-23 : Menciptakan Batasan

1.4K 289 33
                                    

"Jadi selama beberapa hari terakhir saya sudah mulai memeriksa keadaan kebun, sekaligus mengobrol dengan karyawan di sana. Dari mereka saya tahu kalau pembayaran gaji masih dilakukan secara tunai." kata Sabda kepada kedua wanita di hadapannya, "Ini kan bahaya sekali sebenarnya. Karena sudah dilakukan selama bertahun-tahun, pasti banyak pihak luar yang menyadari kalau setiap bulan kita membawa uang tunai senilai ratusan juta atau bahkan milyar ke dalam kebun. Dan yang lebih fatalnya lagi, uang sebanyak itu dibawa oleh perempuan, yaitu kalian."

Seketika Binar dan Kak Erin menegakkan posisi duduk mereka. Setelah bekerja selama bertahun-tahun dan berganti Manajer beberapa kali, akhirnya tiba juga seorang kompeten yang memperhatikan keselamatan mereka. Karena itulah keduanya bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya.

"Bukannya saya mengatakan perempuan itu lemah dan tak bisa melindungi diri, tapi sebagai laki-laki dewasa yang menguasai ilmu bela diri sekalipun, saya enggak akan mau mempertaruhkan keselamatan untuk permasalahan yang sebenarnya ditemukan solusinya ini." kata Sabda berterus terang, "Karena itu pasti ada alasan valid yang membuat perusahaan mempertahankan sistem pembayaran gaji yang kuno ini. Dan mungkin diantara Ibu Erin atau Binar ada yang bisa menjelaskannya pada saya?"

"Sebenarnya beberapa tahun lalu kami sudah menawarkan alternatif pembayaran gaji yang lebih aman dan nyaman, tapi ditolak oleh Pak Win dan hampir semua karyawan di kebun." mulai Binar, "Kami enggak tahu alasan Pak Win menentang karena dia memang enggak pernah menjelaskan, tapi bagi para karyawan, pembayaran gaji melalui akun rekening dirasa menyulitkan karena mereka harus menempuh perjalanan selama setidaknya setengah jam untuk bisa sampai di ATM terdekat."

"Oke," kata Sabda sebagai tanda ia mendengarkan penjelasan Binar.

"Bukan perjalanan selama setengah jam ini yang mereka permasalahkan, melainkan sulitnya mendapat izin keluar dari areal perumahan perkebunan." sambung Binar lagi, "Kalau mereka enggak bisa keluar dari perumahan, itu artinya mereka enggak bisa mengambil gaji. Kalau enggak bisa mengambil gaji, bagaimana cara memenuhi kebutuhan sehari-hari?"

"Kami bukannya sedang menjelek-jelekkan Pak Win ya, Sab, tapi selama di bawah kepemimpinannya memang sulit sekali bagi karyawan mendapat izin dari areal perumahan meski jam kerja sudah berakhir. Bahkan anak-anak sekolah pun harus meminta izin tiap kali mendapat kegiatan tambahan di luar jam pelajaran. Ini kan konyol sekali sebenarnya." kata Kak Erin dengan nada tak habis pikir, "Yang lebih mengerikan lagi, para pemanen dilarang meninggalkan ancak masing-masing sebelum jam kantor berakhir, meski buah sudah selesai diturunkan dan diangkut menuju tempat pengumpulan hasil panen."

"Padahal kalau dipikir-pikir kembali, status pemanen itu kan berbeda dengan staf seperti kita. Karena mereka bekerja secara borongan, selama buah sudah selesai diturunkan dan diangkat menuju TPH, seharusnya mereka boleh pulang dan beristirahat, tapi Pak Win menahan mereka dengan alasan staf perkantoran bekerja sampai jam lima sore setiap harinya." sambung Binar, "Kalau begitu ubah dong status mereka jadi pekerja SKU. Bayarkan juga gaji pokok dan tunjangan lainnya seperti yang diterima oleh staf kantor."

"Bahkan di masa senggang ketika menunggu putaran panen selanjutnya pun mereka tetap diminta datang ke lahan." sambung Kak Erin lagi, "Lucunya, ketika hasil panen membludak dimana para pemanen harus bekerja sampai lewat dari jam kantor, mereka enggak diberi uang lembur. Itu kan enggak adil namanya."

"Intinya, kami sudah mencoba untuk mengubah sistem pembayaran gaji, tapi karena Pak Win menolak dan karyawan juga keberatan, pada akhirnya kami enggak bisa berbuat apa-apa." tutup Binar yang disetujui Kak Erin lewat anggukan kepala.

"Oke. Berarti selama saya bisa memberi kelonggaran atas izin keluar-masuk perkebunan, seharusnya sistem pembayaran gaji bisa diubah menjadi lebih praktis dan aman kan?" tanya Sabda memastikan.

-30 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang