-20 : Water Flosser

1.2K 304 12
                                    

"Enak, Pung?"

Tadinya Binar pikir ia hanya akan makan siang bersama orangtuanya, tetapi ternyata Lasta mengajak bertemu di rumah Tujuan dan Tarida. Karena rumah ompungnya memang tidak terlalu jauh dari kantor, Binar menerima ajakan Lasta, tanpa mengetahui kalau wanita itu mengundang seluruh keluarga besarnya. Sejauh ini hanya Elise dan bayinya yang telah hadir untuk memenuhi undangan Lasta, tetapi James dan Anggiat sudah mengonfirmasi kalau mereka akan segera menyusul. Tinggal Rolas yang belum memberi kabar, tapi menurut pengakuan Elise, kemungkinan besar ibunya itu masih bekerja sehingga tidak memeriksa ponselnya.

"Enak, lah." sahut Tarida, "Udah lama banget Ompung enggak makan tekwan dari Bengkulu. Padahal biasanya dalam setahun Kakak bisa sampai dua kali ke sana."

"Tambah?" tanya Tujuan ketika dilihatnya Elise melirik mangkuk besar berisi tekwan yang masih mengepulkan asap, "Kalau mau tambah, ambil aja."

"Kok malu-malu begitu sih, Lise?" tegur Lasta pada keponakannya yang sejak ketahuan hamil di luar menikah itu berubah menjadi sangat pendiam, "Lise kan sedang menyusui, karena itu wajar kalau mudah lapar dan makan lebih banyak dari biasanya. Enggak usah sungkan-sungkan dong. Kemarikan mangkuknya, biar Tante ambilkan."

"Terima kasih, Tante." kata Elise pelan.

"Sama-sama, sayang. Makan yang banyak, ya, mumpung si Ucok lagi digendong sama Bapak Uda."

Dalam diam Binar memandang papanya yang tengah membuai putra Elise di sudut ruangan. Tiap kali berjumpa, Abimanyu pasti menyempatkan diri untuk menggendong bayi itu meski hanya sebentar. Terkadang James dan Anggiat meledek Binar dengan mengatakan Abimanyu sudah tidak sabar ingin diberi cucu, tetapi Binar tahu kalau papanya hanya berusaha menunjukkan kepedulian pada Elise, agar perempuan itu tahu kalau ia masih diperhatikan oleh keluarganya.

"Elise jadi ikut ujian CPNS?" tanya Binar pada sepupunya itu, "Udah daftar?"

"Tinggal masukin lamaran aja, Kak. Aku belum sempat beli e-materai karena belakangan ini Edgar cengeng banget. Enggak bisa ditinggal sebentar aja."

Bohong!

Binar tahu betul kalau adik sepupunya itu mengalami kesulitan keuangan, karena suaminya yang pemalas itu lagi-lagi memutuskan untuk berhenti kerja. Padahal Lasta sengaja merekrutnya meskipun toko bangunan miliknya tak membutuhkan tambahan pegawai, tapi belum lagi sebulan bekerja, Edo sudah beberapa kali mangkir dengan alasan tak enak badan karena kelelahan. Padahal menurut kesaksian Bagas, Edo lebih sering memainkan game di ponselnya, daripada melayani pembeli. Puncaknya, Edo meminta untuk diperkerjakan sebagai kasir, dengan alasan tak terbiasa mengangkat benda berat. Tentu saja Bagas menolaknya. Jangankan Edo yang pemalas dan suka berdusta, Binar dan Elok saja tidak pernah diizinkan menyentuh mesin kasir keramat kesayangan adik mereka itu. Bagas mungkin anak paling kecil di rumah mereka, tetapi ia jelas lebih bertanggung jawab daripada anak seusianya, karena itulah tidak ada yang mau mencari masalah dengannya, termasuk dengan Rolas yang hanya bisa pasrah ketika keponakannya itu memecat menantunya.

"Kebetulan Kakak punya e-materai sisa dari transaksi sewa ruko. Kalau kamu mau, kirim aja berkasnya, nanti Kakak bantu bubuhkan."

Yang itu juga bohong. Setiap urusan di kantor Binar masih menggunakan materai tempel, karena itu ia tidak pernah membeli e-materai. Binar sengaja mengatakan itu agar Elise tak terlalu terbebani ketika menerima bantuannya.

"Terima kasih ya, Kak. Nanti aku ganti uangnya."

"Halah! Kayak sama siapa aja." kata Binar sambil mengibaskan tangannya, "Tapi kalau kamu memaksa, boleh deh traktir Kakak pakai gaji pertama." Candanya yang dibalas Elise dengan anggukan bersemangat.

-30 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang