36

338 4 2
                                    

Di depan ruang operasi dokter masih berusaha untuk menyelamatkan Yara, lorong rumah sakit ramai dengan anggota morrigan beserta anggota black yang juga ikut terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan ruang operasi dokter masih berusaha untuk menyelamatkan Yara, lorong rumah sakit ramai dengan anggota morrigan beserta anggota black yang juga ikut terdiam. orang tua yara tak ada hentinya menangis memohon agar Tuhan memberikan keselamatan pada putri mereka. Lea yang tidak tega memeluk Bunda angkatnya, ia harap dengan ini bundanya bisa sedikit tenang. Aiden sedang mengurus Mickhael, Azreal yang masih penuh dengan darah di bajunya terdiam di pojok lorong ia benar benar kehilangan arah.

dokter yang mengoperasi memberitahu tahu bahwa Yara sedang masa koma, entah kapan gadis itu akan bangun. "pak bu, mari ikut saya" kedua orang tua Yara dan Azreal mengikuti dokter untuk ke ruangannya.

"pak bu, Yara harus segera mendapatkan pendonor dan membersihkan sel kanker yang semakin hari semakin menyebar. untungnya peluru itu tidak terlalu dalam jadi tidak begitu parah. tapi, cepat atau lambat kalian harus memilih melepaskan alat bantuan pernafasan atau mencari pendonor terbaik, pihak rumah sakit juga akan ikut membantu untuk mencari"

Mesyha bunda dari Yara tertunduk lemas mendengar penjelasan dari sang dokter, "Ner, putri kita ner"

Nereo pun tak bisa apa apa, ia harus segera menemukan pendonor dan rumah sakit terbaik. "kita bantu cari, kalian tak usah khawatir" Brian meremas bahu sahabatnya untuk lebih tegar.

Azreal lelaki yang masuk pertama dengan baju rumah sakit untuk melihat kekasihnya. "kenapa kamu jauh lebih cantik di saat seperti ini?" Azreal menatap wajah Yara dengan sesama, suara alat pendeteksi yang terdengar dan yang mengisi sepinya ruangan itu.  "kamu janji sama aku untuk nggak pergi" tangis Azreal pecah bahkan semua orang di lorong merasakan hal sama seperti Azreal. sesak di dada mereka, Yara sudah mereka anggap sebagai ratu Morrigan,bahkan beberapa anggota lebih dekat dengan Yara ketimbang ketuanya sendiri.

Aftan juga menyerahkan diri ke pihak berwajib, Lea dan Ina tak berhenti mengeluarkan suara tangisan, mereka merasa gagal melindungi sahabat mereka. harusnya hari itu Ina mengiyakan ajakan Yara untuk bermain dan Lea menjemput Yara bukan membiarkan gadis itu sendirian.

Azreal keluar dari kamar Yara, karena jam besuk setiap orang dibatasi. "sus, tolong pindahkan ke ruang vvip" ucap Azreal yang melihat suster keluar dari ruangan "baik,pak saya cek terlebih dahulu"

"kalian bisa pulang, makasih banyak udah bantu"

"El,kita bakal tetep disini. kita akan tetap jagain Yara disini secara bergantian. dan sekarang sebaiknya lo pulang bersihkan diri lo dari noda darah" Azreal bahkan baru sadar dirinya penuh dengan noda darah milik Yara.

"ayo, gue anter" Lion mengajak Azreal untuk membersihkan diri, sebab ia tak mungkin melepaskan Azreal yang terlihat tak ada semangat hidupnya.

"Li, Yara bakal tetep ada kan? dia gak pergi?" dengan tatapan kosong melihat ke arah jalanan yang perlahan salju mulai menipis sebentar lagi musim semi akan datang. dan sekolah mulai masuk kembali.

MORRIGAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang