Cerita ini murni dari hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!
.
.
.
.
.
"Jadi, bagaimana dengan anakku?" Seungri bertanya pada dokter yang memeriksa Hee Jin."Dia hanya demam biasa. Mungkin kelelahan. Aku sudah berikan suntikan penurun demam," jelas si dokter.
"Tidak perlu dirawat ke rumah sakit, 'kan?"
"Tidak perlu, Nyonya. Kecuali demamnya tidak juga turun, mungkin Anda bisa membawanya ke rumah sakit," jawab sang dokter.
"Baiklah. Terima kasih." Ini Jiyong yang jawab karena Seungri hanya mengangguk. "Aku antar dokternya dulu."
Seungri tidak menjawab. Dia terlalu fokus dengan putrinya yang sedang tidur. Usapan lembut terus diberikan ke kepala Hee Jin. Tanpa sadar setitik air mata dari mata Seungri jatuh. Bahkan kedatangan suaminya pun dia tidak sadar. Jiyong menepuk bahu istrinya pelan. Seungri sedikit berjingkat karenanya dan dia menatap Jiyong. Dengan cepat pula dia memeluk pinggang suaminya. Pertahanan akan air matanya tidak terbendung lagi. Seungri menangis dengan membenamkan wajahnya di perut sang suami. Jiyong pun tak pelak mengusap kepala Seungri.
"Kenapa menangis?"
"Tidak tahu, Hyung. Aku bahkan kurang peka saat anakku sakit. Rengekannya tidak membuatku sadar sebenarnya dia sedang sakit," keluh Seungri.
"Apa kau terkadang seperti ini ketika kedua anakmu sakit?"
Seungri menggeleng pelan. "Aku yang paling peka jika salah satu dari mereka mengalami gejala sakit," jelas Seungri.
Memang yang dikatakan Seungri benar adanya. Dialah yang paling peka jika salah satu dari anaknya sakit. Hanya kali ini saja kepekaannya berkurang.
Seungri menengadah dan bertanya, "Kau sudah tahu jika Hee Jin sakit?"
Jiyong mengangguk kecil. Seungri bertanya lagi, "Itu alasanmu membiarkan dia tidak sekolah hari ini?"
"Hanya menerka saja. Aku merasakan badannya sedikit hangat pagi ini, jadi kupikir biarkan dia istirahat di rumah," jelas Jiyong masih mengusap punggung istrinya.
"Aku ceroboh. Tidak menyadari itu," lirih Seungri kembali menyandarkan kepalanya di perut sang suami.
"Kepekaanmu berkurang karena kau kelelahan. Kehamilanmu membuat badanmu cepat lelah. Sebaiknya kau istirahat dulu. Hee Jin juga sedang tidur," Jiyong memberi saran.
Seungri mengangkat kepalanya lagi dan menatap suaminya seakan dia teringat sesuatu.
"Hyung, bisakah kau hubungi sekolah? Tanyakan apakah Dae Han baik-baik saja," pinta Seungri yang membuat Jiyong bingung.
"Aku tidak tahu nomor telponnya dan kenapa harus menelpon ke sekolah?" tanya Jiyong. Seungri lupa jika suaminya mengalami amnesia.
"Pakai ponselku. Aku hanya ingin pastikan Dae Han tidak sakit," jelas Seungri segera menyerahkan ponsel miliknya.
Jiyong bingung kenapa bukan istrinya sendiri yang telpon kalau dia punya nomor sekolah si kembar. Tak mau ambil pusing, Jiyong yang menelpon.
"Gurunya bilang Dae Han baik-baik saja," kata Jiyong seraya menyerahkan ponsel Seungri lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony Of Nyongtory's Love: A Piece of Memory [End]
FanfictionTerkadang setiap perjalanan hidup, keinginan dan impian tak selalu berjalan mulus sesuai yang dibayangkan. Itupun terjadi pada keluarga kecil Nyongtory. Cobaan berat kembali menerpa kehidupan Jiyong beserta keluarganya. Mampukah mereka menghadapi...