-14 : Pundak Untuk Sabda

1.4K 340 42
                                    

Alexander : Jadi berangkat pagi ini, Bee?

Binar : Jadi, Lek. Ini udah sampai di Bandara.

Alexander : Kamu ngambil penerbangan paling pertama, ya?

Binar : Iya. Harusnya jam 7.50 udah sampai di Jakarta sih.

Alexander : Transit di Jakarta berapa jam?

Alexander : Kalau kena jam istirahat makan siang, aku samperin.

Binar : Kalau enggak ada keterlambatan, hampir tiga jam.

Binar : Jam 10.30 udah berangkat ke Bengkulu.

Alexander : Yaaah, jam segitu sih masih rapat.

Binar : Hahaha. Ya udah enggak papa ☺

Binar : Nanti ketemu di Pekanbaru aja.

Alexander : Kangen ☹️

Binar : Dih?

Alexander : Dah, dih, dah, dih melulu.

Binar : Hahaha.

"Sampai di sini saja," lamat-lamat Binar mendengar suara Sabda dari kejauhan, "Terima kasih ya, Om. Maaf merepotkan."

"Enggak repot kok, Pak. Ini kan sudah tugas saya." kali ini Om Arpan yang berbicara, "Kalau begitu saya pamit, ya."

"Iya. Hati-hati di jalan."

"Baik, Pak."

"Selamat pagi, Pak." sapa Binar agar Sabda menyadari kehadirannya.

"Oh!" seru pemuda itu dengan raut terkejut, "Selamat pagi juga, Binar." balasnya sebelum mengalihkan perhatian kepada pasangan suami istri yang berdiri rapat di samping rekan kerjanya itu.

Meskipun Binar belum memperkenalkan mereka, dengan sopan Sabda mengulurkan tangan untuk menyalami orangtua gadis itu, "Selamat pagi, Om. Selamat pagi, Tante. Saya Sabda, rekan kerjanya Binar."

"O..oh, iya. Salam kenal ya, Sabda." kata Lasta sedikit kikuk, karena baru kali ini bertemu dengan teman laki-laki dari putri sulungnya, meski seperti kata Sabda tadi, hubungan antara dirinya dan Binar lebih pantas disebut sebagai rekan kerja dibandingkan dengan kenalan.

"Dengan siapa kemari?" setidaknya Abimanyu terlihat lebih luwes ketika mencoba untuk beramah-tamah dengan pemuda itu, "Sebenarnya Om bermaksud untuk memberi kamu tumpangan, tapi kata Binar, lebih baik berangkat secara terpisah. Takutnya kamu terganggu karena kami terlalu berisik."

"Maklum, Pak, orang Batak. Kalau bicara, nadanya tinggi semua." ringis Binar mengundang kekehan lawan bicaranya.

"Enggak papa, Om. Tadi saya diantarkan sopir kantor."

"Syukurlah kalau begitu," kata Abimanyu yang kemudian berbalik untuk menatap putrinya, karena Binar dan Sabda sudah harus masuk ke ruang tunggu, "Hati-hati selama di sana. Jangan bandel apalagi sampai nekat keluyuran sendirian."

"Iya, Pa. Kakak ngerti," kata Binar yang sebenarnya malu sekali, karena dinasehati di depan rekan kerjanya.

"Kakak yakin Mama dan Papa enggak perlu ikut ke Bengkulu?" tanya Lasta, "Mama khawatir loh, Nak."

"Mama enggak usah aneh-aneh deh," protes Binar semakin malu, "Kakak itu mau kerja, bukan kelayapan. Di Bengkulu juga banyak teman kerjanya. Ada Pak Sabda dan Pak Felix juga, karena itu pasti aman."

"Gitu, ya?" tanya Lasta masih terdengar tidak yakin, "Pokoknya kalau kangen, bilang sama Mama. Nanti Mama susulin ke Bengkulu."

"Iya, Ma." sahut Binar sambil melirik Sabda yang tengah menunduk dengan bahu bergetar.

-30 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang