Epilog

82 10 12
                                    

Tadaaaaaaa! Gak nyangka kan aku masih muncul di sini? Iya, lho ini aku. Masih ada satu tambahan lagi sebelum benar-benar tamat.

Langsung aja ya!
.
.
.
.
.

Dua tahun kemudian

Sudah pasti usia si kembar Kwon Dae Han dan Kwon Hee Jin bertambah menjadi tujuh tahun. Keduanya sudah memasuki sekolah dasar di sekolah elit dan bergengsi. Tentu saja Jiyong tidak akan biarkan putra dan putri mendapat sembarang pendidikan. Jiyong akan berikan yang terbaik bagi penerusnya.

Sementara si bungsu Kwon Da Bin sedang lucu-lucu. Sudah bisa membuat orang-tuanya kewalahan mengejarnya ke manapun dia berjalan. Seungri tak pernah mau menggunakan pengasuh sejak si kembar hingga Da Bin hadir. Baginya masa pertumbuhan anak adalah penting. Hanya Mia yang bisa mengasuh Da Bin saat Seungri sibuk di dapur.

Eih, jangan lupa urusan dapur tetap saja harus ibu tiga anak itu yang turun tangan. Segala kebutuhan suami dan anak-anaknya adalah urusan nyonya rumah.

Jiyong? Oh, tak perlu diragukan lagi. Semakin rajin mencari nafkah untuk keluarga kecilnya. Segela kebutuhan harus terpenuhi.

Oke, itu sekilas tentang kegiatan rutin keluarga Jiyong dan Seungri.

Pagi ini ada yang sedikit berbeda dari si Nyonya rumah. Biasanya dia akan tersenyum cerah saat menyiapkan suaminya, eh maksudnya membantu suaminya merapikan pakaian kantornya.

Jiyong perhatikan wajah istrinya sudah ditekuk. Tak sedap dipandang.

"Sayang, kau masih marah soal semalam?" tanya Jiyong dengan hati-hati takut mengusik istrinya.

Seungri ternyata tetap diam sampai dia selesai membereskan dasi yang ada di leher suaminya. Setelahnya dia tinggalkan begitu saja.

"Sayang, kenapa kau masih bersikeras soal itu?"

Seungri balik badan dan memberi Jiyong tatapan mematikan.

"Kalau kau tidak bisa mengabulkannya sebaiknya diam saja!" sungutnya. Lalu, kembali memunggungi Jiyong.

Jiyong mencekal tangan istrinya. Menariknya untuk dibawa dalam dekapannya. Tak masalah bajunya kusut lagi yang penting senyum nyonya kembali. Itu prinsip Jiyong.

"Tak biasanya kau memintaku hal itu," ucap Jiyong saat mereka saling tatap.

"Aku rasa itu bukan hal sulit, Hyung!" rengeknya.

"Memang tak sulit bagiku, tapi sulit ...," Jiyong tak berani lanjutkan kalimatnya.

"Sulit apa? Bagi hatimu? Iya, 'kan?"

Jiyong mendengus, lalu mengangguk kecil. Sebagai alpha tentu saja dia tak rela jika omeganya bertemu dengan laki-laki tampan lainnya. Takut tersaingi kalau menurut Jiyong.

"Ya sudahlah, kau sudah tidak cinta lagi denganku!" Seungri mulai menangis. Dia tidak tahu kenapa perasaannya lebih sensitif belakangan.

Jiyong tuh paling tidak bisa melihat belahan jiwanya menangis, apalagi sampai dibilang tak cinta lagi. Wah, baginya Seungri itu cinta mati tidak bisa ditawar.

Akhirnya dengan berat hati Jiyong kabulkan keinginan Seungri.

"Aku akan hubungi G-Dragon untuk atur jadwal pertemuan dengannya," ucap Jiyong.

Seungri langsung angkat kepalanya menatap suaminya.

"Benar? Kau tidak bohong?"

Jiyong mencubit ujung hidung istrinya.

"Pernahkah aku berbohong padamu?"

Seungri menggeleng dengan cepat. "Jadi, apa kau akan mengundang GD untuk ke rumah saat ulang tahun Da Bin nanti?"

Symphony Of Nyongtory's Love: A Piece of Memory [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang