-1 : Terima kasih, Mami gulaku

5.2K 507 52
                                    

"Tumben anak gadis udah sore begini lipstiknya masih cetar. Mau ke mana?"

Tanpa mengalihkan pandangan dari cermin, Binar mengedip pada Tante Liz, yang adalah salah satu karyawan paling senior di kantor ini. Tidak lupa gadis itu menyelipkan nada centil ketika menjawab pertanyaan wanita itu, "Ketemu cowok dong."

"Serius? Siapa?"

Pandangan Kak Erin memang fokus pada layar komputer, tapi ternyata telinganya masih cukup tajam untuk ikut mendengarkan dan bahkan turut berkomentar dalam gosip ini, "Si Aril," katanya sambil cengengesan.

"Anak tetangga Ibumu yang baru datang dari Jakarta itu?"

"Yoi."

Pekikan bersemangat Tante Liz dibalas Binar dengan putaran bola mata. Bukannya tidak tahu sopan santun, tapi kadang-kadang Tante Liz dan Kak Erin memang perlu diperingatkan, supaya tahu batasan dalam mencampuri urusan orang lain. Anehnya meski sudah berkali-kali diacuhkan, mereka tetap tidak putus asa mencarikan Binar pasangan.

Iya, pasangan.

Bagi Tante Liz dan Kak Erin yang seringkali Binar juluki sebagai manusia kolot, belum menikah di usia hampir tiga puluh tahun adalah sebuah aib. Masih menurut mereka, di usianya sekarang Binar seharusnya sudah memiliki momongan, atau bahkan tengah mempersiapkan diri untuk melahirkan anak kedua.

"Waktu masih seumuran kamu, Tante udah melahirkan anak kedua loh. Itu kenapa meski Tante baru memasuki usia empat puluh dua tahun, Benny sudah menginjak usia dewasa." begitu kata Tante Liz ketika menasehati Binar beberapa waktu lalu.

"Oh. Terus Benny yang dewasa itu, sekarang udah jadi apa, selain jadi beban keluarga?" sahut Binar kala itu.

Dua Minggu adalah waktu yang diperlukan Tante Liz untuk memulihkan rasa sakit hatinya pada Binar. Dari apa yang disampaikannya pada Kak Erin ketika mereka berdua saja, pertanyaan yang Binar lontarkan saat itu tidak sopan dan merendahkan. Namun Binar tetap pada pendiriannya untuk tidak meminta maaf, karena menurutnya Tante Liz hanya tidak berani mengakui, kalau sejak putus sekolah yang dilakukan anaknya hanya membuat kekacauan.

Bukannya Binar tidak bersimpati pada Tante Liz, yang baru-baru ini berurusan dengan pihak kepolisian karena Benny ketahuan menyelinap ke rumah tetangga, tetapi Binar tidak merasa ada gunanya merasa bersalah pada orang yang tak mengerti kalau tanggung jawab orangtua terhadap anak, bukan hanya sebatas melahirkan dan memberi makan saja. Ada kewajiban yang lebih besar dari itu, dan Binar tahu kalau dirinya yang saat ini berusia dua puluh sembilan tahun, belum bisa memenuhi hal itu.

Lagipula hanya karena ia belum menikah, bukan berarti Binar tidak ingin berkencan. Bahkan diam-diam gadis itu sering merasa resah, karena seumur hidupnya, ia hanya pernah berkencan sekali saja. Itu pun hanya berlangsung selama dua bulan, karena ternyata kekasih virtualnya itu sudah memiliki calon istri di kampungnya. Cinta yang bersemi melalui dunia maya itu kandas seketika, tapi olok-olok yang dilemparkan adiknya, masih menghantui Binar hingga saat ini. Menurut Elok yang usianya dua tahun lebih muda dari Binar itu, kakaknya terlalu lugu karena jatuh cinta pada sosok yang tak jelas asal-usulnya. Kadang-kadang Binar berpikir, mungkin sebenarnya waktu itu ia tidak menangis karena putus cinta, melainkan karena malu mendengar ejekan adiknya.

Beberapa hari lalu, Binar menemani Kak Erin ke rumah orangnya. Karena mereka masih memiliki urusan lain, Binar memilih untuk menunggu di dalam mobil, selagi Kak Erin masuk ke dalam rumah guna memberikan obat pesanan ibunya. Dalam waktu singkat itulah Aril menyadari keberadaan Binar, lalu meminta bantuan Kak Erin untuk diperkenalkan.

Singkat cerita, Binar dan Aril mulai bertukar pesan. Selama mengobrol Binar mendapat kesan Aril merupakan sosok yang hangat dan perhatian, tetapi kadang-kadang gadis itu merasa terganggu dengan pesannya yang terus berdatangan. Akhirnya Binar memberanikan diri untuk bertanya, apa mungkin pemuda itu tidak memiliki kegiatan lain, selain mengiriminya pesan? Sepertinya pertanyaan itu melukai perasaan Aril, karena keesokan harinya, pemuda itu tidak menghubungi lagi. Binar pikir pendekatan mereka kandas sampai di sana, tapi hari ini Aril kembali mengirim pesan untuk bertemu, yang gadis itu setujui dengan syarat Kak Erin ikut menemani.

-30 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang