat pasien nya yang akan selalu dipantau. "Ya-ra?" tanya dokter Aurel yang ingin memastikan yang ia lihat tidak salah. "halo kak" ucap Yara sembari tersenyum dan melambaikan tangan pada Aurel.

"loh nak,kamu kenal dokter Aurel?" tanya sang Ayah yang ikutan terkejut mengetahui anaknya sudah kenal dengan dokter barunya. "anu gini yah" Yara bingung harus mulai cerita dari mana.

"silahkan duduk dulu pak mari" ucap Aurel yang mempersilahkan Yara dan sang ayah duduk di sofa yang terletak dalam ruangan tersebut. "jadi, kemarin Yara datang kesini untuk menjahit luka yang ada di pipinya" ucap Aurel sambil menunjuk luka di pipi Yara. sang ayah yang tahu itu menganggukan kepala. "jadi, boleh saya lihat rekap dari dokter sebelumnya pak?" pinta Aurel pada Ayahnya untuk melihat dokumen yang dibawa sang Ayah.

Yara yang hanya bisa diam di ruangan itu bingung apa iya harus meminta pertolongan kepada Aurel agar ia tidak memberitahukan kepada El tentang penyakitnya. "kak" ucap Yara pada Aurel yang sedang melihat dokumen miliknya. "ya, kenapa Yar" tanya Aurel. "anu gini kak, aduh gimana ya bilangnya ke kakak" ucap Yara gelisah.

"hey, bilang aja Yar.. ada apa?" Aurel yang melihat Yara gugup memegang pergelangan tangan Yara dan mengelusnya perlahan berharap kekasih dari sepupunya ini bisa terbuka. "kakak jangan kasih tahu ini ke El sama ke yang lain ya kak" pinta Yara pada Aurel. Aurel yang mendengar cukup kaget bahwa El tidak mengetahui penyakit kekasihnya. "tap-"

"iya, aku tahu.. cepat lambat El bakal sadar. tapi, aku mohon kak biarin aku yang kasih tau dia" ucap Yara pada Aurel. Aurel yang mendengar permintaan Yara mau tidak mau menuruti permintaan Yara. "oke kalau gitu"

"Yara, ayo kita kesana sudah waktunya" ucap Aurel "semangat sayang, ayah disini ya" ucap sang ayah yang tak lupa memberi kecupan pada seluruh sudut wajah sang putri tercinta. "pak, nanti saya ingin berbicara sebentar" ucap Aurel yang menatap sang ayah dengan tegas. sang ayah paham akan tatapan itu mengatakan dan akan menunggu disini saja.

selama kemoterapi Aurel dan Ayahnya membicarakan hal penting terkait kondisi Yara. "apa Yara jarang minum obat?" tanya Aurel. pasalanya saat ia melihat dokumen yang diberikan dokter Rei dan yang baru saja melihat dokumen yang dibawa Yara, sungguh perkembangan penyakit itu semakin ganas dan merambat kemana mana.

"dia selalu rajin dok, bahkan tidak lupa untuk kemoterapi juga" ucap sang Ayah yang bingung. Aurel mau tidak mau ini tugasnya, ia harus menjelaskan tentang perkembangan penyakit Yara.

"begini pak, Yara sepertinya tidak benar benar meminum obat yang diberikan oleh dokter. seharusnya obat nya habis setiap ingin melakukan kemoterapi, namun bisa di lihat dari obat yang dibawa ini. masih tersisa 3 yang seharusnya hari ini Yara mendapatkan obat baru dari dokter" ucap Aurel yang menunjukkan kotak obat Yara yang terjatuh saat Yara menaruh hp ke dalam tasnya.

"pak, kanker milik Yara semakin merambat ke seluruh tubuhnya. Yara harus lebih sering untuk memperlambat pergerakan kanker itu" ucap Aurel yang menunjukkan data. "kami sedang mencari rumah sakit terbaik, untuk membantu Yara tetap bisa bertahan" perkataan Aurel membuat tubuh Ayahnya seperti tertusuk ribuan pisau.

Ayah Yara memandangi Yara yang sedang kemo melalui kaca, ia tidak bisa membayangkan sakit yang putrinya rasakan setiap bulan, setiap hari atau setiap detik untuk menahan sakit yang diderita putrinya sejak berusia 9 Tahun.

kenapa bukan ayah saja nak yang merasakan sakit itu Batin sang ayang yang tidak tega melihat putrinya. jujur satu sisi ia bingung harus bilang apa pada sang istri dan keluarga besar mereka. Yara memperhatikan sang Ayah dari dalam ruangan dan melambaikan tangan dengan senyum yang manis seperti biasanya.

sendiri aja pak boss" ucap Lion yang melihat El membawa mobil namun keluar dari sana sendiri tanpa kehadiran Yara di sebelahnya. "gak masuk, ada urusan keluarga" ucap El yang lemas. baru sehari di tinggal sehari berasa ditinggal berbulan bulan. mukanya sungguh lesu bahkan tidak ada minat untuk bersekolah hari ini. "cabut lah ke atas" ajak El kepada kedua sahabatnya ini. "woy Ina" teriak Lion yang melihat sepupunya sedang berjalan di koridor sekolah. "apa sih monyet, pagi pagi teriak terus " ucap Ina yang sudah muak dengan Lion.

"kata Ibu, ntar pulang sama gua. pada kerumah gua semua" ucap Lion yang langsung terus berjalan meninggalkan Ina yang terus memanggil namanya sambil berteriak "LIONNN" pasalnya ia ingin bilang bahwa hari ini ada kumpul osis dan mungkin agak terlambat pulang. "ah sabodo deh, biarin aja dia nungguin" Ina yang hendak masuk ke dalam kelas melihat Lea yang sedang berjalan lantas membuat Ina kembali berteriak memanggil sahabatnya itu.

"tadi, Yara nitip surat" ucap Lea yang memberikan surat itu pada Ina. " loh Yara gak masuk?" yang di anggukan oleh Lea dan menunjukkan room chat grup mereka. bahwa 5 menit yang lalu Yara bilang bahwa dirinya sedang ada acara keluarga. Ina yang memang senang sekali menggunakan mode dnd saat sedang di sekolah memberikan senyumannya.

El yang sedang rebahan dan di gudang atas sekolah, yang diubah menjadi ruangan rahasia dia dan kedua sahabatnya. El mendapat telpon masuk dari sang kekasihnya Yar🤍

"haloo El hihihi"

"hai sayang, ada apa?"

"gak papa, aku kangen kamu aja"

perkataan Yara membuat El yang sedang meminum soda menyemburkan pada wajah Mickhael yang berada di hadapannya "EL BANGSAT, MUKA GUA SETAN" Mickhael langsung mengambil tisu dan membersihkan wajahnya dari semburan yang diberikan oleh El.

"sayang, aba aba tolong" ucap El yang sungguh jantungnya sekarang berpacu dengan cepat.

Yara yang hanya mendengar suara ribut Mickhael, dan ia bisa membayangkan semerah apa wajah El sekarang. "sayang, malam kerumah ya" Yara baru ingat malam ini ia akan mengajak El bertemu sang Ayah dan juga Bundanya. "loh,ngapain? orang rumah udah pada pulang?" Tanya El pasalnya sewaktu ia mengajak Yara untuk keluar orang rumah Yara sedang keluar pada malam itu. " udah kok, bunda nyuruh kamu kerumah buat main" ucap Yara. "yaudah nanti kalau kamu sampai rumah kabarin aku, nanti aku kesana. mau dibawain apa sayang orang rumah?" Yara diam sebentar ia sedang berfikir "gak usah kata bunda, kamu dateng aja bunda udah seneng"

"yaudah nanti malam aku kesana, love you sayang" El memberikan kecupan pada hpnya, membayangkan itu adalah Yara. "bye sayang, hati hati ya nanti. aku tunggu dirumah.. love you too"

El terus menanyakan perihal harus bawa apa pertama kali datang ke rumah calon mertuanya? ia sungguh heboh sampai menelpon Daddy, dan Bundanya untuk menanyakan hal itu. "duh rambut gua harus dirapikan gak sih Mic? Li gue pake baju apa ya Li" Mickhael dan Lion hanya bisa menghela nafas kasar dan ikut serta pusing yang satu pusing untuk memilih outfit apa dan yang satu bingung mau El seperti apa, sebab semua jenis gaya rambut ditolaknya

 "BOTAK DEH LU ANJING" ucap Mickhael kesal.

★★

𝙨𝙞𝙡𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙞 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣𝙩𝙖𝙧,𝙡𝙞𝙠𝙚 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙝𝙖𝙧𝙚. 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙖𝙠𝙪𝙣 𝙞𝙣𝙨𝙩𝙖𝙜𝙧𝙖𝙢 𝙖𝙠𝙪 @𝙠𝙖𝙙𝙚𝙠.𝙨𝙝𝙖𝙠𝙮𝙧𝙖
𝙨𝙞𝙡𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙞 𝙢𝙖𝙨𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 MORRIGAN , 𝙖𝙠𝙪 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙚𝙙𝙞𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣.

MORRIGAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang