Binar sudah menyiapkan diri untuk menerima kemarahan ataupun ungkapan kekecewaan Alex karena membatalkan janji temu mereka, tapi ketika diberitahu kalau ia harus mangkir karena pekerjaan tambahan, dengan penuh pengertian pemuda itu menerima alasannya. Bahkan Alex sendiri yang mengusulkan agar pertemuan mereka diubah menjadi hari Minggu, setelah memastikan Binar tidak bekerja pada hari itu. Binar pikir mereka akan bertemu di sore hari, tetapi Alex mengajaknya beribadah bersama, dengan alasan ingin menghabiskan waktu lebih lama karena mulai besok pemuda itu harus melakukan perjalanan dinas ke luar kota seminggu lamanya.
Entah karena pengalaman kencannya yang minim, atau penglihatannya selama kuliah memang bermasalah, tetapi hari ini Alex terlihat jauh lebih tampan dari sosok yang selama ini ada di dalam ingatan Binar. Padahal pemuda itu hanya mengenakan kemeja batik berlengan pendek dipadu dengan celana bahan, tetapi sejak pertama bertemu Binar tidak bisa berhenti meliriknya. Bahkan diam-diam gadis itu berpikir mungkin mereka memang berjodoh, karena kebetulan sekali Binar juga mengenakan terusan dengan corak batik hari ini. Memikirkannya saja sudah membuat pipi Binar memanas, sampai-sampai ia harus mengipasi wajahnya dengan buku menu.
"Enggak mau pesan yang lain lagi?" tanya Alex memastikan.
"Iya, sudah cukup." kata Binar sembari menyerahkan buku menu di tangannya kepada sang pelayan.
"Baik, Kakak. Silakan ditunggu sebentar, ya."
"Iya, terima kasih."
Tak disangka-sangka, Alex masih mengingat keinginan Binar untuk mengunjungi Willton. Namun karena hari ini Alex harus pulang lebih cepat guna mengurus perlengkapan yang dibutuhkannya selama melakukan perjalanan dinas, alih-alih menuju Living World, keduanya memilih untuk pergi ke Mall SKA yang memang lebih dekat dengan gereja dan kediaman Binar. Dengan begitu mereka dapat menikmati makanan yang sejak kemarin sudah Binar idamkan, tanpa membuang-buang waktu di jalanan.
"Akun Stagram kamu udah enggak aktif lagi ya, Bee?" tanya Alex setelah memeriksa ponselnya selama beberapa saat.
Sesaat Binar terdiam, karena setelah Alex menanyakannya, gadis itu baru sadar kalau selama ini ia lebih sering menggunakan akun media sosial samarannya. Padahal akun samaran tersebut dibuat untuk mempromosikan buku sekaligus memudahkan interaksi dengan pembaca, tetapi kadang-kadang Binar lupa kalau ia juga perlu memperhatikan akun utamanya.
"Aktif, kok." kilah gadis itu, "Cuma karena belakangan ini lagi sibuk, aku jadi jarang mengunggah sesuatu di sana."
"Unggahan terakhir kamu itu dua tahun yang lalu, Bee." kata Alex untuk menyadarkan gadis itu, "Itu bukan jarang lagi namanya, tapi sudah dilupakan."
"Masa sih?" tanya Binar tak percaya.
"Periksa aja sendiri."
Diliputi rasa tak percaya, Binar memeriksa ponselnya. Namun setelah berkutat selama beberapa saat, gadis itu justru memperlihatkan cengiran malu, "Aku lupa kata sandinya."
"Seketika Alex geleng-geleng kepala mendengarnya, "Jangan-jangan kamu punya dua akun ya?" candanya tepat sasaran.
Hampir saja Binar tersedak mendengar tebakan jitu itu. Untunglah permintaan mengatur ulang sandi yang dikirimkannya datang tepat waktu, sehingga ia tidak perlu mendustai pemuda itu.
"Udah bisa nih," katanya sambil memeriksa beberapa pesan yang dikirimkan kepadanya.
Binar masih memeriksa pesan-pesan tersebut ketika satu pemberitahuan baru menarik perhatiannya. Alex menandainya dalam sebuah cerita, dan ketika Binar memeriksa, ternyata itu gambar dirinya yang tengah berkonsentrasi pada ponsel. Binar bahkan tidak tahu kapan Alex mengambil gambar itu, tapi setelah memperhatikan selama tiga detik, gadis itu langsung melayangkan protes, "Jelek, Lek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
-30 (Slow Update)
General FictionTentu saja Binar ingin jatuh cinta seperti gadis lainnya, tetapi sepertinya cupid tidak terlalu menyukainya. Atau setidaknya begitulah pemikiran gadis itu, karena menjelang menginjak usia kepala tiga, tiba-tiba saja ada begitu banyak pria yang menco...