-22 : Ibu Manajer (?)

1.3K 321 49
                                    

"Selamat pagi budak-budak peliharaan Tuan Felix Wibowo," sapa Binar begitu memasuki kantor, "Ada gosip apa pagi ini?" tanyanya sembari menempelkan kartu pada mesin absensi.

Bukan tanpa alasan Binar berani melemparkan pertanyaan penuh tuduhan itu. Kak Erin memang terkenal sebagai karyawan disiplin yang nyaris tidak pernah terlambat, tetapi Tante Liz tidak seperti itu. Perempuan bertubuh sintal itu nyaris selalu terlambat, karena itu pasti ada alasan kenapa pagi-pagi sekali ia sudah duduk di belakang komputer sambil berusaha meluruskan rambut ikalnya.

"Bukannya seharusnya kami yang menanyakan itu?" balas Kak Erin dengan senyuman mencurigakan, "Ada kabar baik apa nih, Bu Binar? Ceria sekali sepertinya."

"Ketahuan, ya?" kikik Binar sembari menenteng tas barunya dengan gaya berlebihan, "Aku habis shopping nih. Beli yang murah-murah aja sih, cuma dua juta lebih sedikit. Yang penting tunai, bukan nyicil."

Kalau orang lain yang mendengar ucapannya itu, pastilah Binar menuai berbagai kata hujatan. Untungnya semua orang di kantor ini memahami selera humor nyeleneh gadis itu, jadi alih-alih menuduh Binar norak dan kampungan, mereka justru membalas dengan cara tak kalah menyebalkan.

"Tumben punya uang? Biasanya beli tas harga sejuta aja nyicilnya sampai enam bulan." kata Kak Erin tak berperasaan.

"Tuh, kaaaaan! Kebiasaan deh bibirnya enggak punya sopan santun." rajuk Binar dengan bibir mengerucut maju, "Pasti Kakak bicara seperti itu karena iri kan? Pengin punya tas baru juga kan?" tuduhnya kekanakan.

"Eh, tapi boleh juga sih ini. Karena ukurannya lumayan besar, harusnya muat dipakai untuk bawa banyak barang. Cocok dipakai ke kebun ketika sedang menggaji karyawan." kata Kak Erin sambil mengusap-usap permukaan tas juniornya itu, "Ada pilihan warna apa aja? Pesankan satu dong buat aku."

"Beginilah nasib seorang trendsetter, selalu ada yang ingin meniru." kata Binar jumawa, "Atau aku beralih jadi influencer aja, ya?" tambahnya semakin tidak tahu diri.

"Mending beli tas lain aja, Kak. Nyebelin banget anak songong ini." komentar Stevi mengundang gelak tawa yang lainnya.

"Enggak usah mengalihkan percakapan deh, Bee." kata Tante Liz sembari mengacungkan jari pada kursi di seberang mejanya, "Sekarang duduk dan jelaskan apa sebenarnya yang terjadi diantara kamu dan Sabda? Apa benar kalian pacaran seperti yang digosipkan orang-orang?"

"Gosipnya sudah menyebar sampai ke seluruh perusahaan yang berada di bawah naungan Favex Group loh, Bee. Bahkan Ibu Vania sampai ikut berkomentar." timpal Stevi yang sepertinya bersemangat sekali dengan pembicaraan ini.

Sejak awal Binar sudah tahu kalau inilah alasan kenapa teman-temannya datang ke kantor lebih cepat dari biasanya. Mereka pasti sudah tidak sabar ingin segera mengorek informasi darinya. Sejujurnya Binar juga pasti akan melakukan hal yang sama bila berada di posisi mereka, karena itulah ia bisa memahami perasaan ketiganya, dan tak menunda-nunda untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Aku dan Pak Sabda enggak pacaran. Bahkan sebenarnya kami enggak terlalu akrab."

"Enggak terlalu akrab gimana maksudnya?" sergah Kak Erin tak percaya, "Jelas-jelas dia membukakan tutup botol air mineral untuk kamu. Kalian saling berpelukan, dan kalau itu belum cukup, dia bahkan menggendong kamu."

"Om Arpan juga sering membukakan tutup botol minuman kita. Apa itu artinya Om Apran memacari kita semua?" bantah Binar, "Ayolah! Jangan terlalu berlebihan. Kita semua tahu kalau membuka tutup botol minuman itu hanya bagian dari sopan santun bagi sebagian orang."

Sepertinya pendapat itu cukup masuk akal, karena semua orang bergidik ngeri membayangkan menjalin hubungan dengan Om Arpan yang telah beristri, hanya karena pria paruh baya itu tak sungkan untuk membukakan tutup botol minuman mereka.

-30 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang