Malam telah tiba ketika Binar dan Sabda tiba di Pekanbaru. Tadinya gadis itu sempat kebingungan karena tak bisa memutuskan apakah ia harus pulang ke rumah orangtuanya, atau justru langsung menuju mess karena besok sudah harus bekerja. Namun karena sudah terlalu lelah, akhirnya Binar memilih untuk kembali ke mess yang lebih dekat dengan bandara, dan untunglah orangtuanya memahami keputusannya. Gantinya Binar berjanji besok akan makan siang bersama orangtuanya, sekaligus memberikan oleh-oleh yang dibawanya untuk mereka.
Tadinya Binar ingin mengatakan hal yang sama pada Aelx, tetapi pemuda itu terdengar begitu bersemangat ketika mengetahui dirinya telah menginjakkan kaki di Pekanbaru. Akhirnya Binar tidak tega menolak kedatangannya, apalagi Alex berjanji tidak akan berlama-lama, dan akan langsung pulang setelah memberikan oleh-oleh yang dibawakannya dari Jakarta. Namun begitu mereka saling bertatap muka, lagi-lagi Binar tidak sanggup membiarkan pemuda itu pulang begitu saja. Akhirnya mereka justru masuk ke dalam kursi penumpang mobil Alex yang diistirahatkan di parkiran kantor, agar tidak ada yang salah paham apalagi berpikir mereka melakukan perbuatan tercela. Di sanalah keduanya bercengkerama sekaligus bertukar oleh-oleh, karena Binar juga membawakan buah tangan untuk si pemuda.
"Masih hangat loh ini." komentar Binar ketika tersadar kalau wadah berisi cinnamon rolls pesanannya tidak dingin seperti dugaannya, "Kamu panaskan dulu sebelum kemari?" tanya si gadis merasa terharu dengan perhatian Alex kepadanya.
Ternyata pemuda itu melakukan hal yang lebih istimewa dari sekadar menghangatkan makanan, dan semua itu diakuinya dengan senyuman malu yang memesona, "Aku enggak membawanya dari Jakarta. Aku memesannya dari temanku yang menjalankan usaha roti, supaya tetap hangat ketika kamu nikmati."
Sekarang barulah Binar mengerti kenapa Alex ngotot ingin bertemu malam ini juga. Ternyata pemuda itu benar-benar memikirkan keinginannya untuk menikmati cinnamon rolls hangat dan berusaha untuk mewujudkannya. Alex bahkan membawakan beberapa kotak susu dingin, karena Binar berpendapat kalau keduanya merupakan pasangan paling tepat untuk dinikmati bersama. Kenyataan itu mengirimkan perasaan yang lebih hangat lagi ke dalam sanubari Binar, yang baru kali ini menerima perhatian manis dari lawan jenisnya.
"Loh? Kenapa?" kekeh Alex ketika Binar justru merengek setelah mendengar jawabannya.
"Kenapa banyak banget oleh-olehnya?" protes gadis itu sambil memeriksa tas kertas berukuran besar yang dibawakan Alex untuknya, "Aku cuma bawa sedikit untuk kamu," sambung gadis itu dengan pandangan tertuju pada buah tangan yang dibelikannya untuk si pemuda.
"Tapi aku belum pernah ke Bengkulu sebelumnya. Berkat kamu, aku jadi bisa mencicipi makanan yang belum pernah ku coba." begitu cara Alex menghiburnya, "Apa ini? Sirup kalamansi? Aku bahkan baru tahu kalau jeruk kalamansi bisa dijadikan minuman."
Untung saja Binar cukup royal ketika memilih oleh-oleh untuk Alex. Gadis itu hanya mengambil makanan dan minuman dengan embel-embel premium, dengan harapan Alex menyukai pilihannya. Setidaknya ia tidak terlalu kehilangan muka di depan oleh-oleh bertumpuk yang dibelikan Alex untuknya.
"Gimana kerjaan kamu di sana? Beres semua?" tanya Alex sembari menusuk sedotan pada kotak susu yang kemudian diangsurkannya kepada Binar.
"Masih ada yang belum tuntas, tapi bisa dikerjakan dari Pekanbaru, karena itu seharusnya semua baik-baik saja." sahut Binar yang kemudian menggigit cinnamon rolls di tangannya, "Eeeeeeeeemh. Enak." gumamnya mengundang senyuman si pemuda.
"Makan yang banyak," kata Alex sambil mengacak-acak rambut gadis itu.
"Mau?"
Niat hati Binar menawarkan cinnamon rolls di dalam wadah, tapi Alex justru melahap makanan di dalam genggamannya. Akibatnya Binar yang sejak tadi sudah salah tingkah karena Alex duduk begitu rapat dengannya, semakin tidak dapat menahan rasa malu, lalu akhirnya melayangkan tangan untuk memukul si pemuda yang justru tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
-30 (Slow Update)
General FictionTentu saja Binar ingin jatuh cinta seperti gadis lainnya, tetapi sepertinya cupid tidak terlalu menyukainya. Atau setidaknya begitulah pemikiran gadis itu, karena menjelang menginjak usia kepala tiga, tiba-tiba saja ada begitu banyak pria yang menco...