-12 : Utang Binar (2)

1.5K 317 77
                                    

Disclaimer : Pandangan tokoh terhadap jenis-jenis pekerjaan yang muncul di dalam bab ini murni untuk kepentingan jalan cerita. Tidak ada unsur meremehkan apalagi merendahkan instansi tertentu. Semoga dapat diterima dan ditanggapi dengan bijaksana oleh pembaca.

Alexander : Perjalanan dinas ke Bengkulu?

Binar : Iya 🥺

Alexander : Kapan berangkatnya? Berapa lama di sana?

Binar : Kalau enggak ada perubahan, berangkatnya lusa.

Binar : Paling lama tiga atau empat hari.

Alexander : Berarti sekitar hari Minggu udah pulang, ya?

Alexander : Sama dengan tanggal kepulanganku.

Binar : Iya, kurang lebih begitu.

Alexander : Jangan nakal loh di sana.

Binar : Aku tuh dibuang ke tengah hutan, Lek.

Binar : Mau nakal dengan siapa? Kera jantan? 😒

Alexander : Hush! Ngawur banget bicaranya.

Binar : Hahaha. Kamu sih.

"Udah sampai."

Mendengar itu Binar bergegas menyimpan ponsel ke dalam tas tangannya. Dengan gesit gadis itu turun dari mobil, lalu beralih ke belakang untuk membuka pintu bagi kedua ompungnya. Tujuan Panjaitan dapat berjalan tanpa alat bantu, tetapi istrinya harus menggunakan tongkat sebagai tumpuan. Karena itulah Binar dan Elok selalu mengajak Bagas, tiap kali akan bepergian bersama ompung mereka. Dengan tubuh besarnya itu, mudah saja bagi Bagas membantu Tarida turun dari mobil, sementara Binar mengumpulkan barang bawaan mereka.

"Dari mana, Mak?"

Sama seperti keponakannya, James juga memiliki perawakan tinggi dan tegap. Hal itu terlihat dari betapa mudahnya ia membantu Tarida turun dari kendaraan tinggi yang menyusahkan ibunya itu.

"Dokter gigi," dengan polos Tarida memamerkan isi mulutnya kepada sang putera, "Lihat? Gigi Mamak udah bersih semua kan?"

"Iya," kekeh James sambil menggesek-gesekkan pipinya pada puncak kepala sang ibu, "Mamak dan Bapak habis scaling?"

"Scaling dan...," sesaat Tarida merenung untuk mengingat kembali nama perawatan yang didapatkannya, tapi tak berhasil dan akhirnya terpaksa harus meminta bantuan kepada cucunya, "Apa namanya, Bee? Yang akar-akar itu loh."

"Perawatan akar gigi, Pung."

"Nah, iya. Perawatan akar gigi," ulang Tarida seakan James tidak mendengar jawaban keponakannya, "Udah enggak ngilu lagi gigi Mamak."

"Memangnya gigi Inang ngilu?" tanya Sondang yang tengah sibuk menata bantal agar mertuanya dapat duduk dengan nyaman, "Kenapa enggak bilang sama Daisy?"

Kemudian wanita itu menambahkan lagi, "Kalau ada apa-apa, harusnya Amang dan Inang bilang sama Daisy. Dia kan dokter, karena itu pasti lebih paham dengan masalah kesehatan kalian."

"Kalau pun Mamak dan Bapak sakit gigi, memangnya Daisy akan melakukan apa, selain membawa mereka ke dokter gigi?" kata James untuk mengingatkan istrinya secara halus, kalau ucapannya barusan berpotensi menyinggung perasaan sang keponakan.

"Lah? Iya juga, ya. Daisy kan bukan dokter gigi," kekeh Sondang sambil memeriksa jam yang melingkari pergelangan tangannya, "Tapi sekarang masih jam kerja loh. Memangnya Binar enggak ditegur atasan, kalau berkeliaran di jam kerja?"

"Ini kan jam istirahat makan siang, Nantulang. Kalau jam istirahat, kami bebas mau makan di mana aja, yang penting kembali tepat waktu." sahut Binar sebelum mendudukkan diri di samping Bagas yang tengah sibuk membongkar bawaannya.

-30 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang