-17 : Cinnamon Rolls vs Pengantin Baru

1.3K 303 33
                                    

"Terus sekarang gimana? Keadaan kamu udah mendingan?" tanya Alex tanpa menyembunyikan nada khawatir di dalam suaranya setelah mendengar cerita Binar tentang mabuk perjalanannya.

"Udah, kok. Sisa capeknya aja."

"Kamu yakin?" tanya Alex terdengar tak percaya, "Wajah kamu pucat banget loh, Bee."

Seketika Binar menarik selimut untuk menutupi wajahnya, hingga hanya menyisakan bagian mata. Malu-malu gadis itu mengakui, "Ini tuh karena aku enggak pakai make up. Kalau enggak dandan, wajahku memang terlihat pucat."

"Ooooooh," gumam Alex paham, "Terus kenapa mukanya ditutupin?"

"Malu. Jelek."

"Aku bilangnya pucat, Bee, bukan jelek." sahut Alex tak habis pikir dengan sikap gadis itu, "Kamu tetap cantik seperti biasanya."

"Dasar buaya!" omel Binar malu-malu.

"Buka dong selimutnya. Aku masih kangen pengin ngelihat kamu." rayu Alex pantang menyerah.

"Dih! Dih! Ulat bulu kamu?" seru Binar berpura-pura galak, padahal bibirnya menyunggingkan senyuman di balik perlindungan selimut. Bahkan di luar kesadarannya gadis itu meremas selimut untuk menahankan rasa senang bercampur malu yang menyerang dirinya.

"Tuh, kan. Dikatain gatel lagi." keluh Alex diantara kekehannya, "Udah ngantuk, ya?" tambah pemuda itu ketika dilihatnya sepasang mata Binar menyipit tanda gadis itu baru saja menguap.

"Iya..., tapi masih pengin ngobrol." kata Binar apa adanya.

Senyum Alex bertambah lebar karena rajukan manja yang baru pertama kali didengarnya itu. Namun ia tidak membahasnya karena tak ingin membuat Binar merasa malu, lalu kembali menciptakan jarak dengannya. Alih-alih pemuda itu mengalihkan percakapan pada topik yang sejak kemarin ingin dibahasnya, "Dari kemarin aku lupa terus mau nanya, kamu mau dibawakan oleh-oleh apa?"

"Aku lagi pengin cinnamon rolls sih," jawab Binar tanpa perlu berpikir, tanda gadis itu benar-benar menginginkan makanan yang baru disebutkannya.

"Noted!" sahut Alex sigap, "Terus apa lagi?"

"Apa, ya?" gumam Binar sembari menyingkapkan selimut yang menutupi wajahnya, karena benda itu membuatnya sulit untuk bernapas, "Terserah kamu aja deh. Aku enggak tahu mau mesan apa, toh semua makanan viral di sana, nantinya muncul juga di Pekanbaru."

"Kalau begitu pesan selain makanan dong, sayang. Aku kan enggak bilang kamu cuma boleh mesan makanan."

Kedua mata Binar yang tadinya sudah sayu kembali berkilat karena sahutan itu, "Jam terbang memang enggak bisa bohong ya, Lek? Enteng banget bilang sayang-sayang."

Bukannya malu karena disindir seperti itu, Alex justru membusungkan dada tanda bangga dengan kemampuan merayunya, "Iya, dong. Aku udah latihan bertahun-tahun untuk itu."

"Latihan dengan cewek lain maksudnya?"

"Astaga. Jelek banget omongannya."

Mau tidak mau Binar jadi tertawa karena rengutan yang diperlihatkan pemuda itu, "Tapi kamu pasti pacaran kan?"

"Memangnya kamu enggak pacaran?"

"Enggak," jawab Binar apa adanya.

Karena malu dengan raut terkejut yang diperlihatkan oleh Alex, Binar segera menambahkan, "Pacaran sih...., tapi kayaknya enggak perlu dianggap sebagai pacaran deh."

"Aku enggak paham."

"Beberapa tahun lalu aku pernah kenalan dengan cowok dari media sosial, dan katakanlah....kami saling tertarik." kata Binar dengan nada tak yakin, "Setelah berhubungan selama beberapa bulan, aku tahu kalau dia punya pacar lain di dunia nyata. Ya, udah. Kami putus. Yang seperti itu enggak pantas disebut pacaran kan?"

-30 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang