[ENDING]

641 10 0
                                    

Selamat menikmati

Di tempat yang selalu tertutup dan hanya beberapa kali dibuka, kamar Yara masih seperti terakhir ia huni. "kamu gak pernah tidur dikamar?" tanya Yara pada Azreal saat dirinya memasuki kamar dengan Azreal yang menyandarkan badannya di pintu kamar. "enggak, kalau masuk kesini aku pasti duduk dibawah"

Yara menepuk tempat disebelahnya "sini" menyuruh Azreal untuk duduk tepat di sebelahnya. Azreal yang tak ada hentinya memandang Yara "kamu kok bisa" ucap Azreal yang isi otaknya dipenuhi oleh banyaknya pertanyaan.

"sebenarnya aku memang udah gak kuat, tapi Tuhan bener bener kasih aku kesempatan untuk kembali. kamu tau gak, saat itu gelap banget aku gak bisa lihat apa apa aku cuma dengar suara kalian dan kamu yang memohon untuk tetap disana"

"kakak kamu sebenernya tau, aku masih ada. bahkan detik detik aku sadar. kakak kamu yang pertama kali langsung bilang ke Ayah bunda bahwa ada rumah sakit yang lebih bagus"

"keluarga Ina sama Lion yang bantu Bunda sama Ayah. bahkan kayaknya cuma kamu deh yang gak tau aku masih ada. bunda bahkan Daddy kamu sering loh mengunjungi aku saat aku rawat jalan"

"kamu tau siapa pendonornya?" tanya Azreal. walaupun satu sisi ia kesal kenapa semua orang menutupi keberadaan Yara darinya.

"aku tau, Aurora dia yang menjadi pendonor jantung ke aku"

Azreal yang mendengar itu terkejut jadi hilangnya Aurora untuk menolong kekasihnya "ia bahkan tulis surat buat aku dan ada satu untuk Nicolas. nanti kita kesana ya, aku kangen mereka semua"

"iya, nanti kita kesana sayang"

"dalam surat itu aurora bilang, dia suka sama aku sejak Aftan kasih foto aku ke Aurora, jujur aku kaget dan baru tahu bahwa Aurora itu penyuka sesama jenis. dia mau minta maaf ke aku namun gak bisa. dia memutuskan untuk pendonor karena ia merasa tak layak untuk hidup"

Azreal dan Yara sama sama terdiam, bahkan Yara tak bisa membaca surat dari Aurora untuk kedua kalinya. "kita ke makam Aurora boleh?" tanya Yara hati hati bagaimanapun Aurora adalah perusak hubungan mereka kala itu. "boleh, kamu tau dimana?" "sebelah persis makam ibunya" ucap Yara pada Azreal. karena ia yakin, Azreal akan ingat dimana makan ibu dari mantan sahabatnya itu.

"Oke,besok kita kesana sama anak anak yaa"

Berjam jam menghabiskan waktu berdua di dalam Apartemen membuat Yara kelupaan akan pergi ke markas kekasihnya yang sudah ia rindukan.

"El,ayoo dong bangunnn"

"Ah kamu mahhh isssh!" Karena kesal Yara pun pergi meninggalkan El yang masih tertidur pulas.

Pagi sekali Yara sudah terbangun karena ia ingin membuatkan beberapa menu favorite anak anak morrigan. Saat asik dengan bahan bahan di dapur Yara terkejut dengan tangan kekar yang melingkar pada pinggangnya "pagi sayang" suara khas bangun tidur itu sangat ia rindukan.

"Pagi sayang,sana mandi" suruh Yara pada El agar lelaki itu bergegas mandi. "hmmm nanti,masih mau gini" dengan posisi yang pas El menguselkan wajahnya di leher Yara, aroma ini yang sungguh ia rindukan.

"minimal pake baju sayang" Yara dapat merasakan tubuh atletis dan abs nya menyentuh tubuhnya. Seolah tak mendengarkan El terus saja memeluk Yara dan mengikuti kemana kaki kecil gadis itu membawanya. Yara yang kesulitan untuk memasak memutarkan badannya dan mendorong pelan badan El agar sedikit menjauh. "Stop oke? Aku mau masak sayang"

Cup

daging lembut pink itu saling bersentuhan tak ada kesan terburu buru hanya kecupan singkat di pagi hari. "morning kiss" ucap El yang langsung berlari meninggalkan Yara yang sebentar lagi akan memarahinya.

"EL IHH"

Jam sudah menunjukkan sebentar lagi waktunya makan siang, Azreal dan Yara sudah berada dijalan menuju markas baru Morrigan dan menyuruh semua berkumpul di markas.

tak lama mereka sampai di markas yang sudah 5 tahun ini si tempati. "Kok disini? Pindah??" Yara sangat asing dengan tempat baru ini,tempat ini lebih luas dan lebih masuk lagi kedalam dari markas awal.

"iyaa,disini ada halamannya di belakang"

Azreal menarik lembut tangan Yara dan membawanya ke ruang tengah yang kali ini benar benar lebih luas. Markas kali jauh lebih besar dan luas ketimbang sebelumnya walaupun hanya ada satu lantai.

"Wih pak bosss"

"semua udah disini?"

"Udah semua"

Yara masih bersembunyi di balik tubuh kekar Azreal,jujur ia sedikit malu dan takut karena sudah lama tidak melihat wajah wajah anak morrigan. Azreal pun merasakan semua mata tertuju pada gadis yang berusaha terus bersembunyi di balik badannya.

Ares dan Nicolas pun memandang perempuan yang terus bersembunyi itu. "Y-Yara?"

Yara yang merasa terpanggil memunculkan wajahnya di balik celah celah lengan besar Azreal. "Ares? Nicolas? Aaaaa" Yara dengan senangnya merentangkan tangan ingin memeluk kedua temannya ini, namun sebelum melangkah ia lebih dulu di tarik Azreal.

"Yee iye iye kagak dipeluk ceweknya pak bos"

"Buat anggota lama mungkin udah kenal siapa Yara,dan buat anggota baru dia Clarissa Yara Alexander"

Semua yang hanya mendengar nama Yara karena anggota lama selalu menceritakan sosok Yara itu siapa bagi anggota Morrigan kala itu bahkan sosok penting bagi ketua mereka.

"Haaii, salam kenal semua" Yara tersenyum senang setidaknya ia masih hafal muka muka anggota lama yang melambaikan tangan kepadanya.

"Res,tolong bawa barang dari bagasi mobil kesini. Suruh bantu yang lain bawa" ucap Azreal

Azreal menarik Yara dan menyuruh gadis itu duduk di sebelahnya. "Nic,boleh bicara sebentar?" Yara meminta izin lewat sorotan mata kepada Azreal, dan Azreal memberi izin.

Taman,di halaman yang paling belakang ini ditumbuhi banyak jenis beraneka ragam bunga dan pohon buah.

"Azreal yang bikin halaman belakang jadi kaya taman bunga"

"Nic"

Nicolas yang namanya dipanggil memandang Yara, gadis itu memberikan amplop berwarna pink pastel. " aku minta maaf" Nicolas menerima dan membuka surat itu. Tertera nama pengirim Aurora.

Setelah memberi surat Yara kembali masuk kedalam meninggalkan Nicolas sendiri di belakang. Nicolas membaca pesan itu pelan setiap kata yang tertulis dan alasan kenapa ia memilih jalan ini.

"Gue gak pantas buat lo Nic, tolong ikhlasin gue dan biarin gue pergi dengan tenang. Nic, gue mencoba untuk normal gue mencoba untuk menerima kehadiran lo. Tapi, maaf gue gak bisa, sekalipun bisa gue rasa gue terlalu kotor buat orang sebaik lo. Gue berdoa semoga di kehidupan berikutnya, kita menjadi orang yang saling mencintai tanpa ada halangan apapun. Nic,tetep lanjutin mimpi lo dan gue selalu bisa lihat lo dari atas sini"

Nicolas yang membaca isi surat Aurora menangis. Gadis itu memilih mendonorkan satu satunya bagian tubuh paling penting untuk kita terus bisa bernafas. Di dalam tubuh Yara, jantung Aurora terus berdetak.

Perjalan hidup mereka terus berjalan. hingga detik ini.

Jangan lupa beri bintang dan share yaaa💗💗

MORRIGAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang