-16 : Kuda Lumping

1.3K 323 37
                                    

Sedikit banyak Binar bisa menebak alasan kenapa Sabda bertahan di ruangannya alih-alih memesan kamar untuk diri sendiri. Selain karena mereka tidak berencana untuk menginap, sehingga hanya menempati ruangan tersebut selama menantikan kedatangan Felix, Binar juga memiliki kebiasaan merintih dan mengigau ketika sedang sakit. Mungkin rintih kesakitannya itulah yang membuat Sabda tak berani meninggalkannya sendirian, lalu akhirnya memutuskan untuk beristirahat di ruangan yang sama.

Tentu saja Binar mengerti kalau Sabda tidak bermaksud kurang ajar dan hanya ingin menjaganya. Bahkan ia mengerti kenapa kenapa pemuda itu turut mandi dan beristirahat di kamarnya. Seperti yang dikatakan oleh Sabda, aroma rokok yang menempel pada kulit dan pakaian mereka, mengirim rasa tidak nyaman serta sakit kepala. Pasti karena itulah Sabda masuk ke dalam kamar mandi, tanpa memikirkan kemungkinan Binar meninggalkan pakaian dalamnya di sana.

Dengan pemikiran itulah Binar memberanikan diri untuk keluar dari kamar mandi dan menghadapi Sabda. Untungnya pemuda itu juga tidak mengungkit-ungkit pemandangan yang dilihatnya di kamar mandi. Yang ada mereka justru membicarakan kondisi perkebunan, serta rencana pemupukan yang tertunda karena cuaca ekstrim yang terjadi di Bengkulu belakangan ini.

Setelah menghabiskan makan siang yang dibumbui dengan obrolan seputar pekerjaan dan beberapa informasi pribadi, mereka kembali ke dalam kamar untuk merapikan barang bawaan. Mungkin karena kamar identik dengan wilayah pribadi, keduanya tak lagi bersikap akrab, seperti ketika menikmati makanan di bawah tadi. Bahkan pintu kamar yang dibiarkan tetap terbuka sekalipun, tidak dapat menyelamatkan mereka dari rasa cangung. Meski begitu, Sabda tetap menunggu Binar merapikan barang-barangnya, dan membantu gadis itu membawa koper raksasanya.

Ketika Felix akhirnya tiba di penginapan, lagi-lagi Sabda memilih untuk duduk di samping sopir, padahal kursi penumpang bagian belakang sudah jelas lebih nyaman. Pemuda itu beralasan Binar yang belum pulih sepenuhnya lebih membutuhkan kenyamanan tersebut, tetapi karena Binar memang kurang ajar, ia justru menuduh Sabda tak ingin bersebelahan dengan Felix. Untung saja kedua orang itu memahami candaannya, sehingga Binar tak dilempar keluar dari jemputan super nyaman, yang berbanding terbalik dengan tumpangan mereka sebelumnya.

Sepertinya pantang bagi Felix melihat Binar menikmati waktu luang tanpa melakukan apapun, karena baru lagi roda kendaraan berjalan, pria itu sudah memberi perintah, "Tolong isikan pulsa saya ya, Bee."

Kemudian dengan raut serius pria itu menambahkan, "Kartu pascabayar saya yang lama itu udah enggak aktif lagi, ya? Kalau masih aktif, saya pakai itu saja. Ann itu memang suka sekali mengusili Ayahnya. Katanya kartu dengan sistem prabayar lebih mudah dikontrol pemakaiannya, tapi sejak ganti kartu, saya jadi sering kehabisan pulsa."

"Bukannya kartu Bapak baru saya isi pulsanya?"

"Sudah habis."

"Kok bisa?"

"Ya, bisalah! Kan dipakai setiap hari!" omel Felix tak terima dipertanyakan pengeluarannya, "Lagian kamu ngisi cuma lima ratus ribu, dipakai untuk menghubungi Azryl sebentar saja, sudah langsung habis pulsanya."

"Tapi kan di rumah dinas dan kantor Pekanbaru ada layanan Wi-Fi, Pak. Itu artinya Bapak hanya menggunakan data seluler selama perjalanan menuju kota Jakarta." urai Binar yang kemudian tersadar akan sesuatu, "Jangan-jangan Bapak enggak daftar paket internet, ya?"

"Memangnya ada layanan seperti itu?" tanya Felix yang tiba-tiba saja kembali bersikap lunak, karena tersadar kalau Binar tak mencoba untuk mengkritisi pengeluarannya, seperti dugaannya semula.

Meski tentu saja pria itu tetap menemukan cara untuk menyalahkan bawahannya itu, "Harusnya kamu bilang dari kemarin dong. Saya kan enggak tahu."

"Saya sudah bilang dari kemarin kok, Pak." sahut Binar dengan nada kalem tetapi penuh dengan kekesalan, "Kalau enggak percaya, tanya aja sama Pak Sabda. Bapak minta diisikan pulsa waktu kita masih di Bandara, karena itu seharusnya Pak Sabda juga mendengar ucapan saya."

-30 (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang