Lasta Panjaitan sedang menyeduh kopi ketika pertama kali berjumpa dengan Abimanyu Bestari. Sebagai magang yang bergabung dengan perusahaan untuk kepentingan skripsi, Lasta menawarkan kopi buatannya, karena memang hanya pekerjaan itu yang dipercayakan padanya sejak datang kemari. Namun berbeda dengan karyawan lainnya, yang tak sungkan-sungkan menyuruhnya melakukan ini dan itu, Abimanyu justru menolak tawarannya. Dengan sopan pria bertubuh jangkung itu mengatakan dirinya memiliki cara berbeda ketika menyeduh kopi, tetapi ketika Lasta memperhatikan, pria itu hanya menumpahkan air panas seperti biasa ke dalam gelas kopinya. Saat itu Lasta langsung mengerti kalau Abimanyu adalah pria baik hati yang tak ingin memanfaatkan tenaga anak magang hanya untuk segelas kopi yang bisa diseduhnya sendiri.
Sejak itu sudah jadi kebiasaan Lasta untuk menantikan kehadiran Abimanyu di dapur. Kalau pria itu muncul, maka Lasta akan menghabiskan sisa harinya dengan menebarkan senyuman pada setiap orang. Namun bila pria itu tidak datang, bisa dipastikan gadis itu memberi semua orang raut wajah masam.
Tak disangka-sangka ketertarikannya itu mendapat sambutan positif dari Abimanyu. Setelah beberapa kali saling bertegur sapa ketika berjumpa di dapur, Abimanyu berinisiatif untuk menanyakan nomor telepon Lasta, lalu tiba-tiba saja mereka sudah berkencan.
Begitu tahu putri mereka menjalin hubungan dengan Abimanyu, orangtua Lasta langsung menyatakan keberatan. Meski putri mereka itu tidak dapat melahirkan keturunan Panjaitan, karena hanya anak laki-laki yang berhak menurunkan Marganya, Lasta tetap diharapkan untuk bersanding dengan seseorang yang berasal dari suku yang sama dengan mereka. Dan Abimanyu jelas tidak memenuhi persyaratan itu.
Hanya karena orangtuanya menentang, bukan berarti Lasta akan mendengarkan. Gadis itu terlanjur jatuh cinta kepada Abimanyu, dan tak ingin perbedaan suku menghalangi hubungan mereka. Bersama keduanya memperjuangkan hubungan tersebut, sampai orangtua Lasta menyerah dan memberikan restu, dengan syarat Abimanyu harus melakukan tradisi mangain, dimana ia akan diangkat menjadi anak oleh keluarga Batak yang telah dipilih, untuk kemudian dianugerahi Marga yang menandakan dirinya telah menjadi bagian dari suku Batak. Abimanyu menerima persyaratan tersebut dan seperti itulah ia memperoleh restu untuk menikahi Lasta.
Nyatanya kedamaian itu hanya berlangsung sekejap mata. Begitu Binar lahir, keributan kembali tersulut, karena alih-alih menurunkan Marga yang telah didapatkannya kepada sang putri, Abimanyu justru mewariskan nama keluarga Bestari. Menurut orangtua Lasta, perbuatan menantunya itu sama dengan pengkhianatan, tetapi Abimanyu bersikeras kalau ia telah memenuhi persyaratan yang diminta oleh mertuanya, ketika akan menikahi putri mereka. Ia jalani setiap prosesi adat istiadat untuk menghormati leluhur keluarga istrinya, tetapi Binar dan adik-adiknya adalah urusannya dan istrinya. Hanya ia dan Lasta yang berhak menentukan nama belakang anak-anak mereka, dan keduanya sepakat untuk menganugerahkan nama Binar Tallulah Bestari kepada sang putri pertama.
Elok Tamurah Bestari lahir dua tahun kemudian. Sama seperti namanya, gadis itu memiliki penampilan rupawan, sehingga tidak heran kalau ia menjadi kebanggaan keluarga.
Agar Binar dan Elok mendapatkan kehidupan yang berkualitas serta berkecukupan dalam segala hal, Abimanyu dan Lasta memutuskan untuk tak lagi menambah momongan. Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya Abimanyu mantap pada keputusannya untuk melakukan vasektomi, yang lagi-lagi mengundang pergolakan karena mereka belum memiliki anak laki-laki. Entah karena kemarahan kedua belah pihak keluarga, atau memang sudah guratan tangan, dua Minggu setelah tindakan vasektomi dilakukan, Lasta menyadari dirinya hamil lagi. Setelah menangis dan tertawa selama berhari-hari karena kehamilan yang tak diharapkan, Abimanyu dan Lasta sepakat untuk mempertahankan kandungan, dan seperti itulah Bagas Taksa Bestari melengkapi keluarga mereka.
Binar bukan tidak tahu kalau keluarga besar Lasta sering mengatakan hal buruk tentang papanya. Sebagai seorang Potterhead, ia paham betul arti kata Muggle yang dibisikkan para sepupunya, di balik punggung papanya. Begitu pula dengan julukan Darah Campuran yang disematkan pada dirinya dan adik-adiknya. Namun Binar memutuskan untuk tidak peduli, karena Abimanyu dan Lasta adalah orangtua yang penuh kasih sayang bagi anak-anaknya. Dan orangtua yang penuh kasih sayang itu, kini tengah memeluk dirinya yang masih saja sesenggukan sejak bertemu dengan Abimanyu sejam yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
-30 (Slow Update)
General FictionTentu saja Binar ingin jatuh cinta seperti gadis lainnya, tetapi sepertinya cupid tidak terlalu menyukainya. Atau setidaknya begitulah pemikiran gadis itu, karena menjelang menginjak usia kepala tiga, tiba-tiba saja ada begitu banyak pria yang menco...